Ali (r.a.) meriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah (saw) sedang duduk-duduk dengan sebuah ranting di tangannya dan beliau membuat goresan di tanah. Tiba-tiba beliau mengangkat kepalanya dan berkata:
“Tidak satupun di antara kalian yang belum dicanangkan tempat duduknya di Surga ataupun di Neraka.”
Mereka berkata: “Ya Rasulullah, lalu untuk apa berikhtiar, mengapa tidak membiarkan saja segala sesuatu berjalan apa adanya dan pasrah?” Oleh sebab itu beliau berkata:
“Tidak, kerjakanlah amalan-amalan yang baik, karena setiap orang dimudahkan dalam hal untuk apa dia diciptakan.”
Kemudian beliau membacakan ayat ini:
“Adapun dia yang memberi kepada yang membutuhkan dan mencari perlindungan Allah dan membenarkan Kalimat Tauhid, Kami akan mudahkan dia menuju Surga. Namun dia yang kikir dan mengira dirinya terbebas dari kebutuhan dan mengingkari Kalimat Tauhid, Kami akan mudahkan baginya menuju Neraka.” (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi)
Jabir meriwayatkan bahwa Suriqa bin Malik bin Ju'syuin datang dan berkata: “Rasulullah, terangkanlah mengenai agama kami kepada kami (dengan cara) seolah kami belum diciptakan sekarang ini. Apapun perbuatan yang kita lakukan hari ini, apakah karena semuanya telah ditentukan sebelumnya dan telah tertulis, ataukah yang kita lakukan yang menentukannya?”
Oleh sebab itu beliau berkata:
“Segala sesuatu telah ditentukan sebelumnya dan telah tertulis.”
(Suraqa bin Malik) berkata: “Jika demikian, lalu apa gunanya melakukan perbuatan-perbuatan baik?”
Rasulullah berkata:
“Lakukanlah, karena setiap orang dimudahkan untuk melakukan niatnya. Dia yang melakukan kebaikan akan dimudahkan kepada kebaikan.” (Muslim, Tirmidzi)
Tirmidzi meriwayatkan:
Umar (r.a.) bertanya: “Ya Rasulullah, apa pendapat Anda, apakah aktivitas-aktivitas kita diciptakan ketika kita melakukannya, ataukah semua itu telah ditakdirkan?”
Rasulullah (saw) menjawab:
“Hai anak Khattab, setiap orang dimudahkan untuk melaksanakan apa yang telah ditakdirkan baginya. Dia yang termasuk orang yang baik akan berjuang untuk kebaikan, dan dia yang termasuk orang yang jahat akan berjuang untuk kejahatan!”
Imran bin Husain (r.a.) berkata:
Dua orang dari suku Muzaina datang kepada Rasulullah (saw) dan bertanya:
“Ya Rasulullah! Apakah semua aktivitas yang kita kerjakan hari ini telah ditakdirkan dan dituliskan sebelum kita melaksanakannya, ataukah semua itu ditentukan dan dicatat setelah kita melaksanakannya?”
Rasulullah (saw) berkata:
“Tidak, segala sesuatu telah ditakdirkan dan ditentukan sebelumnya. Ayat di dalam Kitab Allah Yang Maha agung menegaskan hal ini: ‘Demi diri dan Yang Esa yang memerintahkan (cara, petunjuk) diri dan menunjukkan kepada diri cara mengerjakan kebaikan dan keburukan.’” (Al-Quran 91:7-8)
Abdulwahid bin Sulaim (r.a.) meriwayatkan:
“Saya datang dari Mekah dan bertemu Ata bin Abi Rahah dan bertanya kepadanya: “Ya Abu Muhammad, penduduk Basra mengatakan bahwa tidak ada yang namanya ketentuan sebelumnya?”
Ata berkata: “Anakku, apakah engkau membaca Al-Qur’an?”
“Ya” jawab saya.
“Maka bacalah surat Az-Zukhruf,” kata beliau.
Maka saya pun mulai membacanya: “Ha-mim. Demi kitab yang nyata, sungguh Kami telah membuatnya sebagai Al-Qur’an berbahasa Arab agar kalian bisa memahaminya. Dan sungguh ia ada di dalam Induk Kitab, dalam kehadiran Kami, tinggi martabatnya dan penuh hikmah.” (Al-Quran 43:1-4)
Ata bertanya: “Tahukah kamu apa itu Induk Kitab?”
“Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” kata saya.
Ata melanjutkan: “Itu adalah kitab yang Allah tulis sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di dalamnya, tertulis tentang Fir’aun dan bahwa dia merupakan penduduk neraka, dan di dalamnya ada ayat ‘Binasalah kedua tangan Abi Lahab.’”
Ata (r.a.) berkata: Aku bertemu Al-Walid anak ‘Ubadah bin As-Samit sahabat Rasulullah (saw) dan bertanya kepadanya: “Apa nasihat ayahmu ketika beliau meninggal?” Dia berkata: “Dia memanggilku dan berkata: ‘Hai anakku! Waspadalah akan Allah, dan ketahuilah bahwa kamu tidak pernah bisa memperhatikan Allah hingga kamu beriman kepada Allah, dan kamu beriman kepada Al-Qadar – keseluruhannya – yang baiknya dan yang buruknya. Jika kamu mati dengan keyakinan selain ini, kamu akan masuk ke Neraka.
Sungguh, aku mendengar Rasulullah (saw) mengatakan:
“Sungguh yang PERTAMA-TAMA DICIPTAKAN Allah adalah Pena. Kemudian Dia berkata kepadanya: ‘’Tulislah.’ Ia berkata: ‘Apa yang harus ditulis?’ Dia berkata: ‘Tuliskan Al-Qadar, apanya, dan harus bagaimananya, hingga kekekalan.’” (Tirmidzi, Abu Dawud)
Abdullah bin Fairuz ad-Dailami mengatakan: “Saya mendatangi Ubayy bin Ka’ab dan berkata: ‘Pikiran saya bingung berkenaan dengan takdir. Katakanlah kepadaku yang dengannya Allah akan menghilangkan keraguan dan kebingungan dari dalam hatiku’ Ubayy menjawab: ‘Jika Allah akan menyiksa segala sesuatu di muka bumi dan di langit, Dia tidak akan bertindak kejam, dan jika Dia akan memperlakukan segala sesuatu dengan kasihNya (Rahmah), KasihNya akan lebih bermanfaat dibanding aktivitas mereka terkini. Jika engkau mengeluarkan emas sebesar Gunung Uhud atas nama Allah namun tidak meyakini takdir, dan engkau tidak percaya bahwa apapun yang ditetapkan menimpamu pada akhirnya akan menimpamu, dan apapun yang ditetapkan tidak akan menimpamu tidak akan pernah menimpamu, Allah tidak akan menerima amalmu. Jika engkau mati dengan keyakinan selain ini, engkau akan masuk Neraka.’