Dalam pencarian terhadap keberadaan yang kepadanya saya dapat menanyakan, “Mengapa saya ini seperti ini?” Saya mengangkat kepala dan melihat matahari, yang jauhnya 150 juta km dan 1.333.000 kali lebih besar dari bumi… Penglihatan saya tidak dapat mencapainya… Pikiran saya tidak dapat memahami kebesarannya! Dan kemudian saya diberitahu bahwa ada 400 milyar bintang lainnya seperti matahari di galaksi kita saja… Kepada siapa saya harus menghadap di dalam keluasan yang tak hingga ini; kepada siapa saya harus bertanya “Mengapa” dan “Bagaimana”… Saya tidak dapat menemukan siapapun! Yang tinggal hanya diri saya sendiri, dan saya tidak mempunyai pilihan kecuali menerima diri saya sendiri apa adanya. Kemudian saya berbicara pada diri saya sendiri, “Mari saya coba memahami sistem dimana saya dilahirkan ini, sebaik kemampuan jasmaniah dan kecerdasan saya.” Tidak ada yang dapat saya lakukan untuk mengubah masa lalu, Satu-satunya yang dapat saya lakukan pada titik ini adalah memahami masa depan yang bagaimana yang menanti saya dan karenanya menjalani hidup saya sesuai dengan itu, menggunakan pilihan saya setidaknya setelah titik ini, mempersiapkan masa depan dimana saya dapat hidup damai dan bahagia.
Ketika saya memandang Hakikat kehidupan, inilah apa yang saya lihat: Saya ada di dunia, yang realitas aktualnya milik siapa saya tidak tahu… Dan sekaligus tidak saya kenali. Saya akan berpisah dari dunia ini… Tapi apakah nantinya saya akan menjadi tiada? Karena tidak satu pun yang ‘ada’ akan menjadi ‘tiada’ dan segala sesuatu yang ada menjalani suatu bentuk transformasi dan melanjutkan kehidupannya di dalam dimensi baru dan pada kondisi kehidupan yang baru. Saya tahu, berdasarkan logika ini, bahwa kesadaran saya juga akan mengalami transformasi dan saya akan melanjutkan kehidupan saya dalam keadaan keberadaan yang baru pada kondisi kehidupan yang baru pula.
Mereka menyebut ini kematian…
Kematian… Sebuah pengalaman yang menanti kita, menanti setiap individu…
Menurut Al-Qur’an, kematian adalah peristiwa ‘yang akan dirasakan’:
“Setiap kesadaran individu akan merasakan kematian (kehidupan tanpa tubuh biologis akan berlanjut kekal).”[1]
Oleh karena itu, setelah merasakan kematian, ‘Saya’ akan terus hidup… Dengan kata lain, saya akan melanjutkan hidup saya tanpa tubuh biologis, karena hubungan saya dengan tubuh ini akan terputus. Namun, karena saya telah mengidentifikasi seluruh kehidupan saya dengan tubuh ini dan mengunggah data kepada kesadaran saya seolah saya tidak lebih dari tubuh ini, ketika hubungan ini terputus, akan terasa seolah saya sedang dikubur hidup-hidup, saya akan merasa sadar sepenuhnya, mengetahui dan hidup ketika mereka mengubur saya! Mereka akan meletakkan saya di bawah tanah dan menutupi saya dengan tanah, dan saya akan mengawasi dan merasakan semua ini… Kemudian saya akan dialihkan ke alam kubur… Inilah peristiwa yang dirujuk Al-Qur’an sebagai ‘merasakan kematian’!
Rasulullah saw mengatakan kepada sahabat Umar ra. tentang bagaimana seseorang terus melihat orang-orang di sekitarnya selama pemakaman dan mendengar panggilan mereka setelah dimasukkan ke dalam kubur, “Wahai Umar, kamu akan melanjutkan hidupmu di dalam kubur dengan kesadaran dan pemahaman yang sama seperti kesadaran dan pemahaman yang kamu miliki hari ini!” Dan beliau memanggil ke arah kuburan dari orang-orang yang mati di Perang Badar, dan ketika orang-orang yang mengira mereka mati mengatakan, “Mengapa Anda berbicara dengan orang mati, dapatkah mereka mendengar Anda, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Benar sekali… Mereka mendengar dan memahami aku lebih baik dibanding kalian dan mereka mengiyakan apa yang aku katakan!”