Penglihatan Dzat
“Tak pernahkah pada manusia ada masa ketika dia belum menjadi sesuatu yang dapat disebut?” (Qur’an 76:1)
“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi dan Aku ingin dikenali, maka aku ciptakan langit dan bumi. Aku ciptakan Adam sehingga Aku bisa dikenali.”
“Allah ada dan tak sesuatupun ada besertanya. Dan Dia demikian kini dan selamanya.”
“Allah menciptakan Adam dalam citraNya, atau, dalam citra Ar-Rahman (potensial quantum asal mulanya keberadaan segala sesuatu).”
“Dimana Allah sebelum Dia menciptakan langit dan bumi? Dia ada dalam potensi Absolut (Ama) yang atas dan bawahnya tak ada udara.”
Apa yang disampaikan pesan bersandi ini?
Baik mengenai ayat Al-Qur’an ataupun ucapan Nabi Muhammad SAW, dengan mengevaluasi kebenaran-kebenaran abadi ini, berdasarkan pengetahuan dan pemahaman kita masa kini, akan memberi kita penglihatan batin yang berharga dan pencerahan.
Namun, persyaratan utama untuk mendapatkan pencerahan ini adalah dengan menghilangkan tirai tebal dari ke 5 indera kita. Karena tanpa membebaskan diri kita dari pengkondisian tirai penutup ini beserta dunia ilusinya, kita tidak akan dapat melihat kebenaran sejati.
Namun demikian, realitas seperti-kepompong, yang dijalin oleh persepsi indera kita, atau kelima indera kita, bukannya tanpa tujuan. Ia memberi fungsi penting pada pertumbuhan primer seseorang. Bagai rahim seorang ibu, ia membantu dalam perkembangan pokok dengan membina dan mempersiapkan kita bagi dunia nyata. Karenanya, ia tidak dirancang untuk menjadi tempat tinggal abadi, melainkan sebagai kulit pelindung selama perkembangan kita. Seperti halnya bayi matang yang mendorong dirinya keluar rahim, atau ulat matang yang keluar dari kepompongnya, kesadaran yang matang juga mesti menetas dari realitas seperti-kepompongnya, agar tidak mati tercekik atau lenyap begitu saja.
Tubuh biologis kita dan kehidupan dunia ini layaknya kepompong kita, dirancang khusus bagi kita untuk mengembangkan dan memperkaya ketrampilan Akhirat kita sehingga kita dapat bertahan dan berhasil di akhirat nanti.
Jika kesadaran kita gagal untuk menjebol kepompong kelima indera ini, ia tidak akan pernah mencapai kebenaran tentang dirinya. Sebagai hasilnya, kita akan selalu terkena rangsangan persepsi indera kita yang kaku, yakni rangsangan psikologis dan kimia dari tubuh kita akan membentuk realitas kita, yang pada akhirnya akan mencekik kita.
Kelima indera mungkin memberikan sepersejuta kapasitas kinerja otak. Ia memberi kita sampel (versi percobaan) mengenai spesifikasi dan sifat tak-hingga dari otak.
Otak manusia sama-sama menggunakan proses perkembangan yang serupa dengan bentuk-bentuk kehidupan lain di planet kita, dan jumlahnya tak terhitung. Yakni bahwa otak dibentuk oleh molekul, yang dibentuk oleh atom, yang tidak lebih dari kumpulan-kumpulan energi.
Ketika saya mengatakan energi, saya tidak merujuk kepada bentuk energi statik ataupun energi kinetik yang kita pelajari di sekolah. Yang saya maksud adalah energi yang menjadi sumber kehidupan dari seluruh ciptaan.
Struktur genetik dari molekul DNA dan RNA, yang terkandung dalam setiap sel dari tubuh kita, akan mengalami mutasi jika terkena radiasi kosmik tertentu. Sains moderen dapat mengubah dan memanipulasi konfigurasi genetik di laboratorium, memberikan gelombang dan radiasi tertentu pada molekul-molekulnya sehingga menghasilkan spesies lain.
Cukup menarik bahwa sinar-X juga memberikan dampak yang sama pada neuron dalam otak kita.
Kesadaran kita adalah sang ‘aku’ yang berkembang pada pangkalan-data dari data genetik dan astrologi kita, tersintesa dengan pengkondisian lingkungan. Pada kenyataannya, kesadaran kita bukan milik dari tubuh fisik ini; ia merupakan produk-samping dari aktivitas analisis dan sintesis menyeluruh yang luar biasa dari otak. Ini berkaitan dengan jiwa!
Walaupun jagat sudah penuh dengan bentuk-bentuk kehidupan yang tak terhingga, setiap bentuknya hanya dikenali oleh penghuni dari dimensi yang sama, dan yang memiliki kapasitas untuk merasakan dan mengevaluasinya.
Maksudnya; pertama-tama terbentuk persepsi pengindra, kemudian dunia material tercerap. Atau, pertama-tama penganalisa radial terbentuk, lalu kemudian alam radial dicerap dan dievaluasi. Ekspresi dan makna-makna mereka bergantung pada bentuk-bentuk kehidupan yang mempersepsikan dan menganalisa panjang gelombang mereka.
Sekarang, mari mengingat kebenaran penting berikut:
Tak ada keberadaan selain Uluhiyya[1] yang tak-hingga dan tak terbatas yang bernama ‘ALLAH’.
Karena tidak ada keterbatasan pada Allah, maka mustahil untuk memikirkan hal apapun ‘selain’ KeberadaanNya.
Dalam satu aspek, Keberadaan tak berbatas tak-hingga ini adalah Al-Jami, mengumpulkan semua ekspresi kepada Dia. Dalam aspek lain, Keberadaan ini adalah Al-Muhit, mencakup dan meliputi seluruh keberadaan. Karenanya, ekspresi, yang terkandung di dalam DiriNya, dilihat dalam IlmuNya, dan lagi-lagi dengan DiriNya.