Agama Berhala-Sentris
Mungkin kita mesti mempertanyakan landasan dari topik ini:
Pemahaman agama yang berhala sentris, ataukah yang Muhammad sentris?
Benar, saya telah melempar bola kontroversial lainnya. Semoga Anda memaafkannya. Perbedaan tipis di antara keduanya menyiratkan arti yang sangat besar! Faktanya, kegagalan untuk mengenal perbedaan ini bisa berarti ketidakmampuan untuk melepaskan diri dari 'paham agama' untuk mencapai realitas Agama!
Jadi, apa shih perbedaan pentingnya?
Menurut konsepsi umum kaum Muslim, agama adalah sistem kepercayaan tuhan-sentris. Yakni, meskipun kaum Muslim selalu mengatakan bahwa Allah 'ada dimana-mana' atau 'tidak terikat tempat', namun 'tuhan-berhala' yang mereka namai 'Allah' selalu dibayangkan sebagai keberadaan di suatu tempat di langit atau di dalam dimensi ruang angkasa yang lebih atas! Karenanya, mereka meyakini sosok tuhan di suatu tempat di luar sana. Padahal ini merupakan pemikiran dualitas yang keliru, syirik yang nyata; suatu bentuk mempersekutukan Allah! Hampir semua orang dengan konsep dualistik ini meyakini sosok tuhan yang didalilkan, yang mereka labelkan sebagai 'Tuhan' atau 'Allah', dan yang mereka bangun berdasarkan budaya, lingkungan dan imajinasi mereka sendiri.
Sebagian orang, berdasarkan alasan mereka yang tidak logis, melarang perenungan terhadap ayat-ayat di dalam Al-Qur'an yang terkait dengan topik ini, dan karenanya 'tuhan pribadinya' sedemikian melekat di dalam otak mereka, tidak menyisakan ruang untuk maju atau berkembang!
Menurut anggapan dan pemikiran mereka yang keliru, tuhan pribadi ini memungut seorang utusan bagi dirinya di antara mahluk- mahluk bumi, dan merekrutnya sebagai kurir pembawa pesan di muka bumi! Dan semua ini terjadi melalui malaikat pembawa pesan yang 'diturunkannya' ke bumi!
Menyimpang dari pokok pembicaraan, mereka yang percaya akan UFO dan mahluk angkasa luar mengklaim mereka sebagai malaikat, atau bahkan sebagai tuhan, yang sebenarnya merupakan ras maju dari luar angkasa.
Sungguh, mahluk-mahluk dari luar angkasa mungkin saja telah datang, dan mungkin masih demikian hingga saat sekarang! Mengingkari semua kemungkinan ini bertentangan dengan nalar. Namun, menganggap mahluk-mahluk ini sebagai malaikat atau tuhan merupakan kekeliruan! Ajaran Rasulullah (saw) tidak ada relevansinya dengan hal-hal demikian; kita mesti memahami hal ini dengan baik.
Dajjal yang akan mengklaim sebagai tuhan yang mengunjungi hambanya di muka bumi juga akan menggunakan pendekatan agamis berhala-sentris untuk menaklukkan orang- orang yang beriman kepada tuhan-berhala agar berserahdiri kepadanya! Hanya sedikit umat di muka bumi yang benar-benar akan menolaknya!
Al-Masih yang ditunggu-tunggu umat Yahudi dan Kristen sebenarnya bukan Isa (as); melainkan Dajjal! Isa (as) akan muncul setelah kedatangan Dajjal yang mengaku tuhan. Dajjal akan dibinasakan Isa (as) secara pribadi, yang akan muncul di muka bumi sebagai pemuda berusia 33 tahun. Kemudian beliau akan hidup 7 hingga 11 tahun bersama imam Mahdi, sang Pembaru (mujaddid) terakhir di muka bumi, sebelum ras Yajuj dan Majuj dari Asia Utara menyerbu Timur Tengah. Setelah periode ini, Isa (as) akan hidup hingga usianya 73 tahun – hingga genap 40 tahun di muka bumi. Semua ini berdasarkan beragam hadits Rasulullah (saw). Informasi lebih jauh bisa Anda dapatkan dalam buku Misteri Manusia dalam pasal 'Tanda-tanda Kiamat'.
Kembali ke topik utama kita, 'agama berbasis-berhala' pada intinya bersifat materialistik.
Menurut pandangan agamis berbasis-berhala, Al-Qur'an dan hadits hanya memiliki makna dan nilai harfiah saja.
Pandangan agamis berbasis-berhala mendikte bahwa Tuhan secara harfiah memiliki tangan!
Pandangan agamis berbasis-berhala mengklaim bahwa Tuhan mempunyai timbangan dengan dua pringan kiri-kanan (Nampaknya Tuhan belum menemuka timbangan digital dan versi lain yang lebih maju!).
Pemahaman agama semacam ini tidak mendorong perenungan, tidak memiliki pemikiran untuk menyadari bahwa bahasa perumpamaan ini sebenarnya dapat digunakan untuk menunjuk kepada realitas tertentu pada manusia...
Karenanya, segalanya di dalam pandangan agamis berbasis- berhala adalah beradasarkan dunia materi. Tidak ada ruang untuk bertanya, menimbang, merenung atau bahkan untuk berpikir! Hanya ada perintah dan penerapan buta!
Di bawah panji 'Fiqih Komparatif' ayat-ayat perumpamaan telah ditafsirkan menurut waktu dan jaman terkini dan diterima dalam lingkup agama dan syariah (hukum Islam). Karenanya, penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan waktu dan jaman tertentu kini diambil seolah sebagai hukum-hukum agama.
Menurut agama berbasis-berhala, shalat dan puasa bagaikan utang yang mesti dibayar kepada tuhan. Jika Anda gagal untuk melakukannya, tuhan akan mengirim anda ke penjara, atau tepatnya neraka!
Pandangan agamis berbasis-berhala mengatakan: “Kami hanya patuh kepada perintah dan tidak memikirkan yag lainnya. Dia lebih tahu hakikat sesuatu; kita tak perlu tahu yang lainnya. Jika diperlukan, Dia akan memberitahu kita. Tugas kita hanya mematuhi perintahnya dan melakukan sembahyang. Bukan tempat kita untuk mempertanyakan hikmah dan alasan serta menimbang yang lainnya..”
Frase lain yang sangat klise dari pandangan ini adalah: “Kita semua akan mati dan segala sesuatu akan menjadi jelas di Hari Kiamat!”
Adapun mengenai pandangan agama yang berpusat kepada Nabi Muhammad (saw), Rasul Allah dan Nabi terakhir... Jauh berbeda dari pendekatan materialistik, pandangan ini didukung oleh semua ahli realitas, para guru Sufi, mulai dari Haji Bektashi Wali dan Imam Ghazali hingga Abdulqadir Jilani dan Syeikh Bahaadin Naqsyibandi, yang jika dikatakan kepada mereka “Anda nampak sombong” mereka akan menjawab “ini bukan kesombongan (kibr), ini keagungan (kibria)”... Dan banyak lagi yang lainnya...
Nabi Muhammad (saw) adalah seorang yang Hanif. Beliau mengetahui benar ketidakabsahan konsep tuhan-berhala, dan pada usia ke 39 beliau menyatakan kepada masyarakat penyembah berhala, “tidak ada tuhan atau ketuhanan, hanya ada Allah (Laa ilaaha illaAllah).”