Kesalahpahaman Terhadap Jalan Islam (Sunnah)
Apakah jalan Islam itu mengenai aturan memelihara jenggot, memakai kerudung, turban atau pakaian?
Bagaimana sebenarnya yang disebut Sunnah Rasulullah itu? Apa sebenarnya yang disebut jalan Islam, 'Sunnatullah' itu? Bagi sebagian orang, jalan ini disebut gaya-hidup islami dengan memelihara jenggot, mempunyai kumis, dan mengenakan pakaian atau turban putih!
Bagi orang-orang ini, mengikuti Rasul Allah berarti menerapkan aturan berpakaian pada jaman 1.400 tahun yang lampau, serta menjalankan kebiasaan dan tradisi pada abad itu! Mereka ini mengklaim bahwa mengenakan kemeja tangan pendek membuat seseorang menjadi kafir!
Pemikiran seperti inilah yang menewaskan Hazrat Ali, puncaknya kewalian, 'pintunya ilmu'! Pemahaman yang melabelkan Hazrat Ali sebagai seorang yang kafir dan anti agama!
Untuk memahami keadaan dan kesalahpahaman umat Islam yang bersebrangan terhadap jalan Rasulullah (saw) kemudian membunuh Hazrat Ali, orang cukup melihat kepada perkataan Rasulullah (saw) mengenai beliau!
Lihatlah baik-baik orang-orang yang mengeksploitasi agama, yang menjadikannya sebagai 'kekuasaan' untuk mengendalikan dan mengatur orang lain, semuanya dengan kedok 'mengabdi' kepada agama!
Meskipun pandangan-pandangan saya telah didiskusikan dalam lingkungan pribadi, yang juga kemudian diterbitkan di internet, secara pribadi saya ingin menjelaskan topik ini di sini...
Silakan pikirkan dengan serius apa yang akan saya katakan kepada Anda!
Ketika saya berusia sekitar 20 tahun, sekitar 40 tahun yang lalu, saya melihat Rasulullah (saw) di dalam mimpi saya yang memerintahkan saya untuk pergi kepada Hazrat Abu Bakar... cerita selanjutnya mengenai ini tidaklah penting; yang jelas, di tahun itu saya kemudian menulis buku tentang Hazrat Abu Bakar, dan setelah itu sebuah buku yang berjudul Muhammad Mustafa (saw) yang berisikan hadits-hadits yang berkenaan dengan Rasulullah (saw) semasa hidup beliau di Mekah.
Saya katakan ini karena saya telah melakukan penelitian terhadap gaya-hidup di jaman itu, dengan membaca sekitar 60 ribu hadits otentik sebagai rujukan...
Pikirkanlah tentang hal ini... Rasulullah, Muhammad Mustafa (saw), dilahirkan di lingkungan suku pagan Arab yang menyembah berhala. Kakek, paman-paman serta semua kerabat beliau mempunyai sistem kepercayaan yang sama.
Beliau dilahirkan dan dibesarkan di antara mereka, berpakaian seperti mereka, memelihara jenggot seperti mereka, memakai turban seperti mereka, dan beliau duduk, berjalan serta makan seperti mereka...
Ini adalah gaya hidup beliau sebelum menjadi Rasul Allah.
Pada usia 39, sebagai Rasul Allah, beliau menjadi tahu akan realitas universal. Tiga tahun kemudian, ketika Nubuwwah beliau teraktivasi melalui pewahyuan, beliau mampu mengajarkan ketentuan-ketentuan kehidupan abadi.
Selama masa ini, beliau tidak mengubah janggutnya, atau pun cara beliau berpakaian!
Beliau tetap berpakaian dan mengenakan turban seperti orang- orang di suku beliau dan tetap memelihara jenggot! Bahkan, beliau pun tetap mengenakan kaptan bergaris warna-warni...
Sunnah Rasul Allah adalah Sunnah Allah, yakni sunnatullah!
Karenanya, ketika kita memahami dan menerapkan sunnatullah, kita mempraktekkan Sunnah Rasulullah, bukannya dengan memelihara jenggot atau memakai gamis dan turban!
Perlu dicatat bahwa Rasulullah (saw), tidak terpengaruhi oleh cara berpakaian kaum musyrikin, seperti Abu Jahal, Abu Lahab dan penerusnya Yazid, yang membunuh cucu Rasulullah (saw), tidak pula memikirkan masalah-masalah sepele semacam itu. Faktanya, beliau tetap berpakaian dan hidup seperti mereka.
Hal semacam itu tidak ada kaitan atau tidak penting bagi penerapan ketentuan-ketentuan agama, tidak ada hubungannya dengan realitas kehidupan abadi maupun dengan ilmu mengenai yang Esa yang dikenal sebagai 'Allah'!
Oleh karena itu...
Orang yang dituntun Allah kepada realitas masih bisa melanjutkan kebiasaan dan tradisi masyarakat mereka, tanpa mengikuti apa-apa yang bertentangan dengan sunnatullah; mereka dapat terus berbagi ilmu tentang perkara-perkara yang dengannya mereka mendapat petunjuk!
Dengan kata lain, Sunnah Rasul, bukannya menolak kebiasaan dan tradisi masyarakat, melainkan perlu diselaraskan untuk menaati ketentuannya!
Karena agama bukan datang untuk mengubah cara kita berpakaian!
Agama tidak berurusan dengan perkara-perkara yang tidak penting!
Menurut Sunnah, orang berhak untuk berpakaian, membaca, bekerja dan hidup sesukanya selama tidak menggan ggu kedamaian komunitasnya, meskipun terdengar janggal bagi mereka yang gagal memahami mekanisme otak dan hanya terikat pada tataran jasmaniah!
Menilai keyakinan dan agama orang lain dari cara mereka berpakaiannya menunjukkan cara berpikir yang primitif dan terbelakang dan merupakan keluaran dari otak peniru.
Rasulullah (saw) berusaha mendidik manusia tentang sistem dan tatanan dimana mereka tinggali. Beliau menekankan agar orang-orang berselaras dengan 'sistem dan tatanan Allah', yang disebut 'agama', agar mereka siap untuk kehidupan abadi mereka.
Seorang yang 'religius' adalah orang yang mencari, memahami dan berselaras dengan sistem dan tatanan Allah! Maka, berdasarkan realitas yang diBACAnya, seorang yang religius adalah orang yang melindungi 'dirinya' dari bahaya masa depan.
Mengikuti Sunnah Rasul Allah adalah mengambil pandangan beliau dan berjalan di jalan yang dinasihatkannya dengan menerapkan anjuran-anjuran beliau dan mengejar masa depan yang mulia. Buka nnya menghabiskan masa hidup dengan tenggelam sebagai peniru!
Mengikuti Sunnah Rasul Allah adalah berbagi ilmu yang dianugerahkan kepada beliau tanpa mengharapkan imbalan apapun! Bu kannya menarik perhatian orang dengan kisah-kisah tentang cara berpakaian!
Orang yang memahami dan berselaras dengan sistem dan tatanan Allah, yakni 'sunnatullah', mesti berselaras dengan Sunnah Rasul Allah!
Peringatan bahwa “Orang yang menyerupakan dirinya dengan suatu suku termasuk bagian dari suku itu” menyiratkan bahwa kita menjadi bagian masyarakat dimana kita memiliki 'ideologi dan keyakinan' yang sama, bukannya gaya pakaian yang sama!
Sebagian orang melarang untuk mempertanyakan agama, dan karenanya memperbanyak jumlah otak-otak yang tidak cerdas yang hanya bekerja dengan mengingat dan meniru...
Dunia adalah tempat tinggalnya hikmah, dan segala sesuatu yang dijelaskan oleh Rasulullah (saw) adalah berdasarkan hikmah. Orang yang intelek adalah orang yang mencari tahu, mempertanyakan dan meneliti ajaran Rasulullah (saw) untuk menyingkap hikmah dari ucapan-ucapan beliau.
Itulah sebabnya Rasulullah (saw) mengatakan: “Hikmah adalah kekayaan yang hilang dari orang yang beriman.”
Orang yang sistem pemikirannya menyimpang atau kontradiktif tidak memahami agama, gagal memBACA mekanisme dan hidup hanya sebagai peniru terhadap sistem dimana dia tinggal. Agama tidak menerima peniruan!
Meniru suatu gerakan fisik mungkin memberikan hasil yang sama, namun orang tidak akan dapat meniru pemahaman!
Untuk menjadi 'faqih', yakni menjadi orang yang 'memiliki pemahaman', merupakan berkah dan pertolongan Allah, untuk membebaskan orang dari peniruan.
Faqih bukan berarti orang yang menghafal aturan- aturan fiqih (hukum Islam)!
Penemuan alat perekam telah membuat pemikiran seperti ini usang sejak beberapa dekade yang lampau!
Agama telah disingkapkan kepada kita sebagai sumber yang dapat di BACA, sedemikian rupa sehingga kita mengenal sistem dan tatanan dimana kita merupakan bagiannya dan tempat tinggal kita. Namun yang paling penting, dengannya kita menjadi kenal dengan diri sendiri, menemukan harta pusaka di dalam esensi kita, dan pada akhirnya mengenal yang Esa yang bernama Allah sesuai dengan realitas holografik!
Orang yang gagal memahami hal ini jelas-jelas gagal dalam membaca surat al-Ikhlas, walaupun mungkin telah membaca berulang-ulang ratusan kali!
Mari kita simak ucapan Rasulullah (saw): “Sebagian orang banyak shalat, tapi shalat mereka tak menghasilkan apapun kecuali rasa letih, sebagian orang sering berpuasa namun puasa mereka tak menghasilkan apapun kecuali rasa lapar.”
Rasulullah (saw) telah menyampaikan Al-Qur'an agar kita memahaminya dan merenungkannya. Kemudian, mengambil setiap langkah kita selaras dengan 'sunnatullah.' Rasulullah (saw) tidak datang supaya kita menghabiskan usia kita untuk meributkan dan membicarakan rumor tentang gaya rambut, jenggot dan pakaian, serta menilai orang lain!
Lalu apa pemahaman agama yang sebenarnya yang diawali dengan kesaksian “Tidak ada Tuhan atau ketuhanan selain yang Esa yang bernama Allah (Laa ilaaha illallah)”?
Jika orang menyia-nyiakan kidup mereka untuk meniru-niru bukannya menyibukkan diri dengan mencari jawa ban terhadap pertanyaan ini, maka konsekuensi dari kegagalan mereka untuk membaca dan menemukan harta pusaka mereka yang tak hingga adalah derita dan penyesalan yang sangat besar!
Dan celakanya! Tidak ada konsep kompensasi di dalam sistem ini!
Perlu dicatat: Ini adalah pemahaman pribadi saya dan tidak mengikat siapapun. Mungkin saja sebagian dari Anda ada yang ingin berbagi dengan orang lain. Dan mungkin pula sebagian yang lain menjadi tidakNyaman karena memiliki kepentingan pribadi sehingga melarang tulisan saya ini, yang akan menyebabkan para pembacanya 'berpikir dan merenung'...
19 Mei 2005
Raleigh – NC, USA