Hukum yang berbeda mengatur alam keberadaan yang berbeda. Demikian pula dengan alam Akhirat, ia memiliki hukum dan aturannya sendiri. Namun demikian, rasa ‘aku’ kita tak akan berkurang, bagaimanapun cara kita hidup, atau kesenangan atau kepedihan apa yang kita alami, kesadaran dan jiwa kita akan merasakan semuanya sampai hal yang terkecil.
Bagaimana kapasitas jiwa dan kesadaran-diri kita nantinya?
Sejauh mana kita mengembangkan kapasitas ini di dunia, hingga titik ajal, akan menjadi kapasitas yang tetap selama-lamanya, di alam Akhirat! Apa yang gagal kita kenali pada dimensi keberadaan ini, tak ada kesempatan kedua untuk kita kenali di masa datang…
Jika kita tidak memperkuat tubuh spiritual kita sekarang, kita tak kan memiliki kesempatan untuk kembali ke dimensi ini untuk memperbaikinya.
Apa yang tak dapat kita fahami sekarang, tak kan pernah dapat difahami di masa yang akan datang.
Kita bukan hanya sebagai yang makro dari alam mikrokosmos, melainkan juga yang mikro dari alam makrokosmos.
Nabi Muhammad SAW mengatakan:
Ada beberapa malaikat, yang telah mencapai tahap Keyakinan (Yaqeen) yang bahkan tidak menyadari keberadaan dunia ini atau manusia.”
Serupa dengan itu, kita tak menyadari sel-sel yang terus lahir, tumbuh, melayani, dan mati dalam tubuh kita.
Jika kita tak mengembangkan kesadaran kita dan memperluas pemahaman kita sekarang, jika kita tidak mengenal diri sendiri dari sudut pandang ‘Dzat Absolut’ dan terhubung dengan sistemnya serta mencapai realitas universal selama di dunia, kita tak kan pernah memiliki kesempatan lagi selamanya. Ini karena kematian akan mengganti karunia dan kemampuan duniawi dengan kualitas-kualitas yang lebih cocok dengan sifat dan kondisi dimensi-dimensi berikutnya.
“Dan siapapu yang buta di sini [kehidupan dunia] akan buta pula di Akhirat…” (Al-Qur’an 17: 72)
Tidak diragukan bahwa yang dimaksud buta dalam ayat ini bukan merujuk kepada kondisi fisik, melainkan pada kebutaan spiritual, atau, ketidakmampuan untuk mengenal dan mengevaluasi realitas. Satu-satunya cara agar tercerahkan, dari jenis kegelapan ini, adalah dengan melepaskan kesadaran kita dari informasi yang tak perlu dan keliru.
Nabi Muhammad SAW mengatakan:
“Keadaan saat kau hidup akan menentukan keadaan saat kau mati. Keadaan saat engkau berubah dimensi-dimensi, adalah keadaan yang akan engkau lanjutkan keberadaanmu selamanya, di Akhirat.”
Ringkasnya:
Kita nampaknya menempati posisi pertengahan di jagat ini. Tepat di antara dunia mikro dan makro. Manusia adalah titik peralihan di antara keadaan-keadaan energi yang meliputi materi tak terwujud dan keadaan ‘supra’ materi.
Setiap dimensi ditinggali oleh entitas-entitas khusus, sistem-sistem reseptor untuk mengevaluasi entitas-entitas ini, dan persepsi materi berdasarkan evaluasi-evaluasi ini.
Sel, dan realitas nyatanya, sebagai lawan dari realitas yang dipersepsikan oleh atom…
Alam jasmani, yang diciptakan otak kita, sebagai lawan alam etheral dari mahluk-mahluk galaktika di ruang angkasa ... Dan seterusnya.
Dari sudut asal dan esensinya, kesadaran, yang ada pada mereka semua, berasal dari Satu Sumber: Ruh.
Dalam Sufisme, identitas Ruh dirujuk sebagai Manusia Sempurna (Al-Insan Al-Kamil), dan kesadarannya dinamakan Akal Awal (Aql-I Awwal).
Betapa pentingnya kita memahami tempat dan struktur kita dalam dunia mikro dan makro tak-hingga ini. Betapa pentingnya kita mencapai pemahaman ini agar tidak mati seperti milyaran orang yang meninggal tanpa bisa menaklukan dirinya sendiri… Mereka yang bisa melihat kebenaran akan memandang kepada yang buta akan kebenaran dan akan berkata “satu lagi telah meninggal”, bagai daun yang gugur dari rantingnya, kepergian kita tak bermakna apa-apa bagi jagat ini.
Maka berhentilah membuang-buang waktu dan energi kita pada hal-hal yang pada akhirnya akan berpisah dengan kita. Mari memulai hidup dengan kesadaran bahwa apa yang kita miliki, apa yang kita cintai, dan semua harta duniawi akan kita tinggalkan ketika kita melanjutkan perjalanan kita ke dimensi berikutnya.
Mari kumpulkan lebih banyak apa yang akan menerangi perjalanan kita ke depan; mari tingkatkan ilmu kita, tingkatkan kesadaran kita dan tingkatkan frekuensi energi getaran kita.
Kini kita telah menyadari keadaan-keadaan materi yang lebih tinggi, atau Alam Malaikat (Malakut), mari sekarang kita jelajahi Alam Kekuasaan Agung (Jabarut).
Dalam bab-bab selanjutnya, ‘Pengamatan akan Dzat’ dan ‘Kekuasaan yang Esa’, saya akan berupaya menerangkan bagaimana Dzat Absolut mengevaluasi keberadaan dengan sifat Ilmu, ketika kesadaran kita telah disucikan dan jiwa kita sudah bersih.