-
Bagi mereka yang membaca pesan saya; jika Anda mengesampingkan apa yang telah Anda ketahui, jika Anda mulai merenungkan; ALLAH, akan mengubah jalan Anda dan menyingkapkan cakrawala baru. Penyelamatan itu bagi orang-orang yang mengesampingkan apa yang mereka tahu, merenungkan, dan merekonstruksi pemahaman mereka!
-
Anda bisa menyembunyikan ego Anda dengan hijab ilmu mengenai kesatuan dan ketunggalan, namun pada akhirnya mengarah pada kekecewaan dan derita. Kesatuan itu mengalami, dirasakan. Orang-orang yang ‘mengalani’ kesatuan, kosong dari derita. Derita itu jasmaniah, tiada derita di tingkatan Allah! Cahaya Allah memadamkan api.
-
Allah berbicara kepada hamba-hambanya dengan bahasa Allah yang kemudian menerjemahkannya kedalam bahasa dan pemahaman dari lingkungan mereka masing-masing. Masukan (input) ke otak itu ‘nir-bahasa’, keluarannya dalam bahasa sang penerjemah. Panggilan kepada wujud tidak dalam bahasa apapun. Namun keluarannya akan dibatasi oleh bahasa ‘sang penerjemah’. Batasan tunggalnya berkenaan dengan kapasitas sang individu!
-
Kecuali jika Anda menyadari pengkondisian-pengkondisian dan definisi-definisi yang dengannya Anda membatasi manifestasi ilmu dan kekuasaan di dalam esensi Anda, hidup Anda akan berlanjut dengan semua masalah yang datang dengan wujud/keadaan yang tidak-berkembang. Yang paling membatasi Anda adalah pengkondisian-pengkondisian Anda, pengakuan atas kepemilikan Anda, ‘kepunyaanku’. Pengakuan Anda, ‘kepunyaanku’, merupakan rantai-rantai yang mengikat Anda. Mengapa? Tidak maukan pengakuan ‘punyaku’ berhenti ada?
-
Ada dua hal yang menonjol pada diri manusia: Menciptakan sosok-sosok tuhan, Menciptakan sesuatu yang sakral. Karenanya, meringankan kelemahan, yang dirasakan batin mereka. Mereka menciptakan sosok-sosok tuhan untuk tempat berharap atau untuk berselisih pendapat, sehingga menemukan pelipur lara. Yang mereka anggap sakral sangat meluas; dari orang-orang, benda-benda, hingga aturan-aturan!
-
Ketika Anda bertengkar dengan seseorang, jika Anda kehilangan pandangan pada fakta bahwa realita esensial mereka adalah Allah, jika Anda tidak bisa memaafkan ketika Anda ingat akan realita ini, maka keimanan Anda bukanlah kepada Allah; melainkan kepada sosok tuhan khayalan! Dengan siapa Anda bertengkar apabila Anda bersikeras bahwa Anda itu benar? Apakah Anda telah siap menghabiskan hidup Anda dalam khayalan, dengan bodoh mengaku ‘saya benar’; kehidupan dengan kebutaan akan realita?
-
Mereka mengatakan bahwa surat Al-Zalzalah (Gempa) membahas hari kiamat. Sungguh demikian, tapi kiamat yang mana? Ia membahas kiamat dari individu, beragam tahapan ketika MERASAKAN kematian. Silakan baca: https://www.ahmedhulusi.org/en/quran/099-al-zalzala>
-
Para humanoid berkembang perlahan, mereka telah berevolusi. Sebaliknya, manusia (HuMans) adalah hasil dari ruh yang dihembuskan kepada ‘para humanoid’, manifestasi dari resultan SEMUA fitur-fitur Allah; KHALIFAH di muka bumi.
-
‘Humanoid’ adalah wujud jasmaniah. Sebaliknya, manusia (HuMan) merupakan ruh Allah. Ketika KETUNGGALAN tersingkap, yang muncul adalah manusia (HuMan) dari Humanoid!
-
Ijinkan saya bertanya kepada orang-orang yang telah mengarungi jalan untuk mengenal dirinya sendiri, orang-orang yang mencari untuk mengalami realita esensial mereka. Rasul Allah (saw) menyatakan: “Saya memohon ampunan dari Allah seratus kali sehari”. Bagaimana jiwa yang demikian agung merasa perlu untuk memohon ampunan sesering itu? Memohon ampunan bukanlah mengulang-ulang perkataan secara membuta, jauh dari itu!
-
Lalu, mereka bertanya pada Bektashi, wahai bapak yang tercerahkan, mengapa Anda tidak mau melaksanakan salat? Dia berkata, saya membacanya di dalam Al-Qur’an, itu tertulis, ‘jangan dekati salat’! Tapi bapak, itu dikatakan ‘ketika mabuk’! Nak saya telah tua, saya tidak lagi seawas sebelumnya! Melewati tujuh puluh, orang mulai kelirufaham atas apa yang mereka baca, seperti halnya Bektashi. Itu masalah.
-
Segala sesuatu di dalam kehidupan memerlukan ‘biaya’. Lihat ke masa lalu Anda, berapa biaya dari semua yang telah Anda dapatkan? Berapa darinya yang ‘layak’ untuk itu? Dan hari ini? Tahukah Anda ‘biaya’ dari keinginan-keinginan Anda? Apakah akan ‘layak’ untuk itu?
-
Dimanakah ujung dari makro kosmos dan dimanakah awal dari mikro kosmos, adakah perbatasannya, bagaimana, mengapa? Dimana posisi kita relatif terhadap perbatasan ini? Dimanakah subdivisi-subdivisi dari struktur singular, bagaimana beragam lapisannya dibentuk? Jika Ada, apa apa perbatasannya, ada dimana? Ataukah tidak ada perbatasannya? Dan bagaimana dengan pena yang menulis takdir Anda, dimana ia dalam semua ini? Siapa pula yang memegangnya? Jika keterangan ini bersifat simbolik, kepada apa simbol-simbol itu merujuk? Apa realitanya dibalik simbol-simbol ini? Pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pikiran-pikiran yang mempertanyakan; diajukan kepada mereka yang ingin mengenal diri mereka sendiri.
-
Kita menderita ketika kita mempelajari sesuatu yang tidak mampu kita cerna. Anda punya dua pilihan; ‘jangan bertanya’ atau jika bertanya, ‘terima’ hasilnya.
-
Hanya ada satu cara untuk mengalami/merasakan ilmu mengenai realita, kematian ‘diri’. Ada dua jenis kematian. Anda bisa ‘merasakan’ kematian, atau Anda bisa ‘mengalaminya’. Bedanya, dalam hal yang pertama ada wujud kekal yang terpenjara kandang jasmani. Sebaliknya pada kasus yang ke dua, muncul dengan terangkatnya hijab diri; dimana pengalamannya menjadi ‘HANYA’ ada Allah.
-
Indera dan penerimaan akan ‘DIRI’ adalah ilusi yang diciptakan otak. Ilusi ini begitu kuatnya sehingga SEGALA SESUATU menjadi berdasarkan persepsi yang diciptakan olehnya.
-
Planet ini, yang mengandung milyaran orang dari para ateis hingga para nabi, dari tunawisma hingga milyarder, dari mereka yang tidak mendapatkan makanan hingga mereka yang tidak bisa memutuskan apa yang mesti dimakan. Planet ini sama sekali tidak berarti dibanding trilyunan bintang dan Kekuasaan yang menciptakannya! Tidak kah Anda melihatnya? Apakah ini tidak membuat Anda berpikir, mempertimbangkannya kembali?
-
Apa itu seorang “HAMBA”? Segala sesuatu yang wujud bukan lain dari KOMPOSISI dari fitur-fitur Allah! Untuk alasan inilah, pada esensinya, REALITA-nya adalah TUNGGAL, dan tiada yang lain. Jadi, ia merupakan KOMPOSISI yang berasal dari YANG ESA/TUNGGAL; seorang “HAMBA”.
-
Ketika merasakan kematian, kita menjadi terbebas dari pembatasan tubuh dan melanjutkan keberadaan kita berdasarkan ilmu kita dan daya-daya dari realita esensial kita. Untuk alasan inilah mereka yang beriman kepada realita ini TIDAK TAKUT KEMATIAN, bahkan mereka menantikannya dengan antisipasi, sementara mereka yang tak beriman TAKUT KEMATIAN!
-
Hal terpenting mengenai penuaan otak adalah sebagai berikut:Semua data yang telah masuk ke otak selama hidup Anda didaftar di dalam ingatan (memori) Anda. Memori adalah data dan disimpan pada tingkatan quantum. Ketika otak menua, meskipun area otak yang menyimpan memori tidak berfungsi penuh, orang-orang yang menyadari kekuatannya pada tingkatan quantum mampu mewujudkan hasil nyata. Sebagian menjadi Firaun-firaun, dan yang lainnya menjadi Musa-musa! Mereka yang memiliki fitur al-Hadi menjadi wali-wali, dan yang keberadaannya didorong oleh al-Mudzill mengabdi kepada dajjal. Dalam satu atau lain cara, setiap orang mengabdi kepada Penciptanya!
-
Dari saat kita mengalami kematian, wujud kita berlanjut berdasarkan ilmu yang dibentuk dalam otak quantum. Untuk alasan ini, kita mungkin tidak menyadari peralihan yang terjadi dengan kematian. Makanya, meskipun ada kerusakan fisiologis dari otak karena usia, ilmu pada tingkatan quantum terus mendukung keberadaan Anda. (akhir 2020)
-
Agama disingkapkan sebagai ilmu yang mendalam untuk menyelamatkan orang dari perbudakan jasmani, untuk berpaling ke arah dan mengalami realita esensial mereka.
-
Nama Allah… merupakan ‘nama’ yang merujuk kepada esensi inti dari manusia dan segala sesuatu di alam semesta. Untuk alasan inilah, ayat “Berlarilah menuju Allah” atau “Berpalinglah kepada Allah” berbicara mengenai kembali ke arah dalam, asal diri Anda, ke arah realita esensial Anda, BUKANNYA ke arah tuhan eksternal.
-
Alasan inti bahwa agama disingkapkan adalah untuk melindungi manusia dari kegelisahan jasmaniah, dan untuk berpaling ke dalam, agar ia sampai kepada Allah. Semua yang yang bersifat jasmaniah itu berdasarkan fakta bahwa manusia mengira dirinya ‘sebagai’ tubuh jasmani. Padahal realita yang akan ditemukannya adalah keadaan diluar ruang dan waktu.
-
Sadarilah, ayat yang disingkapkan yang menyeru orang-orang di sekeliling Hazrat Muhammad, “Wahai kalian yang beriman, berimanlah kepada Allah (sebagai realita esensial kalian)”… “Ya ayyuha alladziina amanuu aminuu billahi”, mengandung arti: berpalinglah kepada YANG ESA yakni realita esensial kalian di dalam diri (inti) kalian!