Dibawah nama dan sosok 'manusia' adalah Rabb-nya seluruh alam (sumber makna tak hingga dari Nama-nama) yang mewujudkan apa yang Dia kehendaki, dan yang, sebagai ketentuan dari UluhiyyahNya, memanifestasikan diriNya dengan WahidiyyahNya (Keesaan) dan memelihara ciptaan dan formasi baru di setiap saat dengan RahmaniyyahNya (potensi quantum tak hingga)!
Maka, setiap keadaan manifestasi di jagat raya ini hadir pada tingkatan mikro di dalam manusia. Manusia akan mengenal jagat raya sejauh dia mengenal dirinya sendiri...
Ketika realitas Uluhiyyah menciptakan dzat manusia, Dia menciptakan manusia sebagai cermin. Dia menjadikan manusia Wahid dengan WahidiyyahNya, dan terus menciptakan melaluinya dengan RahmaniyyahNya, dan menjadi Khaliq (pencipta) dari semua tindakannya dengan RububiyyahNya!
Arasy, Kursi dan ketujuh langit berada di dalam jagat raya!
Arasy, Kursi dan ketujuh langit berada di dalam diri manusia!
Jagat raya ada dengan semua malaikat-malaikatnya!
Manusia ada dengan semua malaikat-malaikatnya!
Orang-orang yang telah dianugrahi 'Makrifatullah ', ahwal ke empat setelah 'Haqiqah' (Realitas), akan memBACA dan mencerna dengan baik apa yang diwakili metafora ini di dalam sistem ini. Mereka akan mengetahui apa arti Arasy dan Qursi, dan kekuatan-kekuatan apa di dalam sistem ini yang ditunjuk sebagai malaikat!
Makanya ada perkataan: “Apap un yang engkau cari, carilah di dalam dirimu sendiri”.
Karena, jika Anda mengenal diri Anda sendiri sebagai dunia mikro, Anda akan mengetahui jagat raya sebagai dunia makro. Karenanya, Anda akan mengenal siapa dan apa itu yang namanya 'Rabb-nya alam semesta'!
Sayr-i anfusi (jalan kedalam diri) adalah proses untuk mengenal diri.
Orang-orang yang menapaki jalan ini mau tidak mau akan melewati dan sampai di maqam 'mengenal diri sebagai Realitas.' Ini akan membawanya ke lubang: “Akulah sang Realitas (Haqq), aku akan melakukan apapun sesukaku, semuanya sah bagiku.” Keadaan ini dirujuk sebagai nafs-i mulhima (diri yang terilhami), karena dalam keadaan ini diri mulai menerima inspirasi mengenai realitas diri. Jika seseorang tidak dapat melewati maqam ini dan sampai ke keadaan 'kesadaran teguh', maka diri penghasut (nafs-i amarah) akan mulai lebih kuat. Dengan ilmu mengenai diri yang terilhami, diri akan mulai mengembangkan identitas seperti-firaun dan mulai melihat diri sendiri sebagai diri yang sempurna sedangkan yang lain bercacat, dan dalam keadaan ini ia akan meninggalkan dunia ini!
“Begitu banyak orang yang kalah pada jalan ini, hal yang tidak seorangpun akan menanyakannya” merupakan perkataan yang dirujuk atas kekalahan ini!
Sungguh, esensi manusia bisa tersusun dari Realitas, tapi ini tidak membebaskan manusia dari tanggungjawab atas perbuatan- perbuatannya! Di setiap saat, manusia mau tidak mau akan menjalani akibat dari perbuatan sebelumnya! Dia akan dipaksa menjalani hasil dari pikiran dan tindakan yang dilakukannya!
Dengan kata lain, hari ini adalah akibat dari hari kemarin.
Sekarang, mari kita menuju kepada inti permasalahan...
Mari kita mencoba memahami ini dengan mengingat ucapan istimewa dari Hazrat Abu Bakar: “Pemahaman bah wa engkau tidak akan pernah memahami pemahaman Allah adalah pemahaman Allah”...
Segala sesuatu yang dijelaskan Al-Qur'an berkenaan yang Esa yang bernama Allah mesti dikaji dari segi aspek universal (yakni, dari segi esensi dan kesadaran jagat) maupun aspek yang berkenaan dengan wujud yang ditunjuk oleh kata 'manusia' dan realitasnya!
Seperti telah saya sebutkan di atas, semua definisi yang digambarkan dalam Ayat Qursi, dalam ayat-ayat yang dimulai dengan “Qul a'udzu” dan “Qul HuAllahulladzi” menyingkapkan beragam fitur manifestasi, baik secara universal maupun melalui manusia.
Jadi apa dan dimanakah letak Rabb dan Malik yang kepadanya kita berlindung? Dimanakah letak “ilahin-nas” yang kepadanya kita memohon?
Nama-nama Allah adalah fitur-fitur komposisional yang hadir dalam dimensi Rububiyyah (fitur-fitur komposisional yang ditunjuk oleh Nama-nama), baik di jagat raya maupun dalam wujud manusia.
Karenanya, ketika kita membaca Al-Qur'an, kita mesti mengetahui fakta bahwa segala sesuatu yang dikatakan mengenai Allah menunjuk kepada komposisi-komposisi struktural, atau fitur-fitur, yang menyusun kita. Dan segala sesuatu yang akan kita hadapi di masa yang akan datang akan ada dalam lingkup fitur-fitur ini!
Sebagai rangkuman: Jika kita ingin memahami Al-Qur'an, pertama-tama kita mesti selalu ingat bahwa Al-Qur'an bukanlah kitab perintah-perintah yang dikirim oleh sosok Tuhan di luar sana. Kemudian, dengan pemikiran bahwa ia adalah kitab tentang Sistem Allah, tentang 'sunnatullah' dan penyingkapan dari fitur-fitur intrinsik yang berkenaan dengan esensi manusia dan jagat raya yang ditunjuk oleh nama 'Allah', kita bisa mulai menapaki jalan menuju kematangan...
Realitas puncak dan yang tidak dapat disangkal adalah bahwa yang Esa yang bernama 'Allah' adalah pencipta manusia dan banyak jagat dengan fitur-fitur komposisional yang ditunjuk oleh nama-namaNya, dalam ilmuNya!
Tapi, baik manusia maupun alam semesta tidak dapat dipertuhankan!
Hingga hari ini, tidak ada mahluk sadar yang benar-benar tercerahkan yang mendeklarasikan diri sebagai 'Allah'!
30 Mei 2005
Raleigh – NC, USA