PERINGATAN AKHIR
Jelas bahwa makna-makna dari nama-nama Allah tidak dapat dibatasi sesempit itu. Inilah mengapa saya menahan diri untuk membahas topik ini selama bertahun-tahun. Karena saya tahu bahwa mustahil untuk membahas topik yang sangat luas ini dengan cakupan yang selayaknya. Namun demikian, hasil perenungan saya terhadap ilmu ini telah mendorong saya untuk membahas topik ini sampai batas tertentu. Semoga Allah mengampuni saya. Telah banyak buku yang ditulis dalam bidang ini. Saya hanya menyentuhnya berdasarkan pemahaman saya saat ini dan dengan cara yang mudah diingat. Mungkin saya hanya mengungkap sebagian kecilnya saja!
SubhanAllahu amma yasifun! (Al-Qur’an 23:91)
Saya merasa perlu untuk mengulang pentingnya hal berikut sebelum mengakhiri topik ini:
Segala sesuatu yang dengannya saya telah berbagi dengan Anda di sini, mesti dilihat dan dialami didalam kesadaran diri, setelah dibersihkan dari batasan-batasan yang diciptakan oleh identitas khayal (ke’Aku’an) dan kentalnya hal keberadaan jasmaniah. Jika pembersihan ini melibatkan pengulangan kata-kata dan frase tertentu secara otomatis tanpa konfirmasi pengalaman, hasilnya tidak akan berbeda dengan komputer yang menjalankan program, dan karenanya tidak efektif. Sufisme adalah sebuah jalan hidup! Orang-orang yang menceritakan dan mengulang-ulang perkataan orang lain (tidak beda dengan bergosip!) memboroskan hidup mereka, mendapatkan hiburan di dalam permainan Setan dengan berbagai hiasannya!
Bukti dari telah dicapainya realitas dari ilmu ini adalah dengan berakhirnya penderitaan! Yakni jika Anda tidak lagi terganggu atau bermasalah oleh apapun atau siapapun. Jika tidak ada lagi situasi atau orang yang dapat menyusahkan Anda, ini berarti bahwa ilmu ini telah menjadi realitas Anda! Selama masih terikat oleh pertimbangan nilai yang melekat kepada pengkondisian dan menjalani hidup di sekitar emosi dan perilaku yang dihasilkan daripadanya, hidup seseorang akan berlanjut dan matang sebagai ‘mahluk melata’ (bukan manusia) dan terkena hukum ‘sebab-akibat’, baik di sini maupun di akhirat.
Ilmu itu untuk diamalkan. Maka, marilah kita mulai dengan menerapkan: ‘ilmu yang tidak diamalkan adalah beban di pundak pemiliknya!’
Marilah kita bertanya kepada diri sendiri di setiap penghujung hari:
“Sudah siapkah aku menempuh perjalanan ‘satu-arah’ malam ini di dalam tidurku?”
“Apakah perkara-perkara duniawi masih menggangguku dan membuatku menderita? Atau apakah aku menjalani pengabdianku dengan tentram dan bahagia?”
Jika jawaban Anda adalah ‘Ya’, kabar gembira bagi Anda, kawan! Jika jawabannya ‘Tidak’, maka banyak tugas menanti Anda hari esok! Dalam hal ini, ketika Anda bangun pagi, tanyalah diri Anda “Apa yang harus aku lakukan hari ini agar malam ini bisa tidur dengan tentram dan bahagia sepenuhnya?”
Maha agung Dia yang Esa yang memperkenankan kita menjalani hari-hari kita dengan kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita miliki akan lenyap...
Wassalam...
Seecara khusus saya ucapkan terima kasih kepada imam Masjid Istanbul Kanlica, Hasan Guler Hodja, ulama yang dimuliakan dan teladan ilmu, yang telah berbagi wawasan yang berharga dengan saya dan atas bantuannya pada ‘Menyingkap Sandi Al-Qur’an’.
AHMED HULUSI
03 Februari 2009
North Carolina, USA