Hijab Pengkondisian
Rintangan terbesar yang menghalangi kita untuk mencapai tujuan kita dan menghijab realitas adalah pengkondisian. Pengkondisian-pengkondisian pada diri kita bisa menimbulkan hal yang bukan-bukan seperti halnya orang yang sedang mencari kacamatanya padahal ia selalu berada di kepalanya. Sungguh, sampai dia bersih dari pengkondisian-pengkondisiannya, serta penilaian dan emosi-emosi yang dihasilkan darinya, manusia tidak akan benar-benar mengetahui yang Esa yang ditunjuk oleh nama Allah. Oleh karena itu, dia tidak akan pernah mencapai realitas dirinya, atau mengenal Allah sebagaimana yang disingkapkan oleh Nabi Muhammad (saw).
Dia akan menyebut kata Allah selama masa hidupnya, namun hanya berupa nama yang diberikan kepada Tuhan yang diciptakan dalam pikirannya, Tuhan yang dia bayangkan berdasarkan pengkondisian-pengkondisian yang dibuatnya! Orang yang gagal memahami Allah seperti yang disingkapkan Nabi Muhammad (saw), dapat mengatakan Allah kepada Tuhan yang dia bayangkan dan ciptakan dalam pikirannya – sebagai hasil dari gaya hidup yang digerakkan oleh pengkondisian-pengkondisian dan insting – sesuka dia, namun tidak memberikan manfaat baginya sama sekali. Karena Dualitas sudah pasti merupakan bentuk penindasan-diri yang paling buruk!
Orang yang gagal mengenal dan memahami Allah, sebagaimana yang diungkapkan oleh Nabi Muhammad (saw), tidak mempunyai peluang untuk mengetahui asal-muasal dari kesadarannya, untuk melompat ke dimensi kesadaran kosmik, atau untuk mengevaluasi jagat-raya dengan wawasan realitas aktualnya! Karena Tuhan imajinasi di kepalanya akan selalu membuatnya terkurung dan mencegahnya untuk melihat realitas sebenarnya.
Satu-satunya jalan agar orang dapat meloloskan diri dari kepompong pengkondisiannya adalah dengan menerima dan merenungkan ilmu mengenai realitas dan berselaras dengan ketentuan-ketentuannya.
Namun sayangnya, orang-orang pada umumnya tidak mengetahui cara menggunakan kecakapan berpikirnya, bahkan sebaliknya dibesarkan sebagai penghafal tanpa memikirkan makna yang dibacanya. Karenanya, mereka tidak mau atau tidak suka untuk terlibat dalam apapun yang memerlukan pemikiran yang mendalam. Oleh karena ini, mereka berperilaku mengikuti lingkungan mereka, mengikuti kabar angin dan meniru-niru perbuatan orang lain. Sebagai akibatnya, setiap orang menyembah berhalanya! Sejak usia yang sangat muda, kita telah terkondisikan oleh keyakinan bahwa apapun yang dilakukan orang dewasa di sekitar kita mesti lah benar, dan karenanya kita pun melakukan hal yang sama; kita mengambil nilai-nilai mereka menjadi milik kita. Nilai-nilai ini kemudian menyeret kita sehingga kita mempunyai anggapan yang sama sekali bertentangan dengan realitas. Menyekap kita di dalam kepompong yang dijalin oleh khayalan dan membuat kita berpikir: ‘Mengapa aku mesti menghabiskan masa hidupku untuk menyembah Tuhan apabila aku dapat melakukan hal yang baik di kemudian hari dan mendapatkan pertolonganNya untuk meloloskan diri?’
Pikiran semacam ini merupakan asumsi-asumsi yang tidak benar yang didasarkan pada informasi palsu yang diperoleh melalui pengkondisian-pengkondisian yang tidak berdasar! Al-Qur’an merujuk kepada orang-orang ini sebagai:
“Mereka hanya mengikuti asumsi dan keinginan ego [mereka](meskipun) ilmu mengenai Realitas benar-benar telah datang kepada mereka dari Rabb mereka (realitas Nama-nama yang menyusun esensi mereka).” (Al-Qur’an 53:23)
“Dan mereka tidak memiliki ilmu tentangnya. Mereka hanya mengikuti asumsi-asumsi, dan sungguh, asumsi tidak akan pernah mencerminkan kebenaran.” (Al-Qur’an 53:28)
“Dan asumsi kalian tentang Rabb kalian telah membawa kalian kepada kehancuran, dan menjadikan kalian termasuk orang-orang yang merugi.” (Al-Qur’an 41:23)
Sungguh, tidak ada apapun yang dapat mengganti kerugian yang disebabkan oleh pengkondisian-pengkondisian yang tidak benar!
Kita membatasi diri sendiri kepada tubuh fisik dan menganggap adanya sosok Tuhan di langit dan kemudian berusaha menyembahnya dengan pribadi jasmaniah ini! Kita menjadi bingung terhadap sosok Tuhan ini, kita menilai dan mengkritiknya, bahkan lebih sering menyalahkannya karena melakukan hal-hal yang tidak pantas… Kita hampir tidak menyadari bahwa sosok Tuhan semacam ini tidak pernah ada sama sekali! Kita tidak pernah mendengar pesan Nabi Muhammad (saw) bahwa sosok Tuhan seperti ini tidak pernah ada. Sebagai akibatnya, kita melanjutkan hidup kita dengan membuat kesalahan-kesalahan yang tidak dapat diubah…
Seandainya kita membayangkan letak manusia di Bumi, dan memikirkan kehidupan dan lokasi seorang manusia di muka bumi… Jika ada sosok Tuhan sebesar Bumi ini, dimanakah letak manusia ini terhadap Tuhan? Sekarang pikirkan tentang Matahari, yang besarnya satu juta tiga ratus tigabelas ribu kali lebih besar dibandingkan Bumi… Dimanakah letak Bumi terhadap Matahari?
Berapakah ukuran seorang manusia dibanding Matahari? Mungkin seperti sebuah kromosom di dalam sel dibanding seluruh tubuh manusia. Dan dimanakah letak Matahari di dalam galaksi yang mencakup 400 milyar bintang seperti Matahari? Jika galaksi yang meliputi 400 milyar bintang ini adalah ‘Tuhan’, dimanakah letak Matahari terhadap mahluk besar ini?
Sekarang, mari kita bayangkan Matahari, sedang menyembah tuhan-galaksi ini, dengan mempertuhankannya dan mengagungkanNya, atau mengingkari, membenci dan memarahinya. Apa pengaruhnya, jika pun ada? Dan dimanakah letak seorang manusia dibanding tuhan-galaksi yang sangat besar ini? Mari kita merenungkannya dengan perhatian serius… Karena jika kita bisa melihat hal yang bukan-bukan dari gambaran ini, kita dapat memahami bahwa doa bukanlah sebuah praktek persembahan, yang dilakukan untuk Tuhan eksternal agar tercatat dalam kitab-kitab kebaikannya!
Orang-orang yang bijak dan tercerahkan di masa lampau mengatakan:
Allah tidak membutuhkan doa-doa kalian! Kalian lah yang membutuhkannya, jika kalian ingin menjamin masa depan kalian.
Sungguh, bukan Allah yang membutuhkan doa-doa Anda melainkan Anda! Doa adalah untuk Anda!
Jika kita kurang mementingkan doa, kita telah menindas diri kita sendiri karena tidak memperkayanya dengan fitur-fitur dan kekuatan-kekuatan tak-terhitung dengan sepantasnya.
Mengenal dan menyingkap diri esensi Anda, dengan menemukan potensi intrinsik tak-hingga Anda dan memungkinkan Anda untuk hidup kekal dalam suasana surgawi, akan bergantung pada aktivitas-aktivitas ini.
Anda harus menjalankan amalan-amalan ini untuk diri Anda sendiri, untuk kebaikan Anda sendiri…
Jika tidak demikian, satu-satunya yang akan rugi adalah diri Anda sendiri, karena tidak ada sosok Tuhan di luar sana yang dengannya Anda dapat mencari muka!
Waspadalah:
Jika dengan mengatakan ‘tidak ada Tuhan di luar sana’ Anda meninggalkan semua amalan dan doa-doa Anda, Anda akan mendatangkan kerugian yang sangat besar. Karena amalan-amalan itu merupakan keharusan untuk kepentingan masa depan Anda, dan jangan pernah diabaikan. Satu-satunya pemahaman yang keliru yang mesti dikoreksi adalah bahwa doa-doa dan amalan-amalan itu tidak ditujukan untuk sosok Tuhan eksternal dengan maksud mendapatkan pertolongannya, melainkan untuk diri Anda sendiri dan untuk masa depan Anda!