Oleh karena itu, dikatakan bahwa Islam adalah sebuah ‘undangan’!
Amalan-amalan yang dikenal sebagai pilar-pilar Islam adalah ‘saran’; orang boleh memilih untuk mengikuti anjuran-anjuran tertentu untuk mencapai hasil yang menguntungkan atau menolak untuk melakukannya dengan segala akibatnya. Ini adalah pilihan bagi yang bersangkutan apakah mau mengambil manfaatnya atau tidak.
Islam mendorong orang yang bersangkutan untuk menjalani amalan-amalan tertentu sebagai hasil pilihan sadar mereka, berdasarkan keyakinan pribadi mereka dan dalam mempersiapkan akhirat mereka. Tidak ada paksaan! Disamping itu, kita semua diajak untuk mengikuti Rasulullah saw, bukan mengikuti syeikh atau sebuah tarikat atau faham Islam tertentu. Agama menyapa orang-orang yang berpikir; ia mendorong perenungan dan penyelidikan. Agama mendorong individu untuk membuat dan menapaki jalan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, pemahaman seseorang terhadap Al-Qur’an dan ajaran Rasulullah saw adalah untuk dirinya sendiri. Islam tidak menuntut bentuk taklid buta apapun! Bahkan sebaliknya, Islam mendorong manusia untuk menggunakan kecerdasan dan akalnya.
Inilah sebabnya mengapa saya menekankan pentingnya pengamatan dan pemeriksaan untuk mendefinisikan arah kehidupan seseorang, Inilah sebabnya mengapa saya tidak memaksakan diri mengambil peran kepemimpinan agama kepada siapapun dan tidak mengajak siapapun untuk mengikuti pemahaman saya ataupun mengikuti diri saya! Tanpa memandang bagaimana orang-orang melabeli saya, label-label ini tidak memiliki validitas sama sekali. Label-label agamis, peringkat-peringkat dan jabatan-jabatan tidak berlaku di dalam Islam.
Kita harus mengevaluasi ajaran agama secara realistik. Amalan-amalan yang dinasehatkan oleh Rasulullah saw bukanlah ‘paket transaksi.’ Anda bukan mesti mengerjakan seluruhnya atau tidak sama sekali. Bukan seperti itu. Yang demikian adalah pandangan yang keliru. Al-Qur’an menganjurkan banyak amalan-amalan, seperti melaksanakan shalat, berpuasa, memberi derma (zakat). Melaksanakan haji, meghindari diri dari hal-hal seperti berbohong, membicarakan keburukan orang lain, berzina dan berjudi, dll… Sejauh mana kita menerapkan hal-hal ini di dalam kehidupan sehari-hari kita, sebanyak itu pula kita akan mendapatkan manfaatnya. Dan sejauh mana kita mengabaikannya akan mendefinisikan akibat-akibat yang akan kita hadapi. Jika seseorang dapat berpuasa selama bulan Ramadhan, tapi tidak melaksanakan shalat harian itu tidak apa; akan salah jika meninggalkan puasa hanya karena ia tidak melakukan shalat. Keliru besar mengatakan hal demikian dan menghentikan orang melakukan shalat atau puasa. Konsekuensi karena tidak memenuhi praktek-praktek tertentu hanya mengikat orang yang bersangkutan; tidak seorang pun mempunyai hak untuk membuat penilaian atas nama Allah!
Sayangnya, banyak konsep Islam yang disalahfahami dewasa ini. Salah satu topik yang sangat penting adalah mengenai kerudung. Sementara akibat-akibat dari tidak menjalani praktek-praktek tertentu, seperti shalat dan puasa, telah diterangkan dengan jelas oleh Rasulullah saw, tidak ada pernyataan apapun yang telah dibuat mengenai perempuan yang tidak mengenakan kerudung. Patut disayangkan bahwa agama diturunkan derajatnya menjadi aturan berpakaian dan penampilan, dan dalam kasus perempuan, diturunkan menjadi aturan mengenakan kerudung. Sebagian bahkan sampai mengklaim bahwa perempuan yang tidak mengenakan kerudung dianggap tidak beriman. Menurut pemahaman saya, ini adalah pandangan yang sangat keliru. Tidak ada satu ayat atau hadits pun mengenai apa yang akan terjadi terhadap perempuan jika ia tidak mengenakan kerudung! Oleh karena itu, tidak seorang pun berhak untuk menilai mengenai apa yang akan perempuan itu hadapi jika ia memilih tidak mengenakannya. Kita hanya bisa mengatakan, “Ini adalah masalah antara Rabb-nya dengan dirinya – penilaian hanya milik Allah semata.”