Dan Perang Badar Pun Dimulai...
Hari itu Jumat pagi tanggal 17 Ramadhan. Kaum muslimin sedang maju ke medan pertempuran. Mereka akan berperang untuk keyakinan mereka, dan hasilnya tidak pasti. Mereka mungkin menang, dan Islam pun akan menyebar lebih jauh. Atau mereka mungkin mati, dan kematian mereka menjadi saksi terhadap keyakinan mereka, namun Islam akan menderita...
Mengetahui kritisnya situasi saat itu, Guru kita saw berdiri di medan tempur, memandangi pasukan kecilnya yang berjumlah 314 muslim, sedang menghadapi ribuan prajurit Quraisy. Beliau mengangkat tangan dan mulai berdoa:
"Ya Allah, penuhilah janjiMu kepadaku. Ya Allah, berikan kemenangan kepada kelompok kecil dari orang-orang beriman ini. Jika kelompok ini binasa, tidak diragukan, agama Islam akan lenyap!"
Pada titik ini, Abu Bakar Siddiq sedang bersama Guru kita saw. Ketika dia melihat Guru kita terus-terusan berdoa, dia tidak bisa menahan diri dan berkata, "Ya Rasulullah, sungguh Allah akan memenuhi janjiNya kepadamu."
Setelah mendengar ucapan Hzrat Siddiq ini, Guru kita nampak tenang... Setelah mendapat ketenangan, beliau berkata kepada Hazrat Siddiq, "Berita gembira, wahai Abu Bakar! Pertolongan Allah sungguh telah tiba! Sosok yang kau lihat itu adalah Jibril. Dia berdisi di atas bukit pasir itu, memegang tali kekang kuda, bersenjata, dan menunggu perintah."
Lalu beliau mengenakan baju jirahnya dan membaca ayat ke-45 surat Al-Qamar, kemudian meninggalkan tendanya...
"Golongan itu akan segera dikalahkan dan mereka akan berbalik dan berlari mundur!"
Di kemudian hari, Umar ra. melaporkan saat-saat itu dengan kata-kata berikut:
"Ketika ayat ini diwahyukan, aku berpikir pada diriku sendiri, 'Aku bertanya-tanya siapa yang akan dikalahkan dan siapa yang akan menang?' Akhirnya, di hari Perang Badar, ketika aku melihat Rasulullah saw membacakan ayat ini, aku faham bahwa Allah Yang Maha Kuasa bermaksud mengalahkan musyrikin Quraisy."
Sementara itu, di antara kaum musyrikin, Utbah bin Rabi'ah masih berusaha untuk mencegah pertempuran, dan ini menyebabkan konflik terus-menerus dengan Abu Jahal. Upaya Utbah selalu sia-sia karena Abu Jahal selalu menentangnya. Perang Badar telah ditakdirkan, dan tidak seorang pun bisa mengubahnya...
Maka, Pertempuran Badar pun dimulai. Selama awal pertempuran ini, Allah telah memerintahkan para malaikat seperti disebutkan dalam surat Al-Anfal:
"Sungguh, Aku bersama kalian, maka teguhkanlah orang-orang yang beriman... Akan Aku timpakan rasa takut di hati para pengingkar... Penggallah leher-leher mereka (ikatlah para pengingkar pada khayalan mereka) dan tebaslah semua ujung jari mereka."[1]
Allah juga telah mewahyukan kepada Guru kita:
"Ingatlah ketika engkau meminta pertolongan dari Rabb-mu dan Dia mengabulkannya, 'Sungguh kami akan memperkuat kalian dengan seribu malaikat yang datang beriringan."[2]
Mendapat wahyu ini, Guru kita memohon pertolongan Allah: "Ya Allah, beri kami bantuan dan pertolongan!" Mengabulkan permohonan ini, tiga ribu malaikat dikirim untuk memberi dukungan...
Hampir semua sahabat yang hadir dalam Pertempuran Badar mengatakan bahwa di berbagai tempat Allah memperkuat mereka dengan para malaikat, dan itu jelas-jelas nampak... Sebagai catatan sisi, yang saya kira perlu disebutkan di sini... Sebagaimana para pembaca yang berusia lanjut ketahui, dalam sejarah kita akhir-akhir ini, selama aksi pertahanan Gallipoli melawan Inggris dan sekutunya, tentara-tentara muslim yang mempertahankan Selat Bosforus dengan pengorbanan besar juga melihat para malaikat di antara mereka dengan berpakaian Islam tradisional. Bahkan, seorang pengarang Inggris menuliskan:
Pada hari itu, di antara tentara Turki yang mempertahankan Gallipoli, ada orang-orang dengan pakaian dan tas yang belum pernah kita lihat sebelumnya... Dan bantuan dari individu-individu ini sangat berkontribusi pada pertahanan mereka, dan sebagian mereka menangkap sebagian dari kita..."
Perang Badar dimulai dengan pertempuran kecil. Utbah bin Rabi'ah, yang menjadi komandan pasukan Quraisy, menantang kaum muslimin. Dia membawa saudaranya Syaibah dan putranya Walid besertanya dan menantang kabilah Hasyim untuk berhadapan dengan mereka.
Menanggapi tantangan itu, putra Utbah yang muslim, Abu Huszaifah ingin melawan mereka. Namun Rasulullah mencegahnya. Lalu dari kaum Anshar, Muadz, Mu'awwidz dan Abdullah bin Rawahah mengungkapkan keinginan mereka untuk maju dan melawan orang-orang Quraisy itu.
Namun Guru kita tidak ingin pertempuran awal ini dari pihak di luar dirinya, maka beliau pun mencegah mereka.
"Wahai Ali! Wahai Hamzah! Wahai Ubaid bin Harits! Tunjukkan kepada orang-orang ini kekuatan Islam... Nyatakanlah dengan jelas kepada mereka yang ingin memadamkan cahaya Allah dengan kepalsuan dimana keterbatasan mereka!"
Di masa itu, merupakan kebiasaan bagi masing-masing jagoan dari tentara yang sedang berseteru untuk maju berduel sebelum pertempuran dimulai. Jagoan yang berani dari satu pasukan akan menantang lawan yang setanding dengannya dari pihak musuh dan berduel. Terkadang proses ini diulang dua atau tiga kali untuk meningkatkan semangat bertempur.
Maka, Ali ra. dan Hamzah ra. berhadapan dengan orang dari kaum musyrikin. Mereka mengenakan topi baja di kepalanya dan baju jirah di punggungnya. Utbah awalnya tidak bisa mengenali mereka karena topi baja yang dikenakan. "Perkenalkan diri kalian sehingga kami bisa tahu siapa kalian. Jika kalian seperti kami, kami akan bertempur dengan kalian. Siapa kalian?"
Dari sisi kaum muslimin memperkenalkan diri:
"Aku Ubaid bin Harits!"
"Aku Ali bin Abi Thalib!"
"Aku Hamzah!"
Nama-nama ini adalah di antara orang-orang paling berani di suku Quraisy. Karenanya kaum musyrikin menerima mereka sebagai lawan yang sepadan dan berkata, "Ya, kalian sepadan dengan kami! Tunjukkan kemampuan kalian!"
Dan mereka pun menyerang...
Ubaid bin Harits ra. bertempur dengan Utbah bin Rabi'ah. Ali ra. berhadapan dengan Walid bin Utbah. Dan Hamzah ra. berhadapan dengan Syaibah bin Rabi'ah.
Hazrat Ali mengalahkan Walid, dan Hazrat Hamzah dengan cepat menaklukkan Syaibah... Keduanya terbunuh...
Ubaid dan Utbah, karena sudah tua, tidak mudah memberikan hasil, namun masing-masing saling melukai ke titik dimana keduanya tidak bisa berdiri sama sekali. Ali dan Hamzah segera mendekati mereka dan membunuh Utbah. Maka, tiga di antara musyrikin Mekah yang paling keras kepala telah menemui takdirnya di awal Perang Badar.
Karena Ali ra. adalah yang pertama tampil dalam pertempuran itu, di kemudian hari dia berkata, "Pada Hari Keputusan, aku adalah orang pertama yang akan berlutut untuk dihakimi dengan kaum msyrikin di hadapan Allah."
Ketika duel pertama itu, Utbah membuat Ubaid terluka berat di kakinya, memotong pergelangan kakinya dan menyebabkan dia kehilangan banyak darah. Ali dan Hamzah membawa dia mundur ke hadapan Guru kita saw. Ubaid dalam keadaan terluka bertanya, "Ya Rasulullah, apakah aku ini syahid atau tidak?" Guru kita menjawab, "Ya, engkau seorang syuhada."
Tidak lama setelah pertempuran berakhir, Ubaid ra. tidak tahan dengan luka-lukanya dan meninggal dunia... Dia kembali kepada Allah sebagai seorang syuhada.
Kini saatnya pertempuran skala penuh dimulai.
Kaum musyrikin meremehkan kaum mukminin dan ingin melenyapkan mereka secepat mungkin. Sebaliknya, Allah menampakkan kepada kaum mukminin bahwa kaum musyrikin itu tidak berarti apa-apa bagi mereka untuk mendorong semangat tempur mereka. Perihal ini dijelaskan dalam ayat berikut:
"Dan ingatlah ketika kalian berhadapan dengan mereka, Dia memperlihatkan mereka itu sedikit di mata kalian dan membuat kalian nampak sedikit di mata mereka... Maka, Allah memenuhi sebuah perkara yang telah ditetapkan! Segala sesuatu pada akhirnya kembali kepada Allah."[3]
Di sisi lain, Setan yang menghasut kaum musyrikin untuk berperang pada akhirnya meninggalkan mereka dan lari. Setan telah berhasil dengan tipuannya dengan tampilan sebagai manusia, membuat kaum musyrikin ingin beradu melawan kaum muslimin. Pada akhirnya, seperti yang biasa dia lakukan, dia meninggalkan sekutunya. Situasi ini dijelaskan dalam Surat Al-Anfal:
"Setan menjadikan perbuatan mereka menarik bagi mereka dan berkata, 'Tidak seorang pun akan mengalahkan kalian hari ini! Sungguh, aku bersama kalian'... Tapi ketika kedua pasukan saling berhadapan, dia membalikkan badan dan berkata, 'sungguh, aku tidak bersama kalian! Sungguh, aku melihat apa yang tidak kalian lihat... Dan sungguh, aku takut kepada Allah... Allah itu Syadidul Iqab (memberi akibat yang sangat keras terhadap pelanggaran)."[4]
Seperti disebutkan di atas, para malaikat datang untuk membantu tentara Islam, yang jumlahnya lebih dari lima ribu orang. Selama pertempuran, Guru kita menugaskan malaikat-malaikat khusus untuk menyertai sahabat-sahabatnya tertentu. Beliau mengatakan kepada Ali ra. dan Abu Bakar ra. bahwa satu di antara mereka ditemani Jibril, dan yang lainnya ditemani Mikail dan Israfil di samping mereka.
Dalam panasnya pertempuran, berkali-kali, kaum muslimin menyaksikan kematian dari lawan mereka bahkan sebelum mereka sempat memukulkan pedang-pedang mereka. Ketika kaum muslimin dan kaum musyrikin bertempur sepenuhnya, Guru kita saw mengambil sekepal pasir, melemparkannya ke arah musuh dan berdoa, "Semoga wajah mereka menghitam! Ya Allah, campakkan rasa takut ke hati mereka dan buat kaki mereka gemetar."
Selama pertempuran, Abu Ayyub al-Anshari, Khalid bin Zaid ra. bertugas menjaga Guru kita saw. Ketika beliau melihat dia di medan tempur, beliau memanggilnya untuk tetap berada di dekatnya di sepanjang pertempuran. Jadi, Hazrat Khalid, yang dikenal sebagai Eyup Sultan di Istambul, ditugasi untuk melindungi Rasulullah saw selama pertempuran.
Pertempuran itu terlihat kacau, dengan kedua belah pihak berbaur sehingga sulit untuk membedakan satu dari yang lainnya. Sejalan dengan berlalunya waktu, kaum muslimin memperoleh keunggulan, dan mulai membunuh atau menangkap para pemimpin musyrikin Quraisy satu demi satu.
Namun demikian, Sa'ad bin Muadz ra., yang berdiri di dekat Guru kita saw untuk mempertahankannya selama pertempuran, tidak merasa senang dengan situasi itu. Guru kita bertanya:
"Wahai Sa'ad, demi Allah, nampaknya bagiku engkau tidak setuju dengan apa yang dilakukan para sahabatmu."
Sa'ad lalu menjelaskan pemikirannya:
"Benar sekali, ya Rasulullah! Dalam pertempuran pertama dimana Allah menghadapkan kita dengan kaum musyrikin, lebih baik jika kita membunuh mereka dan menimpakan kekalahan yang telak pada mereka yang dengannya mereka tidak akan pernah pulih, daripada menangkap mereka hidup-hidup dan melepaskannya."