2 - Al-Baqarah
"A’udzu billahi minas-syaithoonir-rojiim"
Bismi Llaahi l-raḥmaani l-raḥeem
-
alif lām mīm;
Alif lam mim.
-
żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn;
Ini adalah Ilmu (Kitab) mengenai realitas dan sunnatullah (mekanisme sistem Allah), yang padanya tidak ada keraguan sedikit pun; ia adalah sumber pemahaman bagi orang-orang yang mencari perlindungan
-
allażīna yu`minụna bil-gaibi wa yuqīmụnaṣ-ṣalāta wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn;
Yang beriman kepada realitas (bahwa keberadaan mereka terdiri dari komposisi Nama-nama Allah) yang gaib bagi mereka (di luar persepsi mereka), dan yang mendirikan shalat (yang merasakan makna dari shalat sambil melaksanakan tindakan-tindakan fisiknya) dan yang karena Allah memberi dengan ikhlas (menginfakan) rezeki material dan spiritual yang telah Kami berikan kepada mereka.
-
wallażīna yu`minụna bimā unzila ilaika wa mā unzila ming qablik, wa bil-ākhirati hum yụqinụn;
Dan yang beriman kepada apa yang diwahyukan kepadamu dari esensimu (dari kedalaman esensimu kepada kesadaranmu) dan apa yang telah diwahyukan sebelum kamu dan yang yakin (berserah-diri dengan sepenuhnya sebagai hasil dari pemahaman absolut) dengan kehidupan kekal mereka yang akan datang.
-
ulā`ika 'alā hudam mir rabbihim wa ulā`ika humul-mufliḥụn;
Mereka berada dalam keadaan HUDA (faham akan realitas) dari Rabb mereka (komposisi nama yang menyusun esensi mereka) dan mereka itulah orang-orang yang berhasil.
-
innallażīna kafarụ sawā`un 'alaihim a anżartahum am lam tunżir-hum lā yu`minụn;
Sungguh, bagi orang-orang yang mengingkari (menutupi) realitas; sama saja apakah kamu memperingatkan mereka atau tidak memperingatkan mereka – mereka tidak akan beriman.
-
khatamallāhu 'alā qulụbihim wa 'alā sam'ihim, wa 'alā abṣārihim gisyāwatuw wa lahum 'ażābun 'aẓīm;
Allah telah mengunci persepsi otak mereka terhadap realitas; penglihatan mereka terhijab. Mereka layak mendapatkan penderitaan yang besar sebagai akibat dari tindakan-tindakan mereka.
-
wa minan-nāsi may yaqụlu āmannā billāhi wa bil-yaumil-ākhiri wa mā hum bimu`minīn;
Dan ada sebagian manusia yang berkata, “Kami beriman kepada Allah menurut makna huruf B (dengan keyakinan bahwa Nama-nama Allah menyusun keberadaan mereka) dan kehidupan yang akan datang (bahwa mereka selamanya akan menjalani akibat dari perbuatan-perbuatan mereka)´tapi pada kenyataannya, keyakinan mereka tidak sejalan dengan realitas ini!
-
yukhādi'ụnallāha wallażīna āmanụ, wa mā yakhda'ụna illā anfusahum wa mā yasy'urụn;
Mereka mengira (bahwa dengan mengatakan “kami beriman menurut makna huruf ‘B’”) mereka dapat menipu Allah (realitas esensial mereka) dan orang-orang yang beriman, tapi mereka hanya menipu diri merea sendiri, namun mereka tidak menyadarinya!
-
fī qulụbihim maraḍun fa zādahumullāhu maraḍā, wa lahum 'ażābun alīmum bimā kānụ yakżibụn;
Kesadaran mereka tidak sanggup berpikir sehat (mereka tidak mampu melihat realitas), dan Allah telah menambah keburukannya ini. Mereka akan mendatangkan penderitaan yang menyakitkan karena mengingkari realitas mereka.
-
wa iżā qīla lahum lā tufsidụ fil arḍi qālū innamā naḥnu muṣliḥụn;
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah membuat kerusakan (janganlah hidup bertentangan dengan tujuan keberadaan kalian) di muka bumi (dan tubuh kalian),” mereka berkata, “Kami hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan (kami memanfaatkan benda-benda dengan benar dan secara patut).”
-
alā innahum humul-mufsidụna wa lākil lā yasy'urụn;
Sungguh, mereka lah orang-orang yang membuat kerusakan (menyesatkan banyak hal dari yang semestinya), tapi mereka tidak menyadarinya.
-
wa iżā qīla lahum āminụ kamā āmanan-nāsu qālū a nu`minu kamā āmanas-sufahā`, alā innahum humus-sufahā`u wa lākil lā ya'lamụn;
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah sebagaimana para mukmin beriman,” mereka berkata, “Haruskah kami beriman seperti halnya orang-orang bodoh itu (kurang akal; orang-orang yang hidup serampangan tanpa berpikir) beriman?” Sungguh, mereka itulah yang bodoh (kurang akal dan tak mampu merenungkan) tapi mereka tidak menyadarinya, mereka tidak dapat memahaminya!
-
wa iżā laqullażīna āmanụ qālū āmannā, wa iżā khalau ilā syayāṭīnihim qālū innā ma'akum innamā naḥnu mustahzi`ụn;
Dan apabila mereka bersama dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, “Kami beriman – kami menerimanya”; tapi apabila mereka sendirian bersama setan-setannya (para perusak dan penipu dengan khayalan), mereka berkata, “Sungguh, kami bersama kalian; kami hanya memperolok-olokan mereka.”
-
allāhu yastahzi`u bihim wa yamudduhum fī ṭugyānihim ya'mahụn;
(Tapi) mereka lah yang Allah perolokan (karena selalu gagal untuk memahami Allah sebagai realitas esensial mereka) dan meninggalkan mereka dalam pelanggaran sebagai akibat dari kebutaan mereka (kurang wawasan).
-
ulā`ikallażīnasytarawuḍ-ḍalālata bil-hudā fa mā rabiḥat tijāratuhum wa mā kānụ muhtadīn;
Mereka adalah orang-orang yang membeli kepalsuan (kelemahan untuk memahami rrealitas mereka) dengan kebenaran yang menyusun esensi mereka. Perniagaan mereka tidak memberikan hasil, dan tidak akan pula menuntun mereka kepada kebenaran!
-
maṡaluhum kamaṡalillażistauqada nārā, fa lammā aḍā`at mā ḥaulahụ żahaballāhu binụrihim wa tarakahum fī ẓulumātil lā yubṣirụn;
Perumpamaan mereka bagaikan orang yang menyalakan api yang menerangi sekeliling mereka, tapi karena Nur (cahaya ilmu) dari esensi mereka tidak bersinar, Allah meninggalkan mereka dalam kegelapan; mereka tidak lagi dapat melihat!
-
ṣummum bukmun 'umyun fa hum lā yarji'ụn;
Tuli (tidak mampu mendengar), bisu (tidak mampu menyuarakan realitas) dan buta (tidak mampu memahami kebenaran yang nyata); mereka tidak dapat kembali kepada realitas esensial mereka!
-
au kaṣayyibim minas-samā`i fīhi ẓulumātuw wa ra'duw wa barq, yaj'alụna aṣābi'ahum fī āżānihim minaṣ-ṣawā'iqi ḥażaral-maụt, wallāhu muḥīṭum bil-kāfirīn;
Atau, seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat (pikiran-pikiran) dari langit (ranah intelektual/aktivitas otak), yang di dalamnya adalah kegelapan (gaib), guruh (pertentangan antara benar dan salah) dan kilat (penglihatan sekonyong-konyong kepada ilmu mengenai realitas)! Mereka menutupi telinga mereka dari suara petir karena takut kematian (takut kehilangan identitas atau ego yang dibangun karena menghadapi realitas). Allah adalah Yang Esa yang Maha Meliputi yang juga menyusun (dan meliputi) keberadaan orang-orang yang mengingkari kebenaran.
-
yakādul-barqu yakhṭafu abṣārahum, kullamā aḍā`a lahum masyau fīhi wa iżā aẓlama 'alaihim qāmụ, walau syā`allāhu lażahaba bisam'ihim wa abṣārihim, innallāha 'alā kulli syai`ing qadīr;
Kilat itu (cahaya realitas) hampir-hampir menyambar penglihatan mereka (persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat). Setiap kali ia menerangi (jalan) bagi mereka, mereka maju beberapa langkah dengan cahaya realitas; tapi jika cahayanya hilang mereka dalam kegelapan. Dan seandainya Allah menghendaki, tentu Dia telah mengurangi manifestasi Nama-namaNya Sami’ dan Bashir pada mereka. Sungguh Allah itu Qadir atas segala sesuatu.
-
yā ayyuhan-nāsu'budụ rabbakumullażī khalaqakum wallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn;
Hai manusia, mengabdilah dengan sadar (menyadari pengabdian kalian kepada) Rabb kalian (Nama-nama yang menyusun esensi kalian), pencipta kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian termasuk orang-orang yang terlindungi (bertakwa).
-
allażī ja'ala lakumul-arḍa firāsyaw was-samā`a binā`aw wa anzala minas-samā`i mā`an fa akhraja bihī minaṡ-ṡamarāti rizqal lakum, fa lā taj'alụ lillāhi andādaw wa antum ta'lamụn;
Dia membuat bumi (tubuh) sebagai alas (kendaraan), dan langit (kesadaran – otak) sebagai tempat hidup dan menurunkan (menyingkapkan) dari langit (dari kedalaman kesadaran) hujan (ilmu) dan karenanya memberikan rezeki kehidupan (baik mental maupun jasmani). Maka janganlah terperosok kedalam dualitas (syirik) dengan beranggapan adanya sosok tuhan-berhala eksternal!
-
wa ing kuntum fī raibim mimmā nazzalnā 'alā 'abdinā fa`tụ bisụratim mim miṡlihī wad'ụ syuhadā`akum min dụnillāhi ing kuntum ṣādiqīn;
Dan jika kalian ragu tentang apa yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (yang disingkapkan kepada kesadarannya dari realitas esensialnya – Dimensi Nama-nama) maka buatlah sebuah surat yang serupa dengannya! Jika kalian orang-orang yang benar (memegang perkataan) panggillah saksi-saksi kalian selain (Uluhiyyah yang ditunjuk dengan nama) Allah.
Not:Kata ‘yang lain’ di sini merupakan terjemahan kata Arab ‘dun’ yang berkonotasi kemustahillan dari apapun yang dapat diserupakan dengan yang Esa yang dirujuk sebagai ‘Allah’; karenanya setiap tuhan yang dikhayalkan hanya bisa ada sebagai ‘yang lain’ (dun) selain Allah dan dengan cara apapun tidak dapat diserupakan kepada atau dibedakan atau dibandingkan kepada Realitas Absolut yang disebut Allah. Setiap bentuk keberadaan yang dirujuk oleh kata ‘dun’ juga mendapatkan daya hidupnya dari fitur-fitur komposisional yang ditunjuk oleh Nama-nama Allah, namun keberadaannya dengan cara apapun tidak dapat dibandingkan atau disamakan dengan Allah. Jadi, ide atau pikiran apapun mengenai yang Esa yang ditunjuk dengan nama Allah tidak akan pernah dapat mendefinisikan Dia dalam hal Realitas AbsolutNya. Ayat ‘laysa kamitslihi syay’a’ – tiada apapun yang dapat diserupakan dengan Dia – dalam surat-surat berikut melemahkan fakta bahwa tidak ada konsep yang dapat mendekati untuk mendefinisikan yang Esa yang dirujuk sebagai Allah. Semua ini diwakili dengan kata ‘dun’. Karena tidak ada kata dalam bahasa Inggris yang dapat menangkap kata ‘dun’ saya tidak mempunyai pilihan selain menggunakan kata ‘yang lain’.
-
fa il lam taf'alụ wa lan taf'alụ fattaqun-nārallatī waqụduhan-nāsu wal-ḥijāratu u'iddat lil-kāfirīn;
Tapi jika kalian tidak dapat melakukan ini – dan memang kalian tidak akan pernah mampu untuk melakukannya – maka takutlah dengan api itu, yang bahan bakarnya manusia dan batu (bentuk-bentuk kesadaran sebagai manusia dan batu; kesadaran individu yang mewujud kedalam bentuk yang sesuai dengan ranah keberadaan – Allah lebih mengetahuinya!), karena api itu akan membakar orang-orang yang mengingkari realitas!
-
wa basysyirillażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti anna lahum jannātin tajrī min taḥtihal-an-hār, kullamā ruziqụ min-hā min ṡamaratir rizqang qālụ hāżallażī ruziqnā ming qablu wa utụ bihī mutasyābihā, wa lahum fīhā azwājum muṭahharatuw wa hum fīhā khālidụn;
Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan sibuk dalam amalan-amalan untuk mengalami realitas, bahwa bagi mereka akan ada Surga (pembentukan ilmu yang terus-menerus dalam keadaan melihat manifestasi-manifestasi Nama-nama Allah) yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Ketika mereka dikaruniai rezeki ini (penglihatan), mereka akan mengatakan, “Ini serupa dengan apa yang kami rasakan sebelumya.” Dan ia serupa dengan yang mereka rasakan sebelumnya. Mereka akan tinggal di dalamnya selama-lamanya dengan pasangan mereka (Kata ‘zawj’ juga digunakan dalam beragam konteks yang memiliki arti yang beragam. Sementara penggunaan umumnya berarti ‘pasangan nikah’, ia juga digunakan dalam konteks kesadaran yang menyiratkan pasangan atau ekivalen dengan kesadaran dan tubuh yang pada titik tertentu akan dibuang. Pada kenyataannya, ayat ke tujuh surat ke 56, al-Waqiah, menyatakan ‘azwajan tsalatsah’ yang berarti ‘tiga macam’ bukannya tiga istri!) yang suci dari kotoran syirik (dualitas).
-
innallāha lā yastaḥyī ay yaḍriba maṡalam mā ba'ụḍatan fa mā fauqahā, fa ammallażīna āmanụ fa ya'lamụna annahul-ḥaqqu mir rabbihim, wa ammallażīna kafarụ fa yaqụlụna māżā arādallāhu bihāżā maṡalā, yuḍillu bihī kaṡīraw wa yahdī bihī kaṡīrā, wa mā yuḍillu bihī illal-fāsiqīn;
Sungguh, Allah tidak akan ragu untuk menggunakan perumpamaan dengan sayap nyamuk, bahkan dengan yang lebih kecil dari itu. Dan orang-orang yang memenuhi ketentuan agama mereka mengetahui bahwa ini adalah kebenaran yang berasal dari Rabb mereka. Tapi bagi orang-orang yang mengingkari kebenaran ini, (tanpa merenungkan perumpamaan yyang diberikan) mereka berkata, “”Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Perumpamaan ini menyesatkan banyak orang (karena kekurangan pada program penciptaan mereka – fitrah alami) dan sebagian lain, dituntunnya kepada kebenaran (kepada realisasi esensi mereka). (Dengan perumpamaan ini) Allah tidak menyesatkan siapapun kecuali orang-orang yang telah kehilangan kesuciannya (yang telah terhijab dari kebenaran)!
-
allażīna yangquḍụna 'ahdallāhi mim ba'di mīṡāqihī wa yaqṭa'ụna mā amarallāhu bihī ay yụṣala wa yufsidụna fil-arḍ, ulā`ika humul-khāsirụn;
Orang-orang yang melanggar perjanjian Allah (ketentuan-ketentuan untuk mewujudkan fitur dari Nama-nama dan potensi untuk hidup pada tingkat kesadaran ini) setelah muncul ke dunia (mengidentfikasi dengan keberadaan jasmani khayal). Yang memecah belah apa yang diperintahkan untuk menyatukannya (penglihatan realitas dari Nama-nama) dan menyebabkan kerusakan (menghabiskan waktu mereka dalam mmengejar keinginan jasmani – dorongan-dorongan yang datang dari otak ke dua di dalam perut mereka – perintah dari diri jasmaniah) di muka bumi (kehidupan jasmani mereka). Mereka lah sebenarnya orang-orang yang merugi.
-
kaifa takfurụna billāhi wa kuntum amwātan fa aḥyākum, ṡumma yumītukum ṡumma yuḥyīkum ṡumma ilaihi turja'ụn;
Bagaimana bisa kalian mengingkari bahwa Nama-nama Allah menyusun esensi kalian (menurut makna huruf B) padalah dulu kalian tak bernyawa (tidak menyadari realitas esensial kalian) dan Dia menghidupkan kalian (dengan ilmu yang yang diungkapkan kepada kalian); kemudian Dia akan menyebabkan kalian mati (dari keadaan berpikiran bahwa kalian hanyalah tubuh jasmani), dan kemudian Dia akan menghidupkan kalian lagi (menyucikan kalian dari membatasi keberadaan kalian hanya pada tubuh jasmani semata, dan memungkinkan kalian untuk hidup dalam keadaan kesadaran)... pada akhirnya kalian akan melihat realitas kalian.
-
huwallażī khalaqa lakum mā fil-arḍi jamī'an ṡummastawā ilas-samā`i fa sawwāhunna sab'a samāwāt, wa huwa bikulli syai`in 'alīm;
HU lah (Hu/Dia harus direnungkan pada kedalaman multidimensi!) yang telah menciptakan bagi kalian semua yang ada di bumi (semua fitur dan fungsi dari tubuhmu). Kemudian Dia kembali kepada kesadaran kalian (otak) dan menyusunnya menjadi tujuh alam (tujuh tingkat pemahaman, tujuh tahap diri). Dia mengetahui segala sesuatu karena Dia menciptakan segala sesuatu dari DiriNya (Dia menyusun esensi dari segala manifestasi).
-
wa iż qāla rabbuka lil-malā`ikati innī jā'ilun fil-arḍi khalīfah, qālū a taj'alu fīhā may yufsidu fīhā wa yasfikud-dimā`, wa naḥnu nusabbiḥu biḥamdika wa nuqaddisu lak, qāla innī a'lamu mā lā ta'lamụn;
Dan ketika Rabb-mu berkata kepada para malaikat (para—malaikat di sini merupakan personifikasi fitur-fitur dari Nama-nama yang menyusun tubuh seseorang, karenanya yang disapa di sini adalah Anda), “Aku akan membuat di atas bumi (tubuh) khalifah (mahluk sadar yang akan tinggal dengan kesadaran akan Nama-nama).” Mereka berkata, “Apakah Engkau akan membuat sosok yang menyebabkan kerusakan dan menumpahkan darah di dalamnya, padahal kami menyerukan hamd Engkau (mengevaluasi keberadaanMu yang telah Engkau manifestasikan melalui kami) dan sibuk bertasbih kepadaMu (melayani kehendakMu, yang di setiap saat mewujud dalam keadaan yang berbeda) dan menyucikan Engkau (menjunjung tinggi Engkau jauh di atas segala yang serba kekurangan)?” Allah berkata, “Sungguh, Aku ini ‘Alim (Maha Mengetahui) akan apa yang kalian tidak ketahui.”
-
wa 'allama ādamal-asmā`a kullahā ṡumma 'araḍahum 'alal-malā`ikati fa qāla ambi`ụnī bi`asmā`i hā`ulā`i ing kuntum ṣādiqīn;
Dan Dia mengajari (memrogram) Adam (nama ‘Adam’ di dalam Al-Qur’an merujuk pada setiap manusia, yang pada realitasnya tiada dan telah diciptakan dari keadaan ketiadaan melalui manfestasi komposisi Nama-nama) semua Nama-nama (semua ilmu yang berkenaan dengan Nama-nama dan manifestasinya). Kemudian berkata kepada para malaikat, “Jelaskanlah (fitur-fitur dari) Nama-nama keberadaan (Adam), jika kalian bersikeras dengan pernyataan kalian.”
-
qālụ sub-ḥānaka lā 'ilma lanā illā mā 'allamtanā, innaka antal-'alīmul-ḥakīm;
(Karena tidak mampu mengevaluasi ini) mereka (para malaikat) berkata, “Subhan, Engkau (jauh dari terbatasi dan terkondisikan oleh ciptaan-ciptaan Engkau manapun)! Mustahil bagi kami bisa memiliki ilmu kecuali apa yang telah Engkau manifestasikan melalui kami! Sungguh, Engkau itu ‘Alim (pemilik ilmu absolut) lagi Hakim (yang Esa yang mewujudkan ini secara sistematis).”
-
qāla yā ādamu ambi`hum bi`asmā`ihim, fa lammā amba`ahum bi`asmā`ihim qāla a lam aqul lakum innī a'lamu gaibas-samāwāti wal-arḍi wa a'lamu mā tubdụna wa mā kuntum taktumụn;
(Dia menyapa), “Hai Adam (khalifah yang dimunculkan kepada keberadaan dari ketiadaan dengan fitur-fitur dari Nama-nama), beritahulah mereka mengenai realitas dari Nama-nama yang menyusun keberadaanmu.” Tatkala Adam memberitahu mereka mengenai makna-makna dari Nama-nama (Allah, yang menyusun keberadaanya, yakni ketika fitur-fitur ini mewujud melaluinya), Allah membuat mereka sadar, “Bukankah telah Aku katakan bahwa Aku mengetahui yang tidak diketahui (rahasia dan fitur-ftur yang belum mewujud) dari langit (keadaan kesadaran) dan bumi (tubuh). Dan Aku mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian lahirkan!”
-
wa iż qulnā lil-malā`ikatisjudụ li`ādama fa sajadū illā iblīs, abā wastakbara wa kāna minal-kāfirīn;
Dan ketika Kami berkata kepada para malaikat, “Bersujudlah di hadapan Adam (manifestasi nama-nama yang muncul dari ketiadaan, Dimensi Nama-nama)”; mereka semua bersujud, kecuali Iblis. Dia menolak karena sombong – ketinggian egonya (dia menyadari realitas esensial dirinya yang tersusun dari fitur Nama-nama namun gagal untuk menyadari bahwa realitas yang sama juga menyusun esensi dari semua mahluk selain dia) dan menjadi oknum-oknum yang mengingkari realitas.
-
wa qulnā yā ādamuskun anta wa zaujukal-jannata wa kulā min-hā ragadan ḥaiṡu syi`tumā wa lā taqrabā hāżihisy-syajarata fa takụnā minaẓ-ẓālimīn;
Dan Kami berkata, “Hai Adam, tinggallah, kalian dan orang yang berbagi kondisi dan kehidupan denganmu (istrimu, tubuhmu) dalam keadaan Surgawi. Hiduplah sesuai kehendakmu dengan berkat dari dimensi ini tapi janganlah dekati pohon ini (jangan pernah terperosok kedalam pemikiran yang keliru bahwa keberadaanmu terbatas pada tubuh semata), jika tidak kamu akan menderita.”
-
fa azallahumasy-syaiṭānu 'an-hā fa akhrajahumā mimmā kānā fīhi wa qulnahbiṭụ ba'ḍukum liba'ḍin 'aduww, wa lakum fil-arḍi mustaqarruw wa matā'un ilā ḥīn;
Tapi Setan (asumsi bahwa mereka adalah tubuh semata) menyebabkan mereka tergelincir dari (keadaan kesadaran) tempat mereka. Dan Kami berkata, “Turunlah sebagai musuh-musuh (ruhani dan jasmani) satu sama lain. Kalian (dan keturunan kalian) akan hidup di bumi (dengan kondisi kehidupan jasmaniah) dan kenikmatan darinya untuk beberapa lama.”
-
fa talaqqā ādamu mir rabbihī kalimātin fa tāba 'alaīh, innahụ huwat-tawwābur-raḥīm;
Kemudian Adam (ingatlah dan jangan lupa, Adam adalah Anda!) menerima ilmu – perkataan – dari Rabb-nya (dimensi Nama-nama di dalam otaknya) dan bertaubat (ilmu ini memungkinkannya untuk menyadari kesalahannya). Taubatnya diterima. Sungguh, Hu adalah penerima taubat dan yang Esa yang memungkinkan pengalaman akan hasil-hasil yang menyenangkan dengan Rahimiyyah-Nya.
-
qulnahbiṭụ min-hā jamī'ā, fa immā ya`tiyannakum minnī hudan fa man tabi'a hudāya fa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn;
Kami berkata, turunlah, kalian semua, dari sana (keadaan kesadaran dimana Anda merasakan kebebasan dari batasan-batasan jasmaniah – kehidupan Surga). Dan apabila Huda-Ku (tuntunan; Rasul [ilmu] yang memungkinkan realisasi dan pemahaman akan realitas esensial kalian) mendatangi kalian dariKu, barangsiapa mengikuti Huda-Ku – mereka tidak akan merasa takut atau merasakan apapun yang menyebabkan mereka bersedih.
-
wallażīna kafarụ wa każżabụ bi`āyātinā ulā`ika aṣ-ḥābun-nār, hum fīhā khālidụn;
Dan orang-orang yang tidak beriman (kafir) dan mengingkari isyarat-isyarat Kami – mereka akan tinggal di dalam api (penderitaan) selama-lamanya.
-
yā banī isrā`īlażkurụ ni'matiyallatī an'amtu 'alaikum wa aufụ bi'ahdī ụfi bi'ahdikum, wa iyyāya far-habụn;
Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmatKu yang Aku karuniakan kepada kalian dan penuhilah janjimu kepadaKu agar Aku memenuhi janjiKu kepada kalian (berkaitan dengan kekhalifahan di dalam penciptaan kalian), dan takutlah hanya kepadaKu.
-
wa āminụ bimā anzaltu muṣaddiqal limā ma'akum wa lā takụnū awwala kāfirim bihī wa lā tasytarụ bi`āyātī ṡamanang qalīlaw wa iyyāya fattaqụn;
Dan berimanlah kepada apa yang telah Aku wahyukan (Al-Qur’an) yang membenarkan apa yang ada pada kalian (Taurat). Janganlah menjadi yang pertama mengingkari kebenaran ini. Dan janganlah menukarkan isyarat-isyaratKu (manifestasi Nama-nama yang berhubungan dengan rahasia huruf B) di dalam esensi kalian, untuk harga yang murah. Lindungilah diri kalian dariKu (bertakwalah)!
-
wa lā talbisul-ḥaqqa bil-bāṭili wa taktumul-ḥaqqa wa antum ta'lamụn;
Dan janganlah mencampur-adukan kebenaran (realitas) dengan kepalsuan! Kalian menyembunyikan kebenaran padahal kalian mengetahuinya!
-
wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta warka'ụ ma'ar-rāki'īn;
Dan dirikanlah shalat (kembali kepada dan rasakanlah esensi kalian baik ke dalam maupun ke luar) dan tunaikanlah zakat (memberi dengan ikhlas dari rezeki yang telah diberikan kepada kalian) dan rukulah beserta orang-orang yang ruku (rasakan keagungan Nama-nama Allah di dalam esensi kalian dan rasakanlah [tasbih], dan ketika bangkit sambil mengucapkan ‘samiAllahu...’ sadari bahwa ini dilihat oleh yang Esa yang Maha Meliputi, realitas esensial kalian).
-
a ta`murụnan-nāsa bil-birri wa tansauna anfusakum wa antum tatlụnal-kitāb, a fa lā ta'qilụn;
Apakah kalian menasihati manusia untuk merasakan keindahan yang dibentuk Nama-nama Allah dan mengabaikan diri sendiri untuk mengalaminya? Padahal kalian membaca Kitab (ilmu mengenai relitas keberadaan), apakah kalian tidak mau memikirkannya?
-
wasta'īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, wa innahā lakabīratun illā 'alal-khāsyi'īn;
Bersabarlah (dengan meyakini fitur-fitur dari Nama-nama di dalam esensi kalian); carilah pertolongan dengan kembali kepada fitur-fitur ini melalui shalat. Sungguh, kecuali bagi orang-orang yang takut, hal ini berat bagi orang-orang yang egois.
-
allażīna yaẓunnụna annahum mulāqụ rabbihim wa annahum ilaihi rāji'ụn;
Orang-orang yang takut merasa yakin bahwa (dengan menyadari sifat khayal dari ego mereka) mereka akan bertemu dengan Rabb mereka (realitas esensial diri mereka; Nama-nama) dan sungguh mereka akan kembali kepadaNya.
-
yā banī isrā`īlażkurụ ni'matiyallatī an'amtu 'alaikum wa annī faḍḍaltukum 'alal-'ālamīn;
Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmatKu (ilmu) yang telah Aku karuniakan kepada kalian dan telah Aku lebihkan kalian dari kebanyakan bangsa.
-
wattaqụ yaumal lā tajzī nafsun 'an nafsin syai`aw wa lā yuqbalu min-hā syafā'atuw wa lā yu`khażu min-hā 'adluw wa lā hum yunṣarụn;
Waspada dan lindungilah diri kalian dari hari ketika tidak seorang pun dapat menolong orang lain dengan cara apapun, dan tidak ada syafaat (bagi orang lain) yang akan diterima (ketika otak biologis berhenti bekerja, otak spiritual tidak mampu mengevaluasi data baru dan karenanya tidak dapat menerima syafaat, yakni, ia menolak ilmu mengenai realitas), dan tidak pula tebusan dapat membebaskan mereka, dan mereka pun tidak akan ditolong.
-
wa iż najjainākum min āli fir'auna yasụmụnakum sū`al-'ażābi yużabbiḥụna abnā`akum wa yastaḥyụna nisā`akum, wa fī żālikum balā`um mir rabbikum 'aẓīm;
(Dan ingatlah bahwa) Kami telah menyelamatkan kalian dari keluarga Fir’aun, yang menimpakan kepada kalian siksaan yang terburuk, menyembelih anak-anak laki-laki kalian dan membiarkan hidup anak-anak perempuan kalian. Kalian sedang mendapat bala yang besar dari Rabb kalian.
-
wa iż faraqnā bikumul-baḥra fa anjainākum wa agraqnā āla fir'auna wa antum tanẓurụn;
Dengan mewujudkan kekuatan Nama-nama Allah di dalam esensi kalian, Kami telah membelah laut dan menyelamatkan kalian dan menenggelamkan keluarga Fir’aun seedang mereka melihatnya.
-
wa iż wā'adnā mụsā arba'īna lailatan ṡummattakhażtumul-'ijla mim ba'dihī wa antum ẓālimụn;
Kami telah menjanjikan empat puluh malam kepada Musa, dan selama masa ini kalian telah mempertuhankan anak sapi sebagai orang-orang yang zalim (kalian telah berbuat tidak adil kepada diri sendiri dengn terperosok kedalam dualitas karena mengingkari realitas esensial kalian).
-
ṡumma 'afaunā 'angkum mim ba'di żālika la'allakum tasykurụn;
Setelah kejadian ini, kami mengampuni kalian, agar kalian bersyukur (menyadari dan mengevaluasi).
-
wa iż ātainā mụsal-kitāba wal-furqāna la'allakum tahtadụn;
Dan ingatlah ketika Kami memberi Musa Kitab (ilmu mengenai realitas keberadaan) dan Furqan (kemampuan dan ilmu untuk membedakan yang benar dari yang salah) agar kalian kembali kepada kebenaran.
-
wa iż qāla mụsā liqaumihī yā qaumi innakum ẓalamtum anfusakum bittikhāżikumul-'ijla fa tụbū ilā bāri`ikum faqtulū anfusakum, żālikum khairul lakum 'inda bāri`ikum, fa tāba 'alaikum, innahụ huwat-tawwābur-raḥīm;
Musa berkata kepada kaumnya, “Hai kaumku, sungguh dengan mengambil anak sapi (sebagai tuhan) kalian telah menzalimi diri sendiri (esensi kalian). Maka bertaubatlah (karena telah mengingkari keberadaanNya dalam esensi kalian dan telah berpaling kepada penuhanan eksternal) kepada yang Bari (yang Esa yang menciptakan keberadaan dengan elok dengan Nama-namaNya) dan bunuhlah diri khayal (ego) kalian. Dalam pandangan yang Bari, melakukan itu bermanfaat bagi kalian. Dia akan menerima taubat kalian. Sungguh, Dia itu Tawwab (Maha Penerima taubat) dan pemberi rahmat oleh karena melakukan hal itu (apabila orang yang bersangkutan menyadari kesalahannya dan bertaubat, fitur-fitur yang dirujuk oleh Tawwab mencegah setiap akibat negatif yang mungkin dan membalikkan dampak-dampaknya, memungkinkan terjadinya realisasi baru).”
-
wa iż qultum yā mụsā lan nu`mina laka ḥattā narallāha jahratan fa akhażatkumuṣ-ṣā'iqatu wa antum tanẓurụn;
Dan kalian mengatakan, “Hai Musa, kami tidak akan pernah beriman kepadamu hingga kami melihat Allah secara langsung”; yang setelah itu kilat (ilmu mengenai realitas menghapus keberadaan kkalian) menyambar kalian sedang kalian melihatnya.
-
ṡumma ba'aṡnākum mim ba'di mautikum la'allakum tasykurụn;
Kemudian setelah kalian merasakan kematian (ketiadaan kalian dan bahwa Sang Wahidul Qahhar adalah esa dan satu-satunya keberadaan) Kami hidupkan kembali kalian dengan pemahaman baru, agar kalian mau mengevaluasi ini.
-
wa ẓallalnā 'alaikumul-gamāma wa anzalnā 'alaikumul-manna was-salwā, kulụ min ṭayyibāti mā razaqnākum, wa mā ẓalamụnā wa lāking kānū anfusahum yaẓlimụn;
Dan Kami menaungi kalian dengan awan (menghijab kalian dari kebenaran yang membakar dan untuk memelihara kehidupan manusiawi kalian) dan mewahyukan kepada kalian (dari esensi kalian kepada kesadaran kalian) manna (daya kekuatan dengan Nama Allah yang menyusun esensi kalian) dan burung puyuh (salwa, kemampuan untuk merasakan aspek spiritual) dengan mengatakan, “Makanlah dari apa yang suci yang telah Kami berikan kepada kalian.” Dan mereka (tanpa mengevaluasi ilmu mengenai realitas) tidak menzalimi Kami melainkan menzalimi diri mereka sendiri (di sini ada makna tersembunyi selain makna harfiah dari ayatnya).
-
wa iż qulnadkhulụ hāżihil-qaryata fa kulụ min-hā ḥaiṡu syi`tum ragadaw wadkhulul-bāba sujjadaw wa qụlụ ḥiṭṭatun nagfir lakum khaṭāyākum, wa sanazīdul-muḥsinīn;
Dan ingatlah ketika Kami mengatakan, “Masukilah (dimensi) kota ini dan makanlah apapun yang kalian kehendaki (karunia dari dimensi ini) dan masukilah gerbangnya dengan bersujud (dengan pengakuan ketiadaan kalian dan yang ada hanya Nama-nama Allah) dan mohonlah agar diampuni (karena telah memandang dengan ego kalian) agar Kami mengampuni dosa-dosa kalian (yang dibentuk oleh diri khayal)... Kami akan menambahkan (karunia Kami) kepada orang-orang (yang beramal baik) yang berbagi dengan ikhlas dari apa yang telah Kami berikan kepada mereka.”
-
fa baddalallażīna ẓalamụ qaulan gairallażī qīla lahum fa anzalnā 'alallażīna ẓalamụ rijzam minas-samā`i bimā kānụ yafsuqụn;
Tapi orang-orang di antara mereka, yang menzalimi dirinya sendiri, mengubah apa yang dikatakan kepada mereka dengan apa-apa yang tidak dikatakan kepada mereka. Karenanya, Kami datangkan dari langit (dari amigdala dalam otak mereka) rasa curiga (ilusi; ide-ide yang menyebabkan siksaan).
-
wa iżistasqā mụsā liqaumihī fa qulnaḍrib bi'aṣākal-ḥajar, fanfajarat min-huṡnatā 'asyrata 'ainā, qad 'alima kullu unāsim masyrabahum, kulụ wasyrabụ mir rizqillāhi wa lā ta'ṡau fil-arḍi mufsidīn;
Dan ingatlah ketika Musa memohonkan air untuk kaumnya, dan Kami berkata, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu (dengan kekuatan Nama-nama di dalam esensimu).” Dan (ketika dia memukulnya) menyemburlah darinya duabelas mata air. Tiap-tiap suku mengetahui jalan mereka masing-masing (menuju sumber air mereka). Kami katakan: “Makan dan minumlah dari pemberian Allah, dan janganlah bertindak kelewatan sehingga menyebabkan kerusakan di muka bumi.”
-
wa iż qultum yā mụsā lan naṣbira 'alā ṭa'āmiw wāḥidin fad'u lanā rabbaka yukhrij lanā mimmā tumbitul-arḍu mim baqlihā wa qiṡṡā`ihā wa fụmihā wa 'adasihā wa baṣalihā, qāla a tastabdilụnallażī huwa adnā billażī huwa khaīr, ihbiṭụ miṣran fa inna lakum mā sa`altum, wa ḍuribat 'alaihimuż-żillatu wal-maskanatu wa bā`ụ bigaḍabim minallāh, żālika bi`annahum kānụ yakfurụna bi`āyātillāhi wa yaqtulụnan-nabiyyīna bigairil-ḥaqq, żālika bimā 'aṣaw wa kānụ ya'tadụn;
Dan ingatlah ketika kalian berkata, “Hai Musa, kami tidak puas dengan satu jenis makanan saja. Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk mendatangkan bagi kami dari bumi ini sayur-sayuran yang hijau dan mentimunnya dan bawang-putihnya dan kacang adasnya dan bawang merahnya!” Musa bertanya, “Apakah kalian ingin menukar apa yang bermanfaat dan lebih baik dengan apa yang kurang baik dan tidak bermanfaat? Maka pergilah ke kota dan kalian akan menemukan apa yang kalian minta.” Dan karenanya mereka diselimuti kehinaan dan kemiskinan dan ditimpa kemurkaan (jatuh kepada keadaan keberadaan yang hanya berdasarkan eksternalitas). Itu karena mereka menutupi dan mengingkari isyarat-isyarat (kekuatan Nama-nama) Allah di dalam esensi mereka, dan menentang realitas (kalah oleh ego mereka) dengan membunuh para Nabi. Sebagai akibat dari pemberontakan mereka, mereka melampaui batas-batas dan bertindak kelewatan.
-
innallażīna āmanụ wallażīna hādụ wan-naṣārā waṣ-ṣābi`īna man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wa 'amila ṣāliḥan fa lahum ajruhum 'inda rabbihim, wa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn;
Sungguh, di antara orang-orang yang beriman (meskipun memiliki pandangan dualistik – syirik tersembunyi), orang-orang Yahudi, Nasrani dan Sabiin (yang mempertuhankan dan menyembah bintang) – orang-orang yang beriman bahwa Nama-nama Allah menyusun realitas esensial mereka dan beriman kepada akhirat, dan yang menjalankan amal-amal untuk keselamatan mereka (keadaan terbebaskan dari kondisi-kondisi kehidupan alami dan jasmani dan merasa ‘yakin’.) – akan dibalas (dengan kekuatan-kekuatan akibat) di sisi Rabb mereka (komposisi Nama-nama mereka). Mereka tidak akan merasa takut ataupun bersedih!
-
wa iż akhażnā mīṡāqakum wa rafa'nā fauqakumuṭ-ṭụr, khużụ mā ātainākum biquwwatiw ważkurụ mā fīhi la'allakum tattaqụn;
Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji dari kalian dan kami angkat gunung Tursina di atas kalian (mujizat Musa). Peganglah apa yang telah Kami berikan kepada kalian (ilmu mengenai realitas) sebagai kekuatan dan ingatlah (dzikir) apa yang ada di dalamnya agar kalian terlindungi (bertakwa).
-
ṡumma tawallaitum mim ba'di żālika falau lā faḍlullāhi 'alaikum wa raḥmatuhụ lakuntum minal-khāsirīn;
Tapi setelah ini kalian berpaling lagi dan kembali kepada jalan yang lama. Seandainya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian, tentu kalian termasuk orang-orang yang merugi.
-
wa laqad 'alimtumullażīna'tadau mingkum fis-sabti fa qulnā lahum kụnụ qiradatan khāsi`īn;
Sungguh, kalian mengetahui mengenai orang-orang yang tidak menghormati Sabbath dan melampaui batas. Kami berkata kepada mereka, “Jadilah kera (hidup sebagai peniru yang menolak untuk merasakan hasil-hasil dari realitas mereka) yang hina.”
-
fa ja'alnāhā nakālal limā baina yadaihā wa mā khalfahā wa mau'iẓatal lil-muttaqīn;
Demikian itu agar menjadi contoh hukuman bagi orang-orang yang hadir (yang mengalami peristiwa ini) dan penerus mereka, dan pelajaran bagi orang-orang yang mencari perlindungan (bertakwa).
-
wa iż qāla mụsā liqaumihī innallāha ya`murukum an tażbaḥụ baqarah, qālū a tattakhiżunā huzuwā, qāla a'ụżu billāhi an akụna minal-jāhilīn;
Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Allah memerintahkan kalian untuk menyembelih seekor sapi.” Mereka berkata, “Apakah kamu memperolok-olokan kami?” Dia berkata, “Aku berlindung kepada Allah, realitas esensialku, untuk tidak termasuk orang-orang yang jahil (orang-orang yang terhijab dari realitas).”
-
qālud'u lanā rabbaka yubayyil lanā mā hiy, qāla innahụ yaqụlu innahā baqaratul lā fāriḍuw wa lā bikr, 'awānum baina żālik, faf'alụ mā tu`marụn;
Mereka berkata, “Kembalilah kepada Rabb-mu agar menjadi jelas bagi kami apa sesungguhnya yang Dia inginkan (untuk disembelih).” “Sungguh Dia mengatakan ‘Sapinya adalah yang tidak terlalu tua ataupun terlalu muda, tapi di antara keduanya’, maka sekarang lakukanlah sebagaimana yang diperintahkan.”
-
qālud'u lanā rabbaka yubayyil lanā mā launuhā, qāla innahụ yaqụlu innahā baqaratun ṣafrā`u fāqi'ul launuhā tasurrun-nāẓirīn;
(Tidak puas dengan jawaban ini, mereka lebih jauh menanyakan hal-hal detil yang tidak perlu dan) berkata, “Kembalilah kepada Rabb-mu agar kami diberi-tahu warnanya.” “Sungguh Dia mengatakan, ‘sapinya berwarna kuning cerah – enak untuk dipandang.’”
-
qālud'u lanā rabbaka yubayyil lanā mā hiya innal-baqara tasyābaha 'alainā, wa innā in syā`allāhu lamuhtadụn;
(Mendesak lebih jauh) mereka berkata, “Kembalilah kepada Rabb-mu agar benar-benar jelas bagi kami jenis sapi yang Dia ingin kami menyembelihnya; karena banyak sapi yang bersesuaian dengan gambaran itu? Jika Allah berkehendak, kami akan menemukan sapi yang tepat...”
-
qāla innahụ yaqụlu innahā baqaratul lā żalụlun tuṡīrul-arḍa wa lā tasqil-ḥarṡ, musallamatul lā syiyata fīhā, qālul-āna ji`ta bil-ḥaqqi fa żabaḥụhā wa mā kādụ yaf'alụn;
“Dia berkata, ‘Sapinya belum dilatih untuk membajak tanah atau untuk mengairi ladang, sapi bebas yang tidak memiliki cacat!’” Mereka berkata, “Kini kamu telah menerangkannya dengan benar.” Maka (dengan susah-payah mereka mendapatkan sapi dengan sifat-sifat demikian dan) mereka menyembelihnya (tapi mereka harus berkorban banyak untuk menemukan satu-satunya sapi yang memenuhi kriteria ini). Hampir-hampir saja mereka tidak berhasil!
-
wa iż qataltum nafsan faddāra'tum fīhā, wallāhu mukhrijum mā kuntum taktumụn;
Dan ingatlah ketika kamu membunuh seorang manusia dan memperselisihkannya, sedangkan Allah menampakkan apa yang kalian sembunyikan!
-
fa qulnaḍribụhu biba'ḍihā, każālika yuḥyillāhul-mautā wa yurīkum āyātihī la'allakum ta'qilụn;
Maka, Kami katakan, “Pukullah (dengan kekuatan ilahiah di dalam esensi kalian) orang yang mati itu dengan bagian (sapi yang disembelih itu).” Maka Allah menghidupkan orang yag mati itu. Dia menunjukkan kepada kalian isyarat—isyarat (dari kekuatan di dalam esensi kalian) agar kalian menggunakan akal kalian (menilai/mengkajinya).
-
ṡumma qasat qulụbukum mim ba'di żālika fa hiya kal-ḥijārati au asyaddu qaswah, wa inna minal-ḥijārati lamā yatafajjaru min-hul-an-hār, wa inna min-hā lamā yasysyaqqaqu fa yakhruju min-hul-mā`, wa inna min-hā lamā yahbiṭu min khasy-yatillāh, wa mallāhu bigāfilin 'ammā ta'malụn;
Setelah ini hati kalian mengeras lagi, seperti batu atau bahkan lebih keras lagi (tak mampu mewujudkan realitas di dalam esensi kalian). Padahal ada batu-batu yang darinya sungai-sungai menyembur dan ada beberapa yang membelah dan air menyembur keluar... Bahkan ada batu-batu yang jatuh menggelinding karena takut kepada Allah... Sungguh Allah tidak pernah terhijab dari apa yang kalian kerjakan (karena Dia membentuk keberadaan kalian dengan Nama-namaNya).
-
a fa taṭma'ụna ay yu`minụ lakum wa qad kāna farīqum min-hum yasma'ụna kalāmallāhi ṡumma yuḥarrifụnahụ mim ba'di mā 'aqalụhu wa hum ya'lamụn;
Apakah kalian, hai orang-orang yang beriman, mendambakan bahwa mereka (orang-orang Yahudi dengan genetika masa lalu) akan beriman kepada kalian? Padahal sekelompok mereka biasa mendengar perkataan Allah (Musa) dan memahaminya, lalu dengan sengaja menyimpangkannya (memalingkan maknanya).
-
wa iżā laqullażīna āmanụ qālū āmannā, wa iżā khalā ba'ḍuhum ilā ba'ḍing qālū a tuḥaddiṡụnahum bimā fataḥallāhu 'alaikum liyuḥājjụkum bihī 'inda rabbikum, a fa lā ta'qilụn;
Apabila mereka bertemu orang-orang yang beriman, mereka berkata, “Kami beriman”; tapi apabila mereka bersama sesamanya, mereka berkata, “Apakah kalian berbicara dengan mereka mengenai kebenaran yang Allah telah singkapkan kepada kalian sehingga mereka dapat menggunakannya sebagai bukti untuk melawan kalian? Apakah kalian tidak memikirkannya?”
-
a wa lā ya'lamụna annallāha ya'lamu mā yusirrụna wa mā yu'linụn;
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka ungkapkan?
-
wa min-hum ummiyyụna lā ya'lamụnal-kitāba illā amāniyya wa in hum illā yaẓunnụn;
Di antara mereka (umiyyiina) ada orang-orang yang tidak memiliki ilmu mengenai Kitab (ilmu mengenai realitas), selain dari apa yang mereka asumsikan (berdasarkan pengkondisian mereka); mereka hidup dengan dugaan (yang tidak-berdasar).
-
fa wailul lillażīna yaktubụnal-kitāba bi`aidīhim ṡumma yaqụlụna hāżā min 'indillāhi liyasytarụ bihī ṡamanang qalīlā, fa wailul lahum mimmā katabat aidīhim wa wailul lahum mimmā yaksibụn;
Maka celakalah orang-orang yang menulis ilmu dengan tangannya sendiri (didorong oleh diri khayal mereka), mereka mengatakan, “Ini dari Allah,” untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit! Betapa buruknya apa yang mereka tulis dengan tangan mereka sendiri dan betapa buruknya apa yang mereka peroleh dengan cara ini!
-
wa qālụ lan tamassanan-nāru illā ayyāmam ma'dụdah, qul attakhażtum 'indallāhi 'ahdan fa lay yukhlifallāhu 'ahdahū am taqụlụna 'alallāhi mā lā ta'lamụn;
Dan mereka mengatakan, “Api tidak akan membakar kami kecuali untuk beberapa hari saja.” Katakanlah kepada mereka, “Apakah kalian telah menerima janji dari Allah (Realtas Absolut di dalam esensi kalian)? Karena Allah tidak akan pernah menyalahi janjiNya. Namun kalian hanya mengada-ada terhadap Allah.”
-
balā mang kasaba sayyi`ataw wa `aḥāṭat bihī khaṭī`atuhụ fa ulā`ika aṣ-ḥābun-nār, hum fīhā khālidụn;
Tidak, Yang sebenarnya tidak seperti yang mereka asumsikan! Barangsiapa berbuat kejahatan (melalui pikiran dan tindakannya) dan dosa-dosanya telah meliputinya (sistem pikirannya membutakan dia terhadap kebenaran), mereka lah para penghuni api (penderitaan) untuk selama-lamanya.
-
wallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti ulā`ika aṣ-ḥābul-jannah, hum fīhā khālidụn;
Tapi orang-orang yang beriman dan melakukan amal-amal saleh (untuk keselamatan mereka, karena menyadari realitas mereka) – mereka lah para penghuni Surga dan akan tinggal di dalamnya selama-lamanya.
-
wa iż akhażnā mīṡāqa banī isrā`īla lā ta'budụna illallāha wa bil-wālidaini iḥsānaw wa żil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wa qụlụ lin-nāsi ḥusnaw wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāh, ṡumma tawallaitum illā qalīlam mingkum wa antum mu'riḍụn;
Dan ingatlah ketika Kami membuat perjajian dengan Bani Israil, “Jangan menganggap adanya, dan menyembah, sesuatu ‘yang lain’ selain Allah; berikanlah kepada kedua orang-tua kalian hak mereka; berbuat baiklah kepada kerabat-kerabat kalian, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin; dan berbicaralah kepada manusia dengan perkataan yang baik (perkataan yang mengarahkan mereka kepada realitas); dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat (praktek shalat dan zakat mereka berbeda dengan cara Islam).” Namun setelah ini, kecuali sedikit dari kalian, kalian berpaling (dari janji kalian), dan kalian masih terus melakukannya.
-
wa iż akhażnā mīṡāqakum lā tasfikụna dimā`akum wa lā tukhrijụna anfusakum min diyārikum ṡumma aqrartum wa antum tasy-hadụn;
Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji kalian bahwa kalian tidak akan saling menumpahkan darah atau mengusir satu sama lain dari rumah-rumah kalian, dan kalian telah bersaksi dan menyetujui hal ini.
-
ṡumma antum hā`ulā`i taqtulụna anfusakum wa tukhrijụna farīqam mingkum min diyārihim taẓāharụna 'alaihim bil-iṡmi wal-'udwān, wa iy ya`tụkum usārā tufādụhum wa huwa muḥarramun 'alaikum ikhrājuhum, a fa tu`minụna biba'ḍil-kitābi wa takfurụna biba'ḍ, fa mā jazā`u may yaf'alu żālika mingkum illā khizyun fil-ḥayātid-dun-yā, wa yaumal-qiyāmati yuraddụna ilā asyaddil-'ażāb, wa mallāhu bigāfilin 'ammā ta'malụn;
Namun kalian saling bunuh satu sama lain dan mengusir sebagian dari kalian dari rumah-rumah mereka. Kalian bersatu melawan mereka sebagai musuh. Dan jika mereka datang kepada kaliian sebagai tawanan, kalian menebus mereka dan mengusir mereka (walaupun ini dilarang bagi kalian). Maka, apakah kalian beriman pada sebagian ilmu mengenai realitas (Kitab) dan tidak beriman kepada sebagian yang lainnya? Balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian di antara kalian adalah kehinaan di kehidupan dunia; dan pada Hari Kebangkitan mereka akan dikenai penderitaan yang paling hebat. Allah sebagai realitas esensial kalian, tidak lengah dengan apa yang kalian kerjakan.
-
ulā`ikallażīnasytarawul-ḥayātad-dun-yā bil-ākhirati fa lā yukhaffafu 'an-humul-'ażābu wa lā hum yunṣarụn;
Mereka lah orang-orang yang membeli kehidupan dunia ini (hasrat dan kesenangan jasmani) dan menukarnya dengan kehidupan kekal yang akan datang (realitas batin). Penderitaan mereka tidak akan diringankan, dan mereka tidak akan ditolong!
-
wa laqad ātainā mụsal-kitāba wa qaffainā mim ba'dihī bir-rusuli wa ātainā 'īsabna maryamal-bayyināti wa ayyadnāhu birụḥil-qudus, a fa kullamā jā`akum rasụlum bimā lā tahwā anfusukumustakbartum, fa farīqang każżabtum wa farīqan taqtulụn;
Sungguh, Kami telah memberi Musa Ilmu Mengenai Realitas (Kitab) dan kemudian mengirim Rasul-rasul penerusnya di antara kalian sebagai penguat. Dan Kami datangkan Isa, putera Maryam, bukti-bukti yang nyata (pernyataan-pernyataan yang jelas-jelas membenarkan ilmu mengenai realitas). Kami sokong dia dengan Ruh Suci (kekuatan yang Kami wujudkan melalui dia). Tapi setiap kali seorang Rasul mendatangi kalian dengan membawa kebenaran yang bertentangan dengan keinginan-keinginan diri khayal kalian, karena menjunjung tinggi hasrat-hasrat ego kalian, kalian mengingkari sebagian dari mereka dan membunuh sebagian yang lain.
-
wa qālụ qulụbunā gulf, bal la'anahumullāhu bikufrihim fa qalīlam mā yu`minụn;
Dan mereka berkata, “Hati (penglihatan) kami tertutup (kepompong, dunia kami – menghalangi kami untuk mengalami realitas kami),” Tidak, sebenarnya mereka telah terperosok jauh dari (dilaknat oleh) Allah karena mengingkari realitas. Betapa terbatasnya iman kalian!
-
wa lammā jā`ahum kitābum min 'indillāhi muṣaddiqul limā ma'ahum wa kānụ ming qablu yastaftiḥụna 'alallażīna kafarụ, fa lammā jā`ahum mā 'arafụ kafarụ bihī fa la'natullāhi 'alal-kāfirīn;
Dan ketika mereka (orang-orang Yahudi) mencari pengetahuan untuk mengalahkan orang-orang yangg tidak beriman, yang mengingkari agama, datanglah kepada mereka Kitab dari Allah yang membenarkan ilmu yang telah ada pada mereka – dan yang mereka tunggu-tunggu (Muhammad saw) datang kepada mereka, tapi mereka menolaknya! Maka mereka hidup dalam keadaan terjauhkan dari Allah (laknat Allah atas orang-orang yang mengingkari realitas absolut).
-
bi`samasytarau bihī anfusahum ay yakfurụ bimā anzalallāhu bagyan ay yunazzilallāhu min faḍlihī 'alā may yasyā`u min 'ibādih, fa bā`ụ bigaḍabin 'alā gaḍab, wa lil-kāfirīna 'ażābum muhīn;
Betapa buruknya bahwa karena kedengkian, mereka mengingkari seorang hamba Allah, yang Allah datangkan dari rahmatNya (dari esensi seseorang kepada kesadarannya), dan karena pengingkaran ini mereka menutupi realitas absolut di dalam ‘diri’! Karena ini, mereka mendapat kemurkaan di atas kemurkaan (mereka turun kepada keadaan kehidupan tanpa kesadaran, terhijab dari realitas esensial mereka). Dan bagi orang-orang yang mengingkari realitas (kafir), ada hukuman yang menghinakan.
-
wa iżā qīla lahum āminụ bimā anzalallāhu qālụ nu`minu bimā unzila 'alainā wa yakfurụna bimā warā`ahụ wa huwal-ḥaqqu muṣaddiqal limā ma'ahum, qul fa lima taqtulụna ambiyā`allāhi ming qablu ing kuntum mu`minīn;
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kepada apa yang telah Allah wahyukan,” mereka berkata, “Kami hanya beriman kepada apa yang diwahyukan kepada kami” dan mereka tidak percaya terhadap apa yang diwahyukan kepada orang lain. Padahal wahyu itu membenarkan apa yang ada pada mereka! Katakanlah, “Jika kalian benar-benar beriman kepada realitas yang diwahyukan kepada kalian, maka mengapa kalian membunuh Nabi-nabi Allah?”
-
wa laqad jā`akum mụsā bil-bayyināti ṡummattakhażtumul-'ijla mim ba'dihī wa antum ẓālimụn;
Sungguh Musa telah datang kepada kalian dengan bukti-bukti yang nyata, terwujud dari realitas esensialnya. Namun kalian mengambil anak sapi sebagai tuhan dan menzalimi diri sendiri (esensi kalian).
-
wa iż akhażnā mīṡāqakum wa rafa'nā fauqakumuṭ-ṭụr, khużụ mā ātainākum biquwwatiw wasma'ụ, qālụ sami'nā wa 'aṣainā wa usyribụ fī qulụbihimul-'ijla bikufrihim, qul bi`samā ya`murukum bihī īmānukum ing kuntum mu`minīn;
Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji kalian dan mengangkat gunung Thursina di atas kalian (menghilangkan rasa ego kalian), dengan mengatakan “Dengarkanlah, alami dan jalanilah ketentuan-ketentuan dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian dengan kekuatan-kekuatan yang menyusun esensi kalian.” Namun mereka mengatakan “Kami mendengar tapi kami tidak menerimanya.” Karena kekafiran mereka, hati mereka menyerap cinta akan anak sapi (kejasmanian – eksternalitas – ego). Katakanlah, “Jika kalian mengaku beriman, dan ini merupakan hasil keyakinan kalian, betapa buruknya akibat bagi kalian!”
-
qul ing kānat lakumud-dārul-ākhiratu 'indallāhi khāliṣatam min dụnin-nāsi fa tamannawul-mauta ing kuntum ṣādiqīn;
Katakanlah, “Jika tempat tinggal di kehidupan kekal yang akan datang bersama Allah hanya kepunyaan kalian dan tidak untuk yang lain, maka kalian mesti berharap akan kematian, jika kalian benar (sesuai dengan perkataan kalian)!”
-
wa lay yatamannauhu abadam bimā qaddamat aidīhim, wallāhu 'alīmum biẓ-ẓālimīn;
Tapi mereka tidak pernah berharap akan kematian, karena apa yang telah mereka perbuat dengan tangan-tangan mereka (dosa-dosa mereka). Dan Allah, sebagai realitas mereka, mengetahui siapa yang berbuat kezaliman.
-
wa latajidannahum aḥraṣan-nāsi 'alā ḥayāh, wa minallażīna asyrakụ yawaddu aḥaduhum lau yu'ammaru alfa sanah, wa mā huwa bimuzaḥziḥihī minal-'ażābi ay yu'ammar, wallāhu baṣīrum bimā ya'malụn;
Dan sungguh kamu akan mendapati mereka termasuk orang-orang yang berambisi dengan kehidupan duniawi! Bahkan lebih buruk dari orang-orang yang hidup dalam kemusyrikan (dualitas; menyekutukan Allah). Masing-masing dari mereka ingin hidup ribuan tahun! Padahal umur yang panjang tidak akan menjauhkan mereka dari penderitaan. Dan Allah itu, sebagai realitas esensial mereka, Bashir (evaluator terhadap apa yang mereka kerjakan).
-
qul mang kāna 'aduwwal lijibrīla fa innahụ nazzalahụ 'alā qalbika bi`iżnillāhi muṣaddiqal limā baina yadaihi wa hudaw wa busyrā lil-mu`minīn;
Katakanlah, “Barangsiapa menjadi musuh Jibril harus mengetahui bahwa dialah yang telah mewahyukan (Al-Qur’an) kepada kesadaran kalian, dengan ijin Allah (B-iznillah; kesesuaian komposisi Nama yang menyusun esensinya), membenarkan yang sebelum dia dan sebagai tuntunan dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.”
-
mang kāna 'aduwwal lillāhi wa malā`ikatihī wa rusulihī wa jibrīla wa mīkāla fa innallāha 'aduwwul lil-kāfirīn;
Barangsiapa menjadi musuh Allah (realitas Uluhiyyah) dan kerajaan malaikat (manifestasi Nama-nama Allah di seluruh alam) dan Rasul-rasulNya (orang-orang yang kepadanya realitas disingkapkan) dan Jibril (penyingkapan Ilmu Allah) dan Mikail (kekuatan yang menuntun kepada dan memungkinkan diraihnya rezeki material dan spiritual) maka sungguh, Allah adalah musuh bagi orang-rang yang menutupi realitas ini!
-
wa laqad anzalnā ilaika āyātim bayyināt, wa mā yakfuru bihā illal-fāsiqụn;
Dan sungguh Kami telah memberikan bukti yang nyata kepadamu, yang tidak seorang pun dapat menyangkalnya kecuali orang-orang yang kesucian asalnya telah rusak (dengan pengkondisian-pengkondisian).
-
a wa kullamā 'āhadụ 'ahdan nabażahụ farīqum min-hum, bal akṡaruhum lā yu`minụn;
Bukankah setiap kali mereka melakukan ikatan perjanjian, sebagian dari mereka melanggarnya dan mengabaikannya? Tidak, sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak beriman!
-
wa lammā jā`ahum rasụlum min 'indillāhi muṣaddiqul limā ma'ahum nabaża farīqum minallażīna ụtul-kitāba kitāballāhi warā`a ẓuhụrihim ka`annahum lā ya'lamụn;
Apabila seorang Rasul datang kepada mereka membenarkan apa yang ada pada mereka, sekelompok orang-orang yang yang telah diberi Kitab (ilmu) melemparkan Kitab Allah itu (ilmu mengenai realitas dan sunnatullah) kebelakang mereka (karena dia bukan orang Yahudi), seolah mereka tidak mengetahui kebenaran.
-
wattaba'ụ mā tatlusy-syayāṭīnu 'alā mulki sulaimān, wa mā kafara sulaimānu wa lākinnasy-syayāṭīna kafarụ yu'allimụnan-nāsas-siḥra wa mā unzila 'alal-malakaini bibābila hārụta wa mārụt, wa mā yu'allimāni min aḥadin ḥattā yaqụlā innamā naḥnu fitnatun fa lā takfur, fa yata'allamụna min-humā mā yufarriqụna bihī bainal-mar'i wa zaujih, wa mā hum biḍārrīna bihī min aḥadin illā bi`iżnillāh, wa yata'allamụna mā yaḍurruhum wa lā yanfa'uhum, wa laqad 'alimụ lamanisytarāhu mā lahụ fil-ākhirati min khalāq, wa labi`sa mā syarau bihī anfusahum, lau kānụ ya'lamụn;
Mereka juga telah mengikuti Setan-setan (mereka yang menyebabkan kerusakan dengan menghasutkan khayalan) berkenaan dengan (dengan mengingkari) kekuasaan (pengaturan) Sulaiman (yang dibentuk oleh realitas esensialnya). Bukan Sulaiman yang kafir (terhijab dari realitasnya), melainkan Setan-setan lah yang (dengan mengikuti khayalan mereka) kafir (mengingkari realitas), mengajari manusia sihir dan apa yang diwahyukan kepada kedua malaikat di Babilonia, Harut dan Marut. Tapi kedua malaikat itu tidak mengajarkan apapun kepada siapapun tanpa mengatakan, “Kami hanyalah ujian, maka janganlah menjadi kafir dengan menutupi apa yang ada di dalam esensimu (dengan mengambil kekuatan-kekuatan eksternal untuk mengamalkan sihir).” Namun mereka belajar dari mereka (kedua malaikat itu) yang menyebabkan perceraian di antara laki-laki dan istrinya. Tapi mereka tidak dapat membahayakan siapapun kecuali dengan ijin Allah. Mereka mempelajari apa yang membahayakan mereka, bukan yang bermanfaat bagi mereka. Sungguh, orang-orang yang membelinya (sihir) tidak akan mendapatkan manfaat di Akhirat yang kekal. Andai saja mereka mengetahui betapa buruknya sesuatu yang karenanya mereka menjual realitas dari esensi mereka.
-
walau annahum āmanụ wattaqau lamaṡụbatum min 'indillāhi khaīr, lau kānụ ya'lamụn;
Seandainya mereka beriman dan melindungi diri mereka sendiri (dari syirik; dualitas), maka pahala dari Allah akan jauh lebih baik. Jika saja mereka mengetahui.
-
yā ayyuhallażīna āmanụ lā taqụlụ rā'inā wa qụlunẓurnā wasma'ụ wa lil-kāfirīna 'ażābun alīm;
Hai kalian yang telah beriman, jangan katakan (kepada Rasul Allah), “Ra’ina” (‘pehatikan kami’: orang Yahudi menggunakan kata ini dengan aksen dan tekanan khusus untuk berarti ‘’bodoh’; peringatan ini dibuat karena perilaku yang menghina ini) tapi katakanlah, “Unzhurna” dan denggarlah. Bagi orang-orang yang mengingkari kebenaran ada penderitaan yang menyakitkan.
-
mā yawaddullażīna kafarụ min ahlil-kitābi wa lal-musyrikīna ay yunazzala 'alaikum min khairim mir rabbikum, wallāhu yakhtaṣṣu biraḥmatihī may yasyā`, wallāhu żul-faḍlil-'aẓīm;
Orang-orang kafir dari Ahli Kitab ataupun para dualis (orang-orang yang menyatakan keberadaan kepada ego mereka atau obyek-obyek eksternal; pandangan mendua) tidak menginginkan kebaikan apapun diwahyukan kepada kalian dari Rabb kalian (fitur-fitur dari Nama-nama di dalam esensi kalian). Tapi Allah memilih bagi rahmatNya siapa yang Dia kehendaki, melalui esensinya. Allah itu Dzul Fadhlil ‘Azim (pemilik karunia yang besar).
-
mā nansakh min āyatin au nunsihā na`ti bikhairim min-hā au miṡlihā, a lam ta'lam annallāha 'alā kulli syai`ing qadīr;
Jika kami menghapuskan sebuah ayat atau menyebabkannya lupa, Kami mendatangkan yang lebih baik atau yang serupa dengan itu. Tidakkah kamu mengetahui bahwa Allah itu Qadir (pemilik kekuasaan yang terus-menerus dan tak-hingga) atas segala sesuatu?
-
a lam ta'lam annallāha lahụ mulkus-samāwāti wal-arḍ, wa mā lakum min dụnillāhi miw waliyyiw wa lā naṣīr;
Tidakkah kamu mengetahui bahwa kepunyaan Allah lah kerajaan ((karena Dia mengendalikan semuanya sesuai kehendaknya di setiap saat) langit dan bumi (kesadaran dan materi – alam jasmani) dan bahwa kalian tidak dapat memiliki teman ataupun penolong selain Allah?
-
am turīdụna an tas`alụ rasụlakum kamā su`ila mụsā ming qabl, wa may yatabaddalil-kufra bil-īmāni fa qad ḍalla sawā`as-sabīl;
Ataukah kalian bermaksud mempertanyakan kepada Rasul kalian sebagaimana Musa ditanyai sebelumnya? Dan barangsiapa menukar iman di dalam esensinya dengan pengingkaran terhadap realitas absolut sungguh telah kehilangan jalan yang benar.
-
wadda kaṡīrum min ahlil-kitābi lau yaruddụnakum mim ba'di īmānikum kuffārā, ḥasadam min 'indi anfusihim mim ba'di mā tabayyana lahumul-ḥaqq, fa'fụ waṣfaḥụ ḥattā ya`tiyallāhu bi`amrih, innallāha 'alā kulli syai`ing qadīr;
Banyak dari Ahli Kitab (orang-orang yang kepadanya telah diberikan ilmu mengenai realitas) menginginkan bahwa kalian berpaling dari iman kepada kekafiran, semata-mata karena dengki, meskipun secara terang-terangan mereka memahami realitas. Maka maafkanlah mereka dan abaikanlah pelanggaran mereka hingga perintah Allah didatangkan kepada kalian. Sungguh, Allah itu Qadir atas segala sesuatu.
-
wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāh, wa mā tuqaddimụ li`anfusikum min khairin tajidụhu 'indallāh, innallāha bimā ta'malụna baṣīr;
Dirikanlah shalat kalian (berpaling kepada Allah lahir dan batin) dan tunaikanlah zakat (berbagi dengan ikhlas apa yang telah Allah berikan kepada kalian dengan orng-orang yang membutuhkan). Apapun kebaikan yang kalian kerjakan, kalian akan mendapatinya di sisi Allah (di dalam alam Nama-nama yang menyusun kedalaman inti dari otak kalian). Sungguh, Allah itu (yang Nama-namanya menyusun keberadaan kalian) Bashir.
-
wa qālụ lay yadkhulal-jannata illā mang kāna hụdan au naṣārā, tilka amāniyyuhum, qul hātụ bur-hānakum ing kuntum ṣādiqīn;
Dan mereka berkata, “Tak satupun akan masuk Surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.” Ini hanyalah khayalan mereka. Katakanlah, “Buatlah bukti kalian, jika kalian berkata benar!”
-
balā man aslama waj-hahụ lillāhi wa huwa muḥsinun fa lahū ajruhụ 'inda rabbihī wa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn;
Tidak (kenyataannya tidak seperti yang mereka khayalkan)! Barangsiapa merasa bahwa esensinya (wajah) adalah untuk (manifestasi Nama-nama) Allah, pahala dia adalah pada Allah (realitas esensialnya). Mereka tidak akan merasa takut, dan tidak ada apapun yang akan membuat mereka bersedih.
-
wa qālatil-yahụdu laisatin-naṣārā 'alā syai`iw wa qālatin-naṣārā laisatil-yahụdu 'alā syai`iw wa hum yatlụnal-kitāb, każālika qālallażīna lā ya'lamụna miṡla qaulihim, fallāhu yaḥkumu bainahum yaumal-qiyāmati fīmā kānụ fīhi yakhtalifụn;
Orang-orang Yahudi berkata, “Orang-orang Nasrani tidak mempunyai dasar yang sah” dan orang-orang Nasrani berkata, “Orang-orang Yahudi tidak mempunyai dasar yang sah,” walaupun keduanya dapat diduga membaca Kitab (ilmu yang diwahyukan)! Namun inilah yang dikatakan orang-orang yang tidak peduli dengan ilmu ini! Allah akan mengadili di antara mereka atas apa yang mereka perselisihkan pada periode kiamat.
-
wa man aẓlamu mim mam mana'a masājidallāhi ay yużkara fīhasmuhụ wa sa'ā fī kharābihā, ulā`ika mā kāna lahum ay yadkhulụhā illā khā`ifīn, lahum fid-dun-yā khizyuw wa lahum fil-ākhirati 'ażābun 'aẓīm;
Dan siapakah yang lebih zalim dibanding orang-orang yang menghalangi dzikir kepada Allah (pengakuan bahwa kita ini tiada, hanya Allah yang Ada) untuk diucapkan di tempat-tempat sujud (pengalaman ketiadaan diri di hadapan realitas Nama-nama) dan berusaha merobohkannya (dengan mempertuhankan ego dari hati yang suci). Orang-orang demikian akan masuk ke sana dengan rasa takut. Karena mereka akan dihinakan di dunia ini (di hadapan orang-orang yang mengetahui kebenaran), dan di kehidupan kekal yang akan datang, penderitaan yang bear menanti mereka...
-
wa lillāhil-masyriqu wal-magribu fa ainamā tuwallụ fa ṡamma waj-hullāh, innallāha wāsi'un 'alīm;
Dan kepunyaan Allah lah Timur (tempat kelahiran dan asal-muasal) dan Barat (terbenam – hilang – kematian). Maka kemanapun kalian menghadap, di sana ada Wajah Allah (kalian saling berhadapan dengan manifestasi Nama-nama Allah). Sungguh, Allah itu Maha Meliputi dan Maha Mengetahui.
-
wa qāluttakhażallāhu waladan sub-ḥānah, bal lahụ mā fis-samāwāti wal-arḍ, kullul lahụ qānitụn;
Mereka berkata, “Allah telah mengambil anak.” Subhan (Maha Mulia) Dia! Malah, kepunyaan Dia lah apapun yang di langit dan di bumi. Segala sesuatu taat kepadaNya.
-
badī'us-samāwāti wal-arḍ, wa iżā qaḍā amran fa innamā yaqụlu lahụ kun fa yakụn;
Dia itu Badi’ (Sumber Asal dari langit dan bumi yang membuat sesuatu tanpa contoh sebelumnya). Apabila dia menghendaki sesuatu, Dia hanya mengatakan padanya “Jadilah” dan jadilah ia.
-
wa qālallażīna lā ya'lamụna lau lā yukallimunallāhu au ta`tīnā āyah, każālika qālallażīna ming qablihim miṡla qaulihim, tasyābahat qulụbuhum, qad bayyannal-āyāti liqaumiy yụqinụn;
Orang-orang yang tidak mengetahui (kepada apa Nama Allah menunjuk) berkata (beranggapan bahwa Allah itu ada di langit), “Mengapa Allah tidak berbicara kepada kita atau mengirim kita mujizat?” Orang-orang sebelum mereka mengatakan hal yang sama. Sudut pandang mereka mirip satu dengan lainnya (sebagai hasil dari neuron-neuron cermin – mereka mempunyai mentalitas yang sama). Kami telah menunjukkan ayat-ayat kami dengan jelas (isyarat-isyarat dari realitas) kepada orang-orang yang benar-benar ingin mengevaluasinya.
-
innā arsalnāka bil-ḥaqqi basyīraw wa nażīraw wa lā tus`alu 'an aṣ-ḥābil-jaḥīm;
Sungguh, Kami mendatangkanmu sebagai Kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Kamu tidak akan ditanya tentang para penghuni Neraka.
-
wa lan tarḍā 'angkal-yahụdu wa lan-naṣārā ḥattā tattabi'a millatahum, qul inna hudallāhi huwal-hudā, wa la`inittaba'ta ahwā`ahum ba'dallażī jā`aka minal-'ilmi mā laka minallāhi miw waliyyiw wa lā naṣīr;
Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah mengakui kamu hingga kamu mengikuti pemahaman agama mereka. Katakanlah, “Sungguh, Allah adalah penuntun kepada realisasi esensimu (seseorang tidak akan tertuntun sehingga Allah menuntunnya).” Jika kamu mengikuti imajinasi atau tipu-daya mereka setelah ilmu yang datang kepadamu, kamu tidak akan mempunyai teman ataupun penolong dari Allah.
-
allażīna ātaināhumul-kitāba yatlụnahụ ḥaqqa tilāwatih, ulā`ika yu`minụna bih, wa may yakfur bihī fa ulā`ika humul-khāsirụn;
Orang-orang yang kepadanya telah diberikan Kitab (ilmu mengenai sunnatullah) membaca dan mengevaluasinya dengan sepatutnya. Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada HU. Dan barangsiapa mengingkari HU – mereka itulah orang-orang yang merugi (karena mereka mengingkari realitas).
-
yā banī isrā`īlażkurụ ni'matiyallatī an'amtu 'alaikum wa annī faḍḍaltukum 'alal-'ālamīn;
Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmatKu atas kalian (bahwa Aku memberitahu kalian realitas kalian yang paling dalam), dan bahwa Aku membuat kalian lebih unggul di atas bangsa-bangsa yang lain.
-
wattaqụ yaumal lā tajzī nafsun 'an nafsin syai`aw wa lā yuqbalu min-hā 'adluw wa lā tanfa'uhā syafā'atuw wa lā hum yunṣarụn;
Dan lindungilah diri kalian dari saat dimana tidak seorang pun dapat membayar apapun untuk menyelamatkan orang lain. Tidak akan ada tebusan (ganti-rugi) yang diterima darinya, dan tidak akan bermanfaat pula syafaat baginya (Setelah otak biologis berhenti ada, otak spiritual tidak dapat lagi mengevaluasi data baru dan karenanya tidak dapat menerima syafaat, yakni, ia menolak ilmu mengenai realitas), dan tidak pula mereka dapat ditolong!
-
wa iżibtalā ibrāhīma rabbuhụ bikalimātin fa atammahunn, qāla innī jā'iluka lin-nāsi imāmā, qāla wa min żurriyyatī, qāla lā yanālu 'ahdiẓ-ẓālimīn;
Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Rabb-nya (komposisi Nama-nama yang menyusun keberadaannya) melalui mahluk tertentu (ingatlah jawabannya mengenai matahari, bintang-bintang dan bulan) dan dia telah mengemukakan evaluasinya terhadap perkara-perkara ini dan karenanya telah berhasil melewati ujian itu. Kemudian Rabb-nya berkata, “Sungguh, Aku akan menjadikanmu seorang pemimpin (orang yang diikuti karena ilmunya) bagi manusia.” (Ibrahim) berkata, “Dan dari keturunanku?” (Allah) berkata, “Janjiku bukan untuk orang-orang yang zalim.”
-
wa iż ja'alnal-baita maṡābatal lin-nāsi wa amnā, wattakhiżụ mim maqāmi ibrāhīma muṣallā, wa 'ahidnā ilā ibrāhīma wa ismā'īla an ṭahhirā baitiya liṭ-ṭā`ifīna wal-'ākifīna war-rukka'is-sujụd;
Dan Kami membuat Rumah (Kabah – hati) tempat perlindungan yang aman bagi manusia. Maka ambillah stasiun (maqam) Ibrahim (realisasi/aktualisasi kekuatan Nama-nama) sebagai tempat shalat (tempat dimana shalat dirasakan). Kami katakan kepada Ibrahim dan Ismail, “Peliharalah RumahKu dalam keadaan suci bagi orang-orang yang melaksanakan tawaf dan orang-orang yang beritikaf di sana untuk merasakan pengabdian mereka dan bagi orang-orang yang ruku dan sujud (di dalam shalat).”
-
wa iż qāla ibrāhīmu rabbij'al hāżā baladan āminaw warzuq ahlahụ minaṡ-ṡamarāti man āmana min-hum billāhi wal-yaumil-ākhir, qāla wa mang kafara fa umatti'uhụ qalīlan ṡumma aḍṭarruhū ilā 'ażābin-nār, wa bi`sal-maṣīr;
Dan Ibrahim berkata, “Rabb-ku, jadikanlah ini tempat yang aman, dan berikanlah kepada penduduknya, siapapun yang beriman kepada Allah (karena menyusun realitas esensial mereka) dan kepada kehidupan akhirat, dengan buah-buahan amal mereka” (Rabb-nya) berkata, “Aku akan tetap memberi rezeki kepada orang-orang yang mengingkari realitas barang sedikit (di kehidupan duniawi ini); kemudian akan Aku kenakan kepadanya api (penderitaan).” Seburuk-buruknya konfrontasi dengan kebenaran!
-
wa iż yarfa'u ibrāhīmul-qawā'ida minal-baiti wa ismā'īl, rabbanā taqabbal minnā, innaka antas-samī'ul-'alīm;
Dan ketika Ibrahim meninggikan dinding utama Rumah itu (Kabah – hati – keadaan [langit] ke tujuh dari kesadaran) bersama Ismail (dengan mengatakan), “Rabb kami, terimalah (ini) dari kami. Sungguh Engkau adalah (sebagai esensi keberadaan) Maha Mendengar lagi ‘Alim.”
-
rabbanā waj'alnā muslimaini laka wa min żurriyyatinā ummatam muslimatal laka wa arinā manāsikanā wa tub 'alainā, innaka antat-tawwābur-raḥīm;
Rabb kami, berilah kami memampuan untuk dapat berserah-diri kepadaMu, dan dari keturunan kami bentuklah umat yang berserah-diri kepadaMu. Dan tunjukkanlah kepada kami cara ibadat kami (mengenai prkatek Haji) dan terimalah taubat kami. Suungguh, Engaku itu Tawwab (Penerima Taubat) lagi Rahim (yang memungkinkan untuk mengalami keindahannya).
-
rabbanā wab'aṡ fīhim rasụlam min-hum yatlụ 'alaihim āyātika wa yu'allimuhumul-kitāba wal-ḥikmata wa yuzakkīhim, innaka antal-'azīzul-ḥakīm;
Rabb kami, datangkanlah seorang Rasul (tetapkanlah bentuk yang mewujudkan konfigurasi Nama-nama untuk menyingkapkan realitas) di kalangan mereka, yang akan mengajari dan membuat mereka membacakan ayat-ayatMu (manifestasi Nama-namaMu di alam keberadaan/wujud) dan berilah mereka ilmu (Kitab) dan sistem manifestasi (hikmah) dan sucikanlah mereka. Sungguh, Engkau itu ‘Aziz (Maha Kuasa) lagi Hakim (Maha Bijaksana).
-
wa may yargabu 'am millati ibrāhīma illā man safiha nafsah, wa laqadiṣṭafaināhu fid-dun-yā, wa innahụ fil-ākhirati laminaṣ-ṣāliḥīn;
Dan siapakah yang akan berpaling dari umat Ibrahim (orang-orang yang beriman kepada realitas mereka) kecuali orang yang bodoh yang tidak peduli dengan fitur Nama-nama yang menyusun esensi mereka? Sungguh, Kami telah memilih dia di dunia ini dan menyucikannya. Di kehidupan kekal yang akan datang, dia berada di antara orang-orang yang menjalani akibat dari pencapaian realitas mereka.
-
iż qāla lahụ rabbuhū aslim qāla aslamtu lirabbil-'ālamīn;
Ketika Rabb-nya berkata kepadanya “Berserah-dirilah”, dia berkata, “Aku telah berserah-diri kepada Rabb-nya seluruh alam” (Ibrahim telah menyadari keberserah-diriannya kepada Rabb-nya seluruh alam).
-
wa waṣṣā bihā ibrāhīmu banīhi wa ya'qụb, yā baniyya innallāhaṣṭafā lakumud-dīna fa lā tamụtunna illā wa antum muslimụn;
Dan Ibrahim (sejalan dengan kebenaran ini) berwasiat kepada anak--anaknya, seperti halnya Ya’kub (yang berkata), “Hai anak-anakku, sungguh Allah telah memilih bagi kalian agama ini (pemahaman akan sistem), maka janganlah kalian mati tanpa menyadari keberserah-dirian kalian kepada Allah” (Muslim berarti orang yang telah mencapai kesadaran akan keberserah-dirian mutlak dan pasti kepada Allah).
-
am kuntum syuhadā`a iż ḥaḍara ya'qụbal-mautu iż qāla libanīhi mā ta'budụna mim ba'dī, qālụ na'budu ilāhaka wa ilāha ābā`ika ibrāhīma wa ismā'īla wa is-ḥāqa ilāhaw wāḥidā, wa naḥnu lahụ muslimụn;
Ataukah kalian menyaksikan ketika kematian mendekati Ya’kub? Ketika di berkata kepada anak-anaknya, “Kepada apa kalian akan berserah-diri setelahku?” Mereka berkata, “Kami akan meneruskan pengabdian kami kepada Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq – yang Esa dan Satu-satunya (totalitas Nama-nama yang menyusun keberadaan) karena kami menyadari keberserah-dirian kami kepadaNya.”
-
tilka ummatung qad khalat, lahā mā kasabat wa lakum mā kasabtum, wa lā tus`alụna 'ammā kānụ ya'malụn;
Itulah umat yang telah lalu. Bagi mereka apa yang telah mereka usahakan, dan bagi kalian apa yang kalian usahakan. Dan kalian tidak akan dimintai pertanggung-jawaban tentang perbuatan-perbuatan mereka.
-
wa qālụ kụnụ hụdan au naṣārā tahtadụ, qul bal millata ibrāhīma ḥanīfā, wa mā kāna minal-musyrikīn;
Mereka mengatakan, “Jadilah Yahudi atau Nasrani agar kalian mendapat tuntunan yang benar.” Katakanlah, “Malah, kami mengikuti umat Hanif-nya Ibrahim (kami memiliki keyakinan yang sama, tanpa konsep tuhan-berhala, dengan kesadaran tanpa-menduakan), karena dia bukanlah seorang dualis.”
-
qụlū āmannā billāhi wa mā unzila ilainā wa mā unzila ilā ibrāhīma wa ismā'īla wa is-ḥāqa wa ya'qụba wal-asbāṭi wa mā ụtiya mụsā wa 'īsā wa mā ụtiyan-nabiyyụna mir rabbihim, lā nufarriqu baina aḥadim min-hum wa naḥnu lahụ muslimụn;
Katakanlah, “Kami telah beriman kepada Allah (realitas esensial terdalam dari segala sesuatu) dan kepada apa yang telah diwahyukan kepada kami dan kepada apa yang telah diwahyukan kepada Ibrahim, Ismail dan Ishaq dan Ya’kub dan keturunannya; dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa; dan kepada apa yang diberikan kepada para Nabi dari Rabb mereka. Dalam hal ini, kami tidak membeda-bedakan di antara mereka. Kami termasuk orang-oranng yang berserah-diri kepadaNya!”
-
fa in āmanụ bimiṡli mā āmantum bihī fa qadihtadau, wa in tawallau fa innamā hum fī syiqāq, fa sayakfīkahumullāh, wa huwas-samī'ul-'alīm;
Maka jika mereka beriman kepadaNya dengan cara yang sama sebagaimana kalian beriman kepadaNya, maka mereka telah menemukan jalan kepada realitas. Tapi jika mereka berpaling, mereka akan ditinggalkan dalam keadaan terpecah-belah dan berpikiran sempit. Cukuplah Allah bagi kalian terhadap mereka. Dan HU itu Sami’ lagi ‘Alim.
-
ṣibgatallāh, wa man aḥsanu minallāhi ṣibgataw wa naḥnu lahụ 'ābidụn;
Celupan dari Allah! Dan apa yang bisa lebih baik daripada warna celupan Allah? Kami termasuk orang-orang yang berserah-diri kepadaNya!
-
qul a tuḥājjụnanā fillāhi wa huwa rabbunā wa rabbukum, wa lanā a'mālunā wa lakum a'mālukum, wa naḥnu lahụ mukhliṣụn;
Katakanlah, “Apakah kalian memperdebatkan dengan kami tentang Allah? Dia adalah Rabb kami dan Rabb kalian! Amal-amal kami (dan akibat-akibatnya) adalah untuk kami, dan amal-amal kalian (dan akibat-akibatnya) adalah untuk kalian. Kami menghadap kepadaNya dalam kemurnian esensi.”
-
am taqụlụna inna ibrāhīma wa ismā'īla wa is-ḥāqa wa ya'qụba wal-asbāṭa kānụ hụdan au naṣārā, qul a antum a'lamu amillāh, wa man aẓlamu mim mang katama syahādatan 'indahụ minallāh, wa mallāhu bigāfilin 'ammā ta'malụn;
Ataukah kalian mengaku bahwa Ibrahim, Ismail dan Ishaq dan Ya’kub dan keturunannya adalah Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, “Apakah kalian lebih tahu ataukah Allah yang lebih tahu?” Siapa yang lebih zalim dibanding orang yang menyembunyikan kesaksian Allah? Allah, sebagai realitas esensial terdalam dari keberadaan kalian, tidak lengah dengan apa yang kalian kerjakan.
-
tilka ummatung qad khalat, lahā mā kasabat wa lakum mā kasabtum, wa lā tus`alụna 'ammā kānụ ya'malụn;
Itulah umat yang telah lalu. (Akibat-akibat dari) apa yang mereka usahakan adalah bagi mereka, dan apa yang kalian usahakan adalah bagi kalian! Kalian tidak akan dimintai pertanggung-jawaban tentang apa yang biasa mereka kerjakan.
-
sayaqụlus-sufahā`u minan-nāsi mā wallāhum 'ang qiblatihimullatī kānụ 'alaihā, qul lillāhil-masyriqu wal-magrib, yahdī may yasyā`u ilā ṣirāṭim mustaqīm;
Di antara manusia ada orang-orang yang pemahamannya terbatas dan keadaan kehidupan yang buruk, mereka berkata, “Apa (alasan) yang memalingkan mereka dari qiblat mereka yang lama (yakni, dari Jerusalem ke Ka’bah)?” Katakanlah, “Kepunyaan Allah lah Timur dan Barat. Dia memungkinkan realisasi yang menuntun kepada realitas terdalam bagi siapa yang Dia kehendaki (shirathal mustaqim).”
-
wa każālika ja'alnākum ummataw wasaṭal litakụnụ syuhadā`a 'alan-nāsi wa yakụnar-rasụlu 'alaikum syahīdā, wa mā ja'alnal-qiblatallatī kunta 'alaihā illā lina'lama may yattabi'ur-rasụla mim may yangqalibu 'alā 'aqibaīh, wa ing kānat lakabīratan illā 'alallażīna hadallāh, wa mā kānallāhu liyuḍī'a īmānakum, innallāha bin-nāsi lara`ụfur raḥīm;
Dan demikanlah Kami telah jadikan kalian saksi atas manusia, dan Rasul sebagai saksi (pengamat akan penyingkapan Nama-nama) atas kalian. Kalian adalah masyarakat yang adil (berdasarkan keadilan dan kebenaran). Kami mengubah Kiblat yang biasanya kalian menghadap untuk membedakan orang-orang yang mengikuti Rasul dari orang-orang yang berpaling dan tidak setia. Ini sangat sulit kecuali bagi orang-orang yang telah Allah tuntun. Dan Allah tidak akan pernah membiarkan keimananmu sia-sia. Sungguh Allah itu Ra’uf lagi Rahim, yang mewujud dari esensi manusia.
-
qad narā taqalluba waj-hika fis-samā`, fa lanuwalliyannaka qiblatan tarḍāhā fa walli waj-haka syaṭral-masjidil-ḥarām, wa ḥaiṡu mā kuntum fa wallụ wujụhakum syaṭrah, wa innallażīna ụtul-kitāba laya'lamụna annahul-ḥaqqu mir rabbihim, wa mallāhu bigāfilin 'ammā ya'malụn;
Kami melihat kalian mengalihkan pandangan kalian (bagaimana kalian berubah dari satu keadaan ke keadaan lainnya dalam pencarian akan realitas) mengarah ke langit. (Berdasarkan ‘Kemanapun kalian berpaling, ada Wajah Allah’ mengapa orang harus terikat kepada Jerusalem padahal dia dapat menghadap Ka’bah tempat Ibrahim dibawa...) Sungguh Kami akan menghadapkan kalian kepada kiblat yang dengannya kalian akan merasa puas. Maka hadapkanlah wajah kalian (pencarian kalian akan Realitas) ke arah Masjidil Haram (Kabah – ketiadaan absolut – yang gaib – tidak mewujud). Dan dimanapun kalian, hadapkanlah wajah kalian kepadaNya (selaraskan kesadaranmu dengan esensimu). Sungguh, orang-orang yang telah diberi Kitab (ilmu mengenai realitas dan sunnatullah) mengetahui benar bahwa ia adalah Kebenaran dari Rabb mereka. Dan Allah, sebagai realitas esensial mereka yang terdalam, tidak lengah dengan apa yang mereka perbuat.
-
wa la`in ataitallażīna ụtul-kitāba bikulli āyatim mā tabi'ụ qiblatak, wa mā anta bitābi'ing qiblatahum, wa mā ba'ḍuhum bitābi'ing qiblata ba'ḍ, wa la`inittaba'ta ahwā`ahum mim ba'di mā jā`aka minal-'ilmi innaka iżal laminaẓ-ẓālimīn;
Dan jika kamu membawa semua ayat kepada orang-orang yang telah diberi Kitab (ilmu yang menuntun kepada realitas), mereka tetap tidak akan mengikuti kiblatmu! Kamu pun tidak akan menjadi pengikut dari kiblat mereka. (Sesungguhnya), mereka pun tidak akan saling mengikuti kiblat yang lainnya. Maka, jika kamu mengikuti keinginan-keinginan mereka (ide-ide dan keinginan-keinginan yang dibentuk oleh beragam pengkondisian) setelah datang ilmu kepadamu, sungguh, kamu pasti akan termasuk orang-orang yang zalim.
-
allażīna ātaināhumul-kitāba ya'rifụnahụ kamā ya'rifụna abnā`ahum, wa inna farīqam min-hum layaktumụnal-ḥaqqa wa hum ya'lamụn;
Sebagian dari orang-orang yang kepadanya telah Kami beri (Kitab) Ilmu mengenal Dia, sebagaimana mereka mengenal anak mereka sendiri. Tapi sekelompok dari mereka dengan sengaja menyembunyikan Kebenaran.
-
al-ḥaqqu mir rabbika fa lā takụnanna minal-mumtarīn;
Kebenaran (realitas absolut dan tanpa tanding) ini adalah dari Rabb-mu (keluaran dari komposisi Nama yang menyusun otak seseorang), maka janganlah termasuk orang-orang yang meragukan (kebenaran ini).
-
wa likulliw wij-hatun huwa muwallīhā fastabiqul-khairāt, aina mā takụnụ ya`ti bikumullāhu jamī'ā, innallāha 'alā kulli syai`ing qadīr;
Karena setiap orang mempunyai pandangannya masing-masing berkenaan dengan Dia. Maka berlomba-lombalah dalam mengerjakan kebaikan (berjuanglah untuk mengenal diri, fitur-fitur yang menyusun realitas esensial kalian) Dimana pun kalian berada, Allah, realitas esensial kalian, meliputi kalian. Sungguh, Allah itu Qadir atas segala sesuatu.
-
wa min ḥaiṡu kharajta fa walli waj-haka syaṭral-masjidil-ḥarām, wa innahụ lal-ḥaqqu mir rabbik, wa mallāhu bigāfilin 'ammā ta'malụn;
Maka dari manapun (pikiran apapun; pandangan) kamu berangkat, hadapkanlah wajahmu (pengllihatan/pengamatan) kepada Masjidil Haram (keadaan dimana penghapusan keserbaragaman dialami; esensi sujud), dan sungguh, ini adalah kebenaran dari Rabb-mu. Dan Allah sebagai esensimu tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.
-
wa min ḥaiṡu kharajta fa walli waj-haka syaṭral-masjidil-ḥarām, wa ḥaiṡu mā kuntum fa wallụ wujụhakum syaṭrahụ li`allā yakụna lin-nāsi 'alaikum ḥujjatun illallażīna ẓalamụ min-hum fa lā takhsyauhum wakhsyaunī wa li`utimma ni'matī 'alaikum wa la'allakum tahtadụn;
Maka dari manapun (pikiran apapun; pandangan) kamu berangkat, hadapkanlah wajahmu (penglihatan/pengamatan) kepada Masjidil Haram (keadaan dimana penghapusan keserbaragaman dialami; esensi sujud). Dan dimanapun kalian berada, hadapkanlah wajah kalian kepadanya agar manusia tidak mempunyai bantahan terhadap kalian. Walaupun di antara kalian selalu ada orang-orang yang zalim yang akan menentang kalian. Janganlah takut kepada mereka, tapi takutlah kepadaKu agar Aku menyempurnakan nikmatKu terhadap kalian, yakni agar kalian mencapai realisasi dari realitas esensial kalian yang paling dalam.
-
kamā arsalnā fīkum rasụlam mingkum yatlụ 'alaikum āyātinā wa yuzakkīkum wa yu'allimukumul-kitāba wal-ḥikmata wa yu'allimukum mā lam takụnụ ta'lamụn;
Kami mendatangkan seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri (untuk menyingkapkan realitas), membacakan (mengajarkan) kepada kalian ayat-ayat Kami (isyarat-isyarat yang berkenaan dengan realitas kami di dalam inti semua keberadaan) dan menyucikan kalian dan mengajari kalian Kitab (mengenai realitas dan sunnatullah) dan hikmah (sistem dan mekanisme penciptaan) dan apa yang kalian tidak ketahui.
-
fażkurụnī ażkurkum wasykurụ lī wa lā takfurụn;
Maka ingatlah (dzikr) Aku (renungkanlah); agar aku mengingat kalian. Dan bersyukurlah kepadaKu (evaluasi Aku) dan jangan mengingkari Aku (jangan mengingkari bahwa Aku menyusun esensi kalian dan esensi semua keberadaan).
-
yā ayyuhallażīna āmanusta'īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, innallāha ma'aṣ-ṣābirīn;
Hai kalian yang telah beriman, carilah pertolongan melalui kesabaran (ketabahan) yang timbul dari esensi kalian dan melalui shalat (penglihatan yang dihasilkan dari pencarian kepada realitas esensial kalian yang terdalam, Nama-nama). Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar (dengan NamaNya Shabur).
-
wa lā taqụlụ limay yuqtalu fī sabīlillāhi amwāt, bal aḥyā`uw wa lākil lā tasy'urụn;
Dan janganlah mengatakan “Mereka telah mati” mengenai orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (karena mereka adalah orang-orang yang beriman dan berjuang untuk keyakinan mereka). Malah sebaliknya, mereka hidup, tapi kalian tidak mempunyai kemampuan untuk melihatnya.
-
wa lanabluwannakum bisyai`im minal-khaufi wal-jụ'i wa naqṣim minal-amwāli wal-anfusi waṡ-ṡamarāt, wa basysyiriṣ-ṣābirīn;
Dan sungguh Kami akan menguji kalian dengan rasa takut, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa (dari orang-orang yang sayang kepada kalian) serta buah-buahan yang kalian usahakan. Tapi sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (orang-orang yang tidak mudah bereaksi dan menunggu hingga nampak hasil akhirnya).
-
allażīna iżā aṣābat-hum muṣībah, qālū innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ụn;
(Mereka adalah orang-orang) yang, apabila bencana menimpa mereka, mereka berkata, “Kami adalah untuk Allah (kami adalah manifestasi Nama-nama Allah), dan kepadaNya lah kami akan kembali (pada akhirnya kami akan mengalami realitas ini).”
-
ulā`ika 'alaihim ṣalawātum mir rabbihim wa raḥmah, wa ulā`ika humul-muhtadụn;
Mereka adalah orang-orang yang mendapat berkat (sahalawat) dari Rabb mereka (kemudahan untuk merealisasikan realitas esensial mereka yang terdalam) dan rahmat (penglihatan akan manifestasi yang indah dari Nama-nama). Dan mereka lah yang telah menemukan kebenaran.
-
innaṣ-ṣafā wal-marwata min sya'ā`irillāh, fa man ḥajjal-baita awi'tamara fa lā junāḥa 'alaihi ay yaṭṭawwafa bihimā, wa man taṭawwa'a khairan fa innallāha syākirun 'alīm;
Sungguh, Shafa dan Marwah adalah sebagian di antara isyarat-isyarat Allah. Maka barangsiapa mengunjungi Rumah (Kabah) dengan maksud melaksanakan Haji atau Umrah – tidak berdosa jika melakukan tawaf di antara keduanya (Safa dan Marwah). Dan barangsiapa dengan suka-rela melakukan hal yang lebih demi kebaikan – sungguh, Allah itu Syakur (sangat menghargai) lagi ‘Alim.
-
innallażīna yaktumụna mā anzalnā minal-bayyināti wal-hudā mim ba'di mā bayyannāhu lin-nāsi fil-kitābi ulā`ika yal'anuhumullāhu wa yal'anuhumul-lā'inụn;
Setelah apa yang kami beritahukan dengan jelas melalui Kitab, barangsiapa menyembunyikan isyarat-isyarat dan sarana untuk mencapai realitas, mereka akan dilaknat Allah (terperosok jauh dari Realitas Allah) dan dilaknat oleh semua orang yang mampu melaknat (yakni, mereka akan mengalami akibat berupa keterpisahan dari Allah, baik secara internal maupun eksternal).
-
illallażīna tābụ wa aṣlaḥụ wa bayyanụ fa ulā`ika atụbu 'alaihim, wa anat-tawwābur-raḥīm;
Kecuali orang-orang di antara mereka yang bertaubat (mengakui dan memahami kesalahan mereka dan dengan sungguh-sungguh meninggalkannya) dan orang-orang yang memperbaiki dirinya (meninggalkan lingkungan mereka yang zalim) dan orang-orang yang mengatakan kebenaran. Aku ini Tawwab lagi Rahim (Aku menerima taubat dan memungkinkan dirasakannya hasil-hasil yang menguntungkan darinya).
-
innallażīna kafarụ wa mātụ wa hum kuffārun ulā`ika 'alaihim la'natullāhi wal-malā`ikati wan-nāsi ajma'īn;
Adapun orang-orang yang menutupi kebenaran (mengingkari bahwa alam jasmani dan diri sejati mereka merupakan manifestasi Nama-nama Allah) dan yang mati dengan pemahaman ini... Sungguh atas mereka laknat Allah (akibat-akibat berupa keterjauhan dari Realitas Allah), laknat dari para malaikat (akibat-akibat berupa keterjauhan dari kekuatan Nama-nama yang menyusun esensi mereka) dan laknat dari seluruh manusia (akibat-akibat berupa keterhijaban dari realitas yang mewujud melalui orang lain).
-
khālidīna fīhā, lā yukhaffafu 'an-humul-'ażābu wa lā hum yunẓarụn;
Selamanya mereka akan menjalani akibat dari laknat-laknat ini. Penderitaan mereka tidak akan pernah berkurang, mereka tidak akan pula diberi tangguh (untuk memperbaiki kezaliman mereka).
-
wa ilāhukum ilāhuw wāḥid, lā ilāha illā huwar-raḥmānur-raḥīm;
Apa yang telah kalian terima sebagai Tuhan adalah Esa (yang Esa dan satu-satunya! Ke’ESAAN’an yang tak dapat dihitung jauh di luar konsep keserbaragaman). Tidak ada tuhan-berhala, hanya ada HU, yang Rahman lagi Rahim (HU telah menciptakan segala sesuatu dari rahmatNya dan fitur-fitur dari Nama-nama).
-
inna fī khalqis-samāwāti wal-arḍi wakhtilāfil-laili wan-nahāri wal-fulkillatī tajrī fil-baḥri bimā yanfa'un-nāsa wa mā anzalallāhu minas-samā`i mim mā`in fa aḥyā bihil-arḍa ba'da mautihā wa baṡṡa fīhā ming kulli dābbatiw wa taṣrīfir-riyāḥi was-saḥābil-musakhkhari bainas-samā`i wal-arḍi la`āyātil liqaumiy ya'qilụn;
Tidak diragukan, dalam penciptaan langit dan bumi (keadaan kesadaran dan tubuh), peralihan malam dan siang (perbedaan jelas antara melihat ketiadaan alam semesta dan bagaimana ia mengambil bentuk untuk kemudian muncul kepada alam keberadaan), perahu-perahu yang berlayar di lautan untuk kebaikan manusia (kesadaran pribadi yang berenang di dalam samudera ilmu yang agung); bagaimana Allah menurunkan air dari langit untuk menghidupkan kembali bumi setelah kematiannya (menyingkapkan ilmu dari keadaan kesadaran untuk mewujudkan ‘kehidupan’ dari tubuh, yang tidak sadar akan realitasnya) dan bagaimana Dia menyebarkan di dalamnya semua mahluk bergerak (bagaimana semua kekuatan dan kekuasaan di dalam organ tubuh dibentuk beserta Allah); dan dalam pengendalian angin (pengenalan Nama-nama dalam kesadaran seseorang) dan awan yang berada di antara langit dan bumi (inisiasi kekuatan-kekuatan tubuh di dalam kesadaran seseorang), ada isyarat-isyarat bagi orang-orang yang berpikir (bagi orang-orang yang menggunakan akalnya)!
-
wa minan-nāsi may yattakhiżu min dụnillāhi andāday yuḥibbụnahum kaḥubbillāh, wallażīna āmanū asyaddu ḥubbal lillāhi walau yarallażīna ẓalamū iż yaraunal-'ażāba annal-quwwata lillāhi jamī'aw wa annallāha syadīdul-'ażāb;
Ada sebagian orang yang mempertuhankan dan menyembah benda-benda selain Allah, mencintai mereka dengan kecintaan Allah (seolah mereka sedang mencintai Allah)! Orang-orang yang beriman, sebaliknya, menyadari bahwa kekasih mereka hanyalah Allah (mereka tidak mensifati keberadaan kepada yang lainnya). Tatkala orang-orang yang (dengan mengingkari realitas) berbuat zalim (kepada diri mereka sendiri) melihat penderitaan yang mereka timbulkan sebagai akibat dari ini, mereka akan menyadari bahwa satu-satunya kekuatan yang aktif di jagat-raya adalah kekuatan Allah, tapi ah, di saat itu sudah terlambat... Andai saja mereka menyadari ini lebih awal... Allah itu syadidul ‘iqab (yang Esa yang melaksanakan dengan keras akibat-akibat kepada orang-orang yang terus-menerus berbuat zalim).
-
iż tabarra`allażīnattubi'ụ minallażīnattaba'ụ wa ra`awul-'ażāba wa taqaṭṭa'at bihimul-asbāb;
Tatkala orang-orang yang diikuti melihat penderitaan menanti para pengikut mereka, mereka akan berlalu dan berepas-diri dari mereka. Tatkala kebenaran menjadi nyata, ikatan di antara mereka akan terputus!
-
wa qālallażīnattaba'ụ lau anna lanā karratan fa natabarra`a min-hum, kamā tabarra`ụ minnā, każālika yurīhimullāhu a'mālahum ḥasarātin 'alaihim, wa mā hum bikhārijīna minan-nār;
Para pengikut (benda-benda selain Allah) itu akan berkata, “Andai saja kami diberi kesempatan hidup yang ke dua sehingga kami dapat berlepas-diri dari orang-orang yang kami ikuti sebagaimana mereka berlepas-diri dari kami.” Demikianlah Allah akan menunjukkan akibat dari perbuatan-perbuatan mereka dengan penyesalan yang menyakitkan. Pembakaran internal yang timbul dari penyesalan mereka tidak akan berhenti!
-
yā ayyuhan-nāsu kulụ mimmā fil-arḍi ḥalālan ṭayyibaw wa lā tattabi'ụ khuṭuwātisy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn;
Hai manusia, makanlah dari bumi apa yang dihalalkan dan bersih (mengambil bagian dari apa-apa yang berkaitan dengan dimensi jasmani yang tidak akan menghijab kalian dari realitas kalian). Janganlah mengikuti langkah-langkah Setan (jangan bertindak mengikuti dorongan otak ke dua di dalam perut kalian). Sungguh, dia itu musuh yang nyata bagi kalian.
-
innamā ya`murukum bis-sū`i wal-faḥsyā`i wa an taqụlụ 'alallāhi mā lā ta'lamụn;
Dia (Setan) hanya akan memerintahkan kalian untuk memikirkan dan melakukan hal-hal yang akan menguatkan ego kalian, hanya untuk hidup demi kesenangan jasmani yang dilarang, dan untuk membuat penilaian yang tak-berdasar terhadap Allah tanpa ilmu sedikitpun.
-
wa iżā qīla lahumuttabi'ụ mā anzalallāhu qālụ bal nattabi'u mā alfainā 'alaihi ābā`anā, a walau kāna ābā`uhum lā ya'qilụna syai`aw wa lā yahtadụn;
Apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kepada apa yang telah Allah wahyukan (ilmu bahwa Nama-nama Allah menyusun keberadaan kalian dan semua keberadaan dan ilmu mengenai sunnatullah), mereka berkata, “Tidak, kami lebih memilih untuk mengikuti apa yang telah diikuti bapak-bapak kami (penuhanan eksternal)”... Bagaimana jika bapak-bapak mereka itu sesat dan gagal untuk memahami realitas?
-
wa maṡalullażīna kafarụ kamaṡalillażī yan'iqu bimā lā yasma'u illā du'ā`aw wa nidā`ā, ṣummum bukmun 'umyun fa hum lā ya'qilụn;
Keadaan dari orang-orang yag mengingkari kebenaran adalah seperti orang-orang yang mendengar sebuah panggilan, tapi mereka tidak memahami artinya. Karena mereka itu tuli (dari sudut pemahaman mereka), bisu (tak mampu mengatakan kebenaran) dan buta (tidak mampu mengevaluasi realitas yang nyata). Mereka tidak berpikir!
-
yā ayyuhallażīna āmanụ kulụ min ṭayyibāti mā razaqnākum wasykurụ lillāhi ing kuntum iyyāhu ta'budụn;
Hai orang-orang yang beriman! Makanlah yang suci dan bersih dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada Allah (mengevaluasi ini) jika hanya kepada Dia kalian mengabdi.
-
innamā ḥarrama 'alaikumul-maitata wad-dama wa laḥmal-khinzīri wa mā uhilla bihī ligairillāh, fa maniḍṭurra gaira bāgiw wa lā 'ādin fa lā iṡma 'alaīh, innallāha gafụrur raḥīm;
Dia hanya mengharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, dan apa yang disembelih dengan nama selain Allah. Tapi jika kalian terpaksa karena kebutuhan, tidak berdosa atas kalian memakannya asal tidak membahayakan diri kalian, tanpa menjadikannya halal (apa yang diharamkan) dan melampaui batas (memakannya lebih dari yang diperlukan). Sungguh, Allah itu Ghafur lagi Rahim.
-
innallażīna yaktumụna mā anzalallāhu minal-kitābi wa yasytarụna bihī ṡamanang qalīlan ulā`ika mā ya`kulụna fī buṭụnihim illan-nāra wa lā yukallimuhumullāhu yaumal-qiyāmati wa lā yuzakkīhim, wa lahum 'ażābun alīm;
Orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diwahyukan melalui Kitab (lmu mengenai realias dan sunnatullah) dan menjualnya (realitas mereka) dengan harga murah (nilai-nilai duniawi), tidak mengisi (dunia) internal mereka selain dengan api (penderitaan). Selama Kiamat, Allah tidak akan berbicara dengan mereka atau menyucikan mereka. Dan mereka akan mengalami penderitaan yang tragis.
-
ulā`ikallażīnasytarawuḍ-ḍalālata bil-hudā wal-'ażāba bil-magfirah, fa mā aṣbarahum 'alan-nār;
Mereka adalah orang-orang yang membeli kesesatan (membangun keyakinannya dengan penuhanan eksternal) dengan “BILHUDA” (keimanan mereka kepada realitas esensial; Nama-nama Allah) dan membeli penderitaan dengan ampunan (yang dihasilkan dari keimanan kepada esensi seseorang; Nama-nama). Betapa kuatnya mereka menantang panasnya api!
-
żālika bi`annallāha nazzalal-kitāba bil-ḥaqq, wa innallażīnakhtalafụ fil-kitābi lafī syiqāqim ba'īd;
Demikianlah Allah telah mewahyukan ilmu mengenai realitas dan sunnatullah dalam ilmuNya, yang Dia manifestasikan sebagai jagat-jagat yang banyak (Kitab), sebagai Kebenaran. Sungguh, orang-orang yang membantah terhadap Kitab ini (berkenaan dengan ilmu dan formasi ini) telah terperosok jauh dari kebenaran.
-
laisal-birra an tuwallụ wujụhakum qibalal-masyriqi wal-magribi wa lākinnal-birra man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wal-malā`ikati wal-kitābi wan-nabiyyīn, wa ātal-māla 'alā ḥubbihī żawil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīna wabnas-sabīli was-sā`ilīna wa fir-riqāb, wa aqāmaṣ-ṣalāta wa ātaz-zakāh, wal-mụfụna bi'ahdihim iżā 'āhadụ, waṣ-ṣābirīna fil-ba`sā`i waḍ-ḍarrā`i wa ḥīnal-ba`s, ulā`ikallażīna ṣadaqụ, wa ulā`ika humul-muttaqụn;
Menghadapkan (wajah kalian atau kesadaran kalian) ke Timur atau ke Barat (realitas keberadaan ATAU ilmu mengenai mekanisme dari sistem) tidak berarti kalian sedang mengalami realitasnya (albirra). Untuk mengalami realitas (albirra) adalah beriman kepada Allah sesuai dengan makna huruf B, dan beriman kepada kehidupan kekal yang akan datang, kepada para malaikat (kekuatan tak-nampak dari Nama-nama Allah yang menyusun keberadaan), kepada Kitab (esensi keberadaan dan sunnatullah), kepada Nabi-nabi, dan yang memberikan sebagian dari harta mereka dengan kecintaan Allah kepada kerabat-kerabat mereka, anak-anak yatim, orang-orang miskin, para musafir yang terlantar (jauh dari rumah mereka), dan untuk membebaskan budak-budak, dan yang melaksanakan shalat (kembali kepada Allah dengan introspektif), dan memberikan dengan ikhlas sebagian rezeki yang Allah berikan kepada mereka (menunaikan zakat), dan memegang teguh janjinya, dan yang sabar dalam menghadapi bencana, penyakit dan kekerasan. Mereka adalah orang-orang yang taat dan orang-orang yang terlindungi (takwa).
-
yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumul-qiṣāṣu fil-qatlā, al-ḥurru bil-ḥurri wal-'abdu bil-'abdi wal-unṡā bil-unṡā, fa man 'ufiya lahụ min akhīhi syai`un fattibā'um bil-ma'rụfi wa adā`un ilaihi bi`iḥsān, żālika takhfīfum mir rabbikum wa raḥmah, fa mani'tadā ba'da żālika fa lahụ 'ażābun alīm;
Hai orang-orang yag beriman, qishash (proses berbasis kesetaraan) dalam hal pembunuhan telah ditentukan bagi kalian: yang merdeka dengan orang merdeka, budak dengan yang diperbudak, dan perempuan dengan perempuan. Jika pembunuhnya dibebaskan (sebagian) oleh saudara dari yang terbunuh (atau penerusnya) maka ini harus ditaati dan (kompensasinya, diat) dibayar. Ini adalah keringanan dan rahmat dari Rabb kalian. Barangsiapa melampaui batas-batasNya setelah ini, dia akan mendapatkan penderitaan yang berat.
-
wa lakum fil-qiṣāṣi ḥayātuy yā ulil-albābi la'allakum tattaqụn;
Bagi kalian, ada kehidupan dalam qishash. Orang-orang yang berakal yang merenungkan... Agar kalian terlindungi (bertakwa).
-
kutiba 'alaikum iżā ḥaḍara aḥadakumul-mautu in taraka khairanil-waṣiyyatu lil-wālidaini wal-aqrabīna bil-ma'rụf, ḥaqqan 'alal-muttaqīn;
Apabila kematian mendatangi salah satu dari kalian, jika kebaikan (kekayaan) akan ditinggalkan, wasiat harus dibuat kepada kedua orang-tua atau kerabat. Ini adalah kewajiban atas orang-orang yang ingin dilindungi (bertakwa)!
-
fa mam baddalahụ ba'da mā sami'ahụ fa innamā iṡmuhụ 'alallażīna yubaddilụnah, innallāha samī'un 'alīm;
Dan barangsiapa mengubah (tidak sejalan dengan wasiat itu) setelah mendengarnya, dosanya hanya atas orang yang mengubahnya. Sungguh Allah itu Sami’ lagi ‘Alim.
-
fa man khāfa mim mụṣin janafan au iṡman fa aṣlaḥa bainahum fa lā iṡma 'alaīh, innallāha gafụrur raḥīm;
Tapi jika seseorang takut berbuat salah atau mempunyai pertimbangan lain dari yang berwasiat dan berunding (dengan para ahli waris), tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah itu Ghafur lagi Rahim.
-
yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn;
Hai orang-orang yang beriman, Shaum (berpuasa – tindakan mengurangi ikatan jasmani ke tingkat yang paling rendah dan beralih kepada esensi diri) telah ditetapkan atas kalian sebagaimana ia ditetapkan bagi orang-orang sebelum kalian. Agar kalian terlindungi (bertakwa).
-
ayyāmam ma'dụdāt, fa mang kāna mingkum marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, wa 'alallażīna yuṭīqụnahụ fidyatun ṭa'āmu miskīn, fa man taṭawwa'a khairan fa huwa khairul lah, wa an taṣụmụ khairul lakum ing kuntum ta'lamụn;
Ini untuk beberapa hari tertentu. Tapi barangsiapa di antara kalian sakit atau sedang bepergian, maka mereka dapat menyempurnakan hari-hari yang mereka tidak dapat menjalaninya (puasa). Orang-orang yang kondisi kesehatannya tidak cukup kuat untuk berpuasa, harus memberi makan orang miskin (untuk setiap hari yang tertinggal) sebagai gantinya (fidyah). Orang yang memberi lebih dari ini akan mendapatkan kebaikan yang lebih besar. Shaum (puasa – tindakan mengurangi ikatan jasmani ke tingkatan yang paling rendah dan beralih kepada esensi diri) lebih bermanfaat bagi kalian (dibanding membayar fidyah), jika saja kalian mengetahui.
-
syahru ramaḍānallażī unzila fīhil-qur`ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān, fa man syahida mingkumusy-syahra falyaṣum-h, wa mang kāna marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, yurīdullāhu bikumul-yusra wa lā yurīdu bikumul-'usra wa litukmilul-'iddata wa litukabbirullāha 'alā mā hadākum wa la'allakum tasykurụn;
Al-Qur’an, yang memungkinkan realisasi kebenaran dan menggambarkan perbedaan di antara yang benar dan yang salah, telah diwahyukan di bulan Ramadhan. Barangsiapa di antara kalian hadir di bulan ini, harus berpuasa (merasakan esensi puasa di setiap tingkatan) Dan barangsiapa sakit atau sedang bepergian dapat menyempurnakannya untuk hari yang tertinggal. (HU) ingin memudahkan teralaminya realitas esensial kalian melalui berpuasa, bukan untuk membuat kalian susah. Dengan menyempurnakan jumlah hari yang ditetapkan, (HU) ingin agar kalian merasakan dan memahami AkbariyyahNya, ke tingkat pengalaman kalian akan realitas.
-
wa iżā sa`alaka 'ibādī 'annī fa innī qarīb, ujību da'watad-dā'i iżā da'āni falyastajībụ lī walyu`minụ bī la'allahum yarsyudụn;
Maka, jika hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang AKU, Aku benar-benar Qarib (sedekat batas pemahaman seseorang; ingat ayat ‘Aku lebih dekat kepadamu daripada urat lehermu’!) Aku mengabulkan doa orang-orang yang kembali kepadaku (ketika berdoa). Maka hendaklah mereka mendengar kepadaKu dan beriman kepadaKu agar mereka mencapai kematangan.
-
uḥilla lakum lailataṣ-ṣiyāmir-rafaṡu ilā nisā`ikum, hunna libāsul lakum wa antum libāsul lahunn, 'alimallāhu annakum kuntum takhtānụna anfusakum fa tāba 'alaikum wa 'afā 'angkum, fal-āna bāsyirụhunna wabtagụ mā kataballāhu lakum, wa kulụ wasyrabụ ḥattā yatabayyana lakumul-khaiṭul-abyaḍu minal-khaiṭil-aswadi minal-fajr, ṡumma atimmuṣ-ṣiyāma ilal-laīl, wa lā tubāsyirụhunna wa antum 'ākifụna fil-masājid, tilka ḥudụdullāhi fa lā taqrabụhā, każālika yubayyinullāhu āyātihī lin-nāsi la'allahum yattaqụn;
Telah dibolehkan bagi kalian untuk mendekati (bercampur dengan) istri-istri kalian pada malam-malam sebelum berpuasa. Kalian adalah pakaian mereka dan mereka adalah pakaian kalian (orang yang paling dekat dalam kehidupan duniawi). Allah mengetahui bahwa kalian telah berbuat tidak adil kepada diri sendiri (dengan tidak melakukan hubungan suami-istri di sepanjang malam) dan Allah menerima taubat kalian dan mengampuni kalian. Maka dekatilah mereka sesuai dengan ketentuan Allah. Makan dan minumlah hingga siang menjelang (terbit fajar) lalu laksanakanlah shaum (puasa) hingga datangnya malam. Janganlah mendekati istri-istri kalian ketika kalian beritikaf di masjid-masjid. Inilah batas-batas yang Allah tetapkan, maka janganlah mendekati mereka. Demikianlah, Allah menjelaskan isyarat-isyaratNya agar kalian terlindungi (bertakwa).
-
wa lā ta`kulū amwālakum bainakum bil-bāṭili wa tudlụ bihā ilal-ḥukkāmi lita`kulụ farīqam min amwālin-nāsi bil-iṡmi wa antum ta'lamụn;
Janganlah makan harta sesama kalian dengan cara yang bertentangan dengan kebenaran. Dan janganlah dengan sengaja membawanya kepada para penguasa untuk memakan harta orang lain dengan tidak adil, padahal kalian mengetahuinya.
-
yas`alụnaka 'anil-ahillah, qul hiya mawāqītu lin-nāsi wal-ḥajj, wa laisal-birru bi`an ta`tul-buyụta min ẓuhụrihā wa lākinnal-birra manittaqā, wa`tul-buyụta min abwābihā wattaqullāha la'allakum tufliḥụn;
Mereka bertanya kepadamu tentang fase-fase bulan (kalender komariah). Katakanlah, “Ini (menentukan waktu-waktu sembahyang melalui kalender komariah) adalah ukuran bagi kebaikan manusia dan untuk Haji. Mengalami esensi realitas (albirra) bukanlah memasuki rumah-rumah dari pintu belakangnya (jalur tidak langsung kepada kebenaran), tapi memasukinya dari pintu depannya (jalan langsung dan pendek), agar termasuk orang-orang yang dilindungi. Lindungilah diri kalian dari Allah (bertakwalah) agar kalian tercerahkan.
-
wa qātilụ fī sabīlillāhillażīna yuqātilụnakum wa lā ta'tadụ, innallāha lā yuḥibbul-mu'tadīn;
Dan terhadap orang-orang yang berusaha membunuh kalian, perangilah di jalan Allah (pertahankanlah hak hidup kalian). Janganlah melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
-
waqtulụhum ḥaiṡu ṡaqiftumụhum wa akhrijụhum min ḥaiṡu akhrajụkum wal-fitnatu asyaddu minal-qatl, wa lā tuqātilụhum 'indal-masjidil-ḥarāmi ḥattā yuqātilụkum fīh, fa ing qātalụkum faqtulụhum, każālika jazā`ul-kāfirīn;
Bunuhlah mereka dimanapun kalian menangkapnya (karena membela hak hidup kalian). Usirlah mereka dari tempat mereka mengusir kalian! Fitnah (hasutan) itu lebih besar (jahat) daripada membunuh (manusia). Jangan berperang di dekat Msjidil haram kecuali mereka memerangi kalian di sana. Tapi jika mereka berusaha membunuhmu, bunuhlah mereka. Yang demikian itu sebagai tebusan terhadap orang-orang yang mengingkari kebenaran.
-
fa inintahau fa innallāha gafụrur raḥīm;
Jika mereka berhenti (dari perbuatan mereka) maka sungguh Allah itu Ghafur lagi Rahim.
-
wa qātilụhum ḥattā lā takụna fitnatuw wa yakụnad-dīnu lillāh, fa inintahau fa lā 'udwāna illā 'alaẓ-ẓālimīn;
Perangilah mereka hingga fitnah itu (tekanan untuk membuat kalian meninggalkan keyakinan kalian) diangkat dan kalian dapat mengamalkan agama Allah sesuka kalian. Jika mereka berhenti (menekan dan memerangi), tidak ada lagi permusuhan kecuali terhadap orang-orang yang zalim.
-
asy-syahrul-ḥarāmu bisy-syahril-ḥarāmi wal-ḥurumātu qiṣāṣ, fa mani'tadā 'alaikum fa'tadụ 'alaihi bimiṡli ma'tadā 'alaikum wattaqullāha wa'lamū annallāha ma'al-muttaqīn;
Bulan suci seseorang adalah bulan suci dari yang lainnya, dalam menghormati ini, keadilan mesti dijaga. Maka, barangsiapa melampaui batas-batas mereka (selama periode ini) dan menyerang kalian, serang balik mereka dengan serangan yang seimbang! Lindungilah diri kalian dari Allah (bertakwalah) dan ketahuilah dengan baik bahwa Allah beserta orang-orang yang dilindungi (takwa).
-
wa anfiqụ fī sabīlillāhi wa lā tulqụ bi`aidīkum ilat-tahlukati wa aḥsinụ, innallāha yuḥibbul-muḥsinīn;
Berilah dengan ikhlas (berinfaklah) di jalan Allah (fisabilillah, untuk mencapai Allah) dan jangan membinasakan diri kalian sendiri (dengan bersikap kikir). Dan berbuat baiklah! Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang mengerjakan kebaikan.
-
wa atimmul-ḥajja wal-'umrata lillāh, fa in uḥṣirtum fa mastaisara minal-hady, wa lā taḥliqụ ru`ụsakum ḥattā yablugal-hadyu maḥillah, fa mang kāna mingkum marīḍan au bihī ażam mir ra`sihī fa fidyatum min ṣiyāmin au ṣadaqatin au nusuk, fa iżā amintum, fa man tamatta'a bil-'umrati ilal-ḥajji fa mastaisara minal-hady, fa mal lam yajid fa ṣiyāmu ṡalāṡati ayyāmin fil-ḥajji wa sab'atin iżā raja'tum, tilka 'asyaratung kāmilah, żālika limal lam yakun ahluhụ ḥāḍiril-masjidil-ḥarām, wattaqullāha wa'lamū annallāha syadīdul-'iqāb;
Sempurnakanlah Haji dan Umrah karena Allah. Jika kalian terhalang (dari ini) maka berkurbanlah dan jangan mencukur kepala kalian hingga kurban kalian telah disembelih. Dan barangsiapa di antara kalian sakit atau mengalami masalah (terhalang untuk berhaji), harus menggantinya dengan berpuasa, bersedekah atau berkurban. Apabila waktunya telah aman (setelah kesusahan itu diangkat), barangsiapa ingin mengalami dan mendapat keuntungan dari Umrah hingga Haji, harus menyembelih kurban yang mudah didapat. Dan barangsiapa tidak dapat menemukan (kurban yang demikian) harus berpuasa tiga hari selama Haji dan tujuh hari setelah kembali; total sepuluh hari. Ini bagi orang-orang yang keluarganya (tempat tinggalnya) tidak berada di wilayah Masjidil Haram. Dan lindungilah diri kalian dari tidak mematuhi perintah Allah (bertakwalah). Dan ketahuilah dengan baik bahwa Allah sangat keras balasannya.
-
al-ḥajju asy-hurum ma'lụmāt, fa man faraḍa fīhinnal-ḥajja fa lā rafaṡa wa lā fusụqa wa lā jidāla fil-ḥajj, wa mā taf'alụ min khairiy ya'lam-hullāh, wa tazawwadụ fa inna khairaz-zādit-taqwā wattaqụni yā ulil-albāb;
Haji adalah selama bulan-bulan yang sangat-dikenal. Barangsiapa bermaksud melaksanakan Haji pada bulan-bulan itu, harus meninggalkan perkataan buruk, perbuatan dan perilaku yang tidak pantas, dan pertengkaran. Perbuatan apapun yang kalian lakukan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, tapi sungguh, sebaik-baik bekal adalah takwa (melindungi diri sendiri di jalan Allah dari kekurangan identitas kalian). Hai orang-orang yang berakal dan merenung secara mendalam, lindungilah diri kalian dariKu (dari pembalasanKu jika kalian berbuat zalim)!
-
laisa 'alaikum junāḥun an tabtagụ faḍlam mir rabbikum, fa iżā afaḍtum min 'arafātin fażkurullāha 'indal-masy'aril-ḥarāmi ważkurụhu kamā hadākum, wa ing kuntum ming qablihī laminaḍ-ḍāllīn;
Tidak ada dosa atas kalian untuk mencari karunia Rabb kalian (selama masa Haji). Ingatlah (dzikir) kepada Allah di Masy’aril Haram (Muzdalifah). Ingatlah (dzikir) kepadaNya sampai ke tingkatan realisasi akan realitas esensial kalian, karena sungguh, sebelum ini, kalian termasuk orang-orang yang sesat.
-
ṡumma afīḍụ min ḥaiṡu afāḍan-nāsu wastagfirullāh, innallāha gafụrur raḥīm;
Kemudian berangkatlah kalian dari tempat semua orang berangkat dan mohonlah ampunan Allah (untuk kekurangan kalian). Sungguh, Allah itu Ghafur lagi Rahim.
-
fa iżā qaḍaitum manasikakum fażkurullāha każikrikum ābā`akum au asyadda żikrā, fa minan-nāsi may yaqụlu rabbanā ātinā fid-dun-yā wa mā lahụ fil-ākhirati min khalāq;
Dan apabila kalian menyelesaikan ibadah Haji kalian, ingatlah (dzikir) kepada Allah lebih banyak dibanding mengingat bapak-bapak kalian (karena kebiasaan). Di antara manusia ada sebagian yang berkata, “Rabb kami, berilah kami di dunia ini”... Mereka tidak mempunyai bagian di kehidupan kekal yang akan datang.
-
wa min-hum may yaqụlu rabbanā ātinā fid-dun-yā ḥasanataw wa fil-ākhirati ḥasanataw wa qinā 'ażāban-nār;
Dan sebagian lagi berkata, “Rabb kami, berilah kami karunia (pengalaman akan keindahan Nama-nama) di dunia, dan karunia (keindahan Nama-nama di dalam esensi kami) di kehidupan kekal yang aka datang; lindungilah kami dari api itu (terperosok kepada keterpisahan).”
-
ulā`ika lahum naṣībum mimmā kasabụ, wallāhu sarī'ul-ḥisāb;
Mereka lah orang-orang yang akan mencapai hasil dari apa yang telah mereka usahakan. Allah melaksanakan dengan seketika akibat-akibat dari tindakan seseorang.
-
ważkurullāha fī ayyāmim ma'dụdāt, fa man ta'ajjala fī yaumaini fa lā iṡma 'alaīh, wa man ta`akhkhara fa lā iṡma 'alaihi limanittaqā, wattaqullāha wa'lamū annakum ilaihi tuḥsyarụn;
Dan ingatlah Allah (ucapkanlah takbir) pada hari-hari yang ditetapkan (hari ke dua, ke tiga dan ke empat Idul Qurban). Tiada dosa atas siapapun yang menyelesaikan tugasnya dalam dua hari dan cepat-cepat berangkat, dan tidak berdosa pula atas siapapun yang menangguhkannya. Ini adalah untuk orang-orang yang terlindungi (bertakwa)... Lindungilah diri kalian dari Allah (bertakwalah, karena kalian sungguh akan menjalani akibat dari tindakan-tindakan kalian) dan ketahuilah dengan baik bahwa pada akhirnya kalian sungguh akan dikumpulkan kepadaNya (kalian akan tinggal di alam dimana Realitas Absolut akan menjadi nyata; kalian akan dievaluasi oleh fitur-fitur dari Nama-nama yang menyusun esensi kalian).
-
wa minan-nāsi may yu'jibuka qauluhụ fil-ḥayātid-dun-yā wa yusy-hidullāha 'alā mā fī qalbihī wa huwa aladdul-khiṣām;
Dan di antara manusia, ada sebagian yang perkataannya tentang kehidupan duniawi menyenangkan hatimu, dan dia menjadikan Allah sebagai saksi terhadap apa yang ada di dalam hatinya... namun dia lah yang paling sengit di antara lawan-lawanmu.
-
wa iżā tawallā sa'ā fil-arḍi liyufsida fīhā wa yuhlikal-ḥarṡa wan-nasl, wallāhu lā yuḥibbul-fasād;
Apabila dia pergi, dia berjalan di muka bumi untuk menyebabkan kerusakan, merusak hasil bumi dan silsilah manusia. Allah tidak menyukai keruksakan.
-
wa iżā qīla lahuttaqillāha akhażat-hul-'izzatu bil-iṡmi fa ḥasbuhụ jahannam, wa labi`sal-mihād;
Apabila dikatakan kepadanya, “Lindungilah dirimu dari Allah (karena kamu akan dihadapkan dengan akibat dari perbuatan-perbuatanmu),” egonya menguasainya dan menyeretnya kepada kezaliman. Neraka akan mengurusinya, seburuk-buruknya tempat peristirahatan!
-
wa minan-nāsi may yasyrī nafsahubtigā`a marḍātillāh, wallāhu ra`ụfum bil-'ibād;
Dan di antara manusia ada sebagian yang mengorbankan dirinya (identitas khayal yang mereka bangun, ego) agar Allah menjadi ridha kepadanya. Dan Allah mewujud sebagai Ra’uf dari esensi hamba-hambaNya.
-
yā ayyuhallażīna āmanudkhulụ fis-silmi kāffataw wa lā tattabi'ụ khuṭuwātisy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn;
Hai kalian yang telah beriman, masukilah keadaan keberserah-dirian secara keseluruhan, dan janganlah mengikuti langkah-langkah Setan (ide bahwa diri kalian hanyalah tubuh semata) karena dia adalah musuh kalian yang nyata.
-
fa in zalaltum mim ba'di mā jā`atkumul-bayyinātu fa'lamū annallāha 'azīzun ḥakīm;
Jika setelah kalian diberi bukti nyata yang banyak ini kalian masih menyimpang, ketahuilah dengan baik bahwa Allah itu ‘Aziz (dia akan mengenakan kepada kalian akibat dari perbuatan-perbuatan kalian dengan kekuatan yang tiada tandingannya) lagi Hakim.
-
hal yanẓurụna illā ay ya`tiyahumullāhu fī ẓulalim minal-gamāmi wal-malā`ikatu wa quḍiyal-amr, wa ilallāhi turja'ul-umụr;
Apakah mereka menunggu Allah datang kepada mereka dengan malaikat-malaikat dalam naungan awan dan menyelesaikan perkara mereka? Dan kepada Allah lah segala kejadian dikembalikan.
-
sal banī isrā`īla kam ātaināhum min āyatim bayyinah, wa may yubaddil ni'matallāhi mim ba'di mā jā`at-hu fa innallāha syadīdul-'iqāb;
Tanyakanlah kepada Bani Israil berapa banyakkah isyarat-isyarat nyata yang telah Kami berikan kepada mereka. Barangsiapa mengubah nikmat Allah setelah ia mendatanginya, (harus diketahui baik bahwa) Allah itu adil dan keras balasannya (melaksanakan akibat dari tindakan-tindakan seseorang).
-
zuyyina lillażīna kafarul-ḥayātud-dun-yā wa yaskharụna minallażīna āmanụ, wallażīnattaqau fauqahum yaumal-qiyāmah, wallāhu yarzuqu may yasyā`u bigairi ḥisāb;
Kehidupan dunia telah dihiasi dan dibuat indah bagi orang-orang yang tidak beriman (kafir – orang-orang yang mengingkari realitas batin mereka dan berpaling kepada kesenangan dunia luar)! Mereka memperolok-olokan orang-orang yang beriman (karena ini). Namun orang-orang beriman yang dilindungi akan berada di atas mereka pada Hari kebangkitan. Allah memberi rezeki (baik rezeki kehidupan jasmani yang terbatas maupun rezeki kehidupan tak-hingga yang berkaitan dengan realisasi realitas batin seseorang dan manfaat-manfaatnya) kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa batas.
-
kānan-nāsu ummataw wāḥidah, fa ba'aṡallāhun-nabiyyīna mubasysyirīna wa munżirīna wa anzala ma'ahumul-kitāba bil-ḥaqqi liyaḥkuma bainan-nāsi fīmakhtalafụ fīh, wa makhtalafa fīhi illallażīna ụtụhu mim ba'di mā jā`at-humul-bayyinātu bagyam bainahum, fa hadallāhullażīna āmanụ limakhtalafụ fīhi minal-ḥaqqi bi`iżnih, wallāhu yahdī may yasyā`u ilā ṣirāṭim mustaqīm;
Dulunya manusia itu adalah umat yang satu. Kemudian Allah mendatangkan Nabi-nabi (manifestasi kesempurnaan nubuwwah dari dalam diri mereka) sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dia mewahyukan kepada mereka Kitab (ilmu mengenai realitas dan sunnatullah) dengan Kebenaran, untuk mengadili perselisihan mereka. Orang-orang yang kepadanya telah diberikan Kitab membantah terhadapnya karena dengki, bahkan setelah kebenaran yang nyata datang kepada mereka. Allah, dengan kehendakNya (B-iznihi; kesesuaian Nama-nama yang menyusun keberadaan mereka) menuntun orang-orang yang beriman kepada kebenaran yang diperselisihkan oleh yang lainnya. Allah menuntun ke jalan yang lurus (memungkinkan realisasi akan realitas esensial diri yang terdalam) kepada siapa yang Dia kehendaki.
-
am ḥasibtum an tadkhulul-jannata wa lammā ya`tikum maṡalullażīna khalau ming qablikum, massat-humul-ba`sā`u waḍ-ḍarrā`u wa zulzilụ ḥattā yaqụlar-rasụlu wallażīna āmanụ ma'ahụ matā naṣrullāh, alā inna naṣrallāhi qarīb;
Ataukah kalian mengira bahwa kalian akan masuk Surga tanpa diuji dengan ujian yang menyusahkan yang menimpa orang-orang sebelum kalian? Mereka diuji dan diguncang dengan kesukaran dan bencana sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman besertanya pun berseru, “Kapankah pertolonagn Allah akan datang?” Tidak diragukan, pertolongan Allah itu dekat.
-
yas`alụnaka māżā yunfiqụn, qul mā anfaqtum ming kairin fa lil-wālidaini wal-aqrabīna wal-yatāmā wal-masākīni wabnis-sabīl, wa mā taf'alụ min khairin fa innallāha bihī 'alīm;
Mereka bertanya kepadamu apa dan kepada siapa mereka harus memberi dengan ikhlas (berinfak) di jalan Allah. Katakanlah, “Kebaikan apapun yang kalian berikan adalah untuk kedua orang-tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan para musafir yang jauh dari rumah mereka. Kebaikan apapun yang kalian kerjakan, Allah (sebagai pencipta tindakan-tindakan kalian dengan Nama-namaNya) sangat mengetahui.
-
kutiba 'alaikumul-qitālu wa huwa kur-hul lakum, wa 'asā an takrahụ syai`aw wa huwa khairul lakum, wa 'asā an tuḥibbụ syai`aw wa huwa syarrul lakum, wallāhu ya'lamu wa antum lā ta'lamụn;
Berperang telah ditetapkan bagi kalian, meskipun kalian memandangnya keji. Boleh jadi kalian membenci sesuatu yang baik bagi kalian dan menyukai sesuatu yang buruk bagi kalian. Allah mengetahui, tapi kalian tidak mengetahui.
-
yas`alụnaka 'anisy-syahril-ḥarāmi qitālin fīh, qul qitālun fīhi kabīr, wa ṣaddun 'an sabīlillāhi wa kufrum bihī wal-masjidil-ḥarāmi wa ikhrāju ahlihī min-hu akbaru 'indallāh, wal-fitnatu akbaru minal-qatl, wa lā yazālụna yuqātilụnakum ḥattā yaruddụkum 'an dīnikum inistaṭā'ụ, wa may yartadid mingkum 'an dīnihī fa yamut wa huwa kāfirun fa ulā`ika ḥabiṭat a'māluhum fid-dun-yā wal-ākhirah, wa ulā`ika aṣ-ḥābun-nār, hum fīhā khālidụn;
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang di bulan haram (bulan dimana perang dilarang). Katakanlah, “Berperang di bulan itu adalah perkara yang serius! Tapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, mengingkari esensi diri dan tidak menghormati Masjidil Haram dengan menghalangi manusia memasukinya dan mengusir mereka, adalah lebih serius di hadapan Allah! Fitnah (hasutan) lebih keji daripada pembunuhan.” Seandainya bisa, mereka akan memerangi kalian hingga kalian melepaskan keyakinan kalian. Dan barangsiapa di antara kalian berpaling dari pemahaman agamanya dan mati sebagai orang yang mengingkari kebenaran, semua amal kebaikannya akan menjadi sia-sia, baik di dunia ini dan kehidupan yang akan datang. Merekalah para penghuni api (penderitaan) dan akan tinggal di dalamnya selama-lamanya.
-
innallażīna āmanụ wallażīna hājarụ wa jāhadụ fī sabīlillāhi ulā`ika yarjụna raḥmatallāh, wallāhu gafụrur raḥīm;
Sungguh, orang-orang yang beriman dan berhijrah dan berjuang di jalan Allah, mereka mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah itu Ghafur lagi Rahim.
-
yas`alụnaka 'anil-khamri wal-maisir, qul fīhimā iṡmung kabīruw wa manafi'u lin-nāsi wa iṡmuhumā akbaru min-naf'ihimā, wa yas`alụnaka māżā yunfiqụn, qulil-'afw, każālika yubayyinullāhu lakumul-āyāti la'allakum tatafakkarụn;
Mereka bertanya kepadamu tentang minuman keras dan berjudi. Katakanlah, “Pada keduanya ada bahaya besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tapi bahayanya lebih besar dibanding manfaatnya.” Mereka bertanya kepadamu berapa banyak mereka harus berinfak di jalan Allah, katakanlah, “Infakanlah apapun yang berlebih dari kebutuhan kalian! Demikianlah Allah memberikan isyarat-isyarat yang nyata agar kalian merenungkannya (alasan-alasannya).
-
fid-dun-yā wal-ākhirah, wa yas`alụnaka 'anil-yatāmā, qul iṣlāḥul lahum khaīr, wa in tukhāliṭụhum fa ikhwānukum, wallāhu ya'lamul-mufsida minal-muṣliḥ, walau syā`allāhu la`a'natakum, innallāha 'azīzun ḥakīm;
(Renungkanlah) mengenai dunia ini dan kehidupan kekal yang akan datang! Mereka bertanya kepadamu tenntang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki kesejahteraan mereka adalah hal yang terbaik. Jika kalian hidup bersama mereka, mereka adalah saudara-saudara kalian.” Allah mengetahui yang membuat kerusakan dari yang melakukan perbaikan. Seandainya Allah berkehendak, Dia dapat mendatangkan kesukaran kepada kalian. Sungguh, Allah itu ‘Aziz lagi Hakim.
-
wa lā tangkiḥul-musyrikāti ḥattā yu`minn, wa la`amatum mu`minatun khairum mim musyrikatiw walau a'jabatkum, wa lā tungkiḥul-musyrikīna ḥattā yu`minụ, wa la'abdum mu`minun khairum mim musyrikiw walau a'jabakum, ulā`ika yad'ụna ilan-nāri wallāhu yad'ū ilal-jannati wal-magfirati bi`iżnih, wa yubayyinu āyātihī lin-nāsi la'allahum yatażakkarụn;
Jangan menikahi perempuan-perempuan (dualis) yang mempersekutukan Allah hingga mereka beriman. Budak perempuan yang beriman sungguh lebih baik daripada perempuan (dualis) yang mempersekutukan Allah, semenarik apapun nampaknya dia bagi kalian (karena kecantikan bukanlah dari tampilan tubuh melainkan dari kesamaan iman). Dan jangan pula memberikan perempuan-perempuan beriman untuk menikah dengan laki-laki (dualis) yang mempersekutukan Allah hingga mereka beriman. Budak laki-laki beriman sungguh lebih baik dibanding laki-laki (dualis) yang mempersekutukan Allah, semenarik apapun nampaknya dia bagi kalian. Orang-orang itu (para dualis) mengajak kalian ke api sedangkan Allah mengajak kalian (sebanyak fitur dari Nama-nama yang menyusun esensi kalian memungkinkan) ke Surga dan ampunan. Allah menerangkan isyarat-isyaratNya (mengenai realitas) kepada manusia agar mereka (kebenaran ini) diingat.
-
wa yas`alụnaka 'anil-maḥīḍ, qul huwa ażan fa'tazilun-nisā`a fil-maḥīḍi wa lā taqrabụhunna ḥattā yaṭ-hurn, fa iżā taṭahharna fa`tụhunna min ḥaiṡu amarakumullāh, innallāha yuḥibbut-tawwābīna wa yuḥibbul-mutaṭahhirīn;
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh... Katakanlah, “Itu adalah waktu yang sulit. Janganlah bercampur dengan perempuan-perempuan hingga mereka bersih (dari pendarahan). Dan apabila mereka telah suci, kalian dapat mendekatinya dari tempat yang telah Allah perintahkan.” Allah mencintai orang-orang yang kembali dari kezaliman mereka dan banyak bertaubat dan menyucikan dirinya.
-
nisā`ukum ḥarṡul lakum fa`tụ ḥarṡakum annā syi`tum wa qaddimụ li`anfusikum, wattaqullāha wa'lamū annakum mulāqụh, wa basysyiril-mu`minīn;
Istri-istri kalian adalah ladang-ladang kalian (untuk mengandung anak-anak). Maka tanamilah ladang-ladang kalian sesuka kalian. Persiapkanlah diri kalian untuk masa depan dan lindungilah diri kalian dari Allah (bertakwalah) dan ketahuilah bahwa kalian akan menemuiNya (menjadi waspada akan, dan mengalami, Nama-nama yang menyusun esensi kalian). Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman!
-
wa lā taj'alullāha 'urḍatal li`aimānikum an tabarrụ wa tattaqụ wa tuṣliḥụ bainan-nās, wallāhu samī'un 'alīm;
Jangan jadikan sumpah yang kalian buat dengan nama Allah menghalangi kalian dari berbuat kebaikan, mencari perlindungan (bertakwa) dan membuat perdamaian di antara manusia. Allah itu Sami’ lagi ‘Alim.
-
lā yu`ākhiżukumullāhu bil-lagwi fī aimānikum wa lākiy yu`ākhiżukum bimā kasabat qulụbukum, wallāhu gafụrun ḥalīm;
Allah tidak akan meminta pertanggung-jawaban kalian untuk sumpah apapun yang kalian buat tanpa sadar, tapi Dia akan meminta pertanggung-jawaban kepada kalian untuk apa yang dimaksudkan di dalam hati (kesadaran) kalian. Allah iu Ghafur lagi Halim.
-
lillażīna yu`lụna min nisā`ihim tarabbuṣu arba'ati asy-hur, fa in fā`ụ fa innallāha gafụrur raḥīm;
Bagi orang-orang yang bersumpah tidak akan mendekati istri-istrinya, ada masa tunggu selama empat bulan. Jika mereka menarik perkataannya, sungguh Allah itu Ghafur lagi Rahim.
-
wa in 'azamuṭ-ṭalāqa fa innallāha samī'un 'alīm;
Jika mereka memutuskan untuk bercerai, pastilah Allah itu Sami’ lagi ‘Alim (Dia mengetahui maksud mereka).
-
wal-muṭallaqātu yatarabbaṣna bi`anfusihinna ṡalāṡata qurū`, wa lā yaḥillu lahunna ay yaktumna mā khalaqallāhu fī ar-ḥāmihinna ing kunna yu`minna billāhi wal-yaumil-ākhir, wa bu'ụlatuhunna aḥaqqu biraddihinna fī żālika in arādū iṣlāḥā, wa lahunna miṡlullażī 'alaihinna bil-ma'rụfi wa lir-rijāli 'alaihinna darajah, wallāhu 'azīzun ḥakīm;
Perempuan-perempuan yang diceraikan harus menunggu selama tiga siklus haidh tanpa menikah, untuk melihat apakah mereka hamil atau tidak. Jika mereka beriman bahwa Allah menyusun realitas esensial terdalam mereka dan beriman kepada kehidupan yang akan datang, mereka tidak berhak menyembunyikan apa yang Allah ciptakan di dalam rahim mereka. Jika suami mereka ingin kembali dalam masa ini, mereka memiliki prioritas daripada yang lainnya. Sebagaimana istri-istri mempunyai hak atas suami-suami mereka, para suami pun mempunyai hak atas istri-istri mereka, tapi hak laki-laki satu derajat lebih tinggi (karena aliran adalah dari laki-laki kepada perempuan). Allah itu ‘Aziz lagi Hakim.
-
aṭ-ṭalāqu marratāni fa imsākum bima'rụfin au tasrīḥum bi`iḥsān, wa lā yaḥillu lakum an ta`khużụ mimmā ātaitumụhunna syai`an illā ay yakhāfā allā yuqīmā ḥudụdallāh, fa in khiftum allā yuqīmā ḥudụdallāhi fa lā junāḥa 'alaihimā fīmaftadat bih, tilka ḥudụdullāhi fa lā ta'tadụhā, wa may yata'adda ḥudụdallāhi fa ulā`ika humuẓ-ẓālimụn;
Perceraian itu dua kali. Setelah ini dapat rujuk atau dilepas bebas secara permanen. Tidak halal bagi kalian meminta kembali apapun yang telah kalian berikan kepada istri-istri kalian (karena perceraian). Tapi jika istri dan suami keduanya merasa sulit untuk melaksanakan batas-batas yang dietapkan Allah, istri mempunyai hak untuk meminta cerai dengan mengembalikan barang-barang yang diberikan kepadanya, dan tiada dosa atasnya untuk melakukan ini. Inilah batas-batas yang ditetapkan Allah maka janganlah melanggarnya. Barangsiapa melanggar batas-batas ini hanya akan menzalimi diri sendiri.
-
fa in ṭallaqahā fa lā taḥillu lahụ mim ba'du ḥattā tangkiḥa zaujan gairah, fa in ṭallaqahā fa lā junāḥa 'alaihimā ay yatarāja'ā in ẓannā ay yuqīmā ḥudụdallāh, wa tilka ḥudụdullāhi yubayyinuhā liqaumiy ya'lamụn;
Dan setelah semua ini, jika dia menceraikan istrinya lagi (untuk yang ke tiga kali) maka dia (perempuan itu) tidak halal baginya hingga dia menikahi laki-laki lain. Dan jika dia bercerai dari suami yang berikutnya, tiada dosa atas dia dan suaminya yang terdahulu untuk menikah lagi, jika mereka merasa yakin dapat memelihara ketentuan-ketentuan pernikahan dalam batas-batas Allah. Inilah batas-batas Allah, yang Dia terangkan bagi kaum yang mengetahui (Allah).
-
wa iżā ṭallaqtumun-nisā`a fa balagna ajalahunna fa amsikụhunna bima'rụfin au sarriḥụhunna bima'rụf, wa lā tumsikụhunna ḍirāral lita'tadụ, wa may yaf'al żālika fa qad ẓalama nafsah, wa lā tattakhiżū āyātillāhi huzuwaw ważkurụ ni'matallāhi 'alaikum wa mā anzala 'alaikum minal-kitābi wal-ḥikmati ya'iẓukum bih, wattaqullāha wa'lamū annallāha bikulli syai`in 'alīm;
Dan setelah kalian menceraikan istri-istri kalian dan mereka mencapai akhir dari masa tunggu tiga bulan, apakah menahan mereka dengan baik-baik atau melepaskan mereka dengan cara-cara yang baik. Jangan menyebabkan mereka terikat kepada kalian untuk menyebabkan mereka menderita, dan barang siapa melakukan hal yang demikian hanya akan menzalimi diri sendiri. Janganlah menganggap enteng ketetapan-ketetapan Allah. Dan ingatlah nikmat Allah kepada kalian dan Kitab dan Hikmah yang diwahyukan kepada kalian untuk menasihati kalian berdasarkan huruf B. Lindungilah diri kalian dari Allah (bertakwalah) dan ketahuilah dengan baik bahwa Allah, sebagai esensi dari segala sesuatu (berkenaan dengan dimensi Nama-nama), mengetahui segala sesuatu.
-
wa iżā ṭallaqtumun-nisā`a fa balagna ajalahunna fa lā ta'ḍulụhunna ay yangkiḥna azwājahunna iżā tarāḍau bainahum bil-ma'rụf, żālika yụ'aẓu bihī mang kāna mingkum yu`minu billāhi wal-yaumil-ākhir, żālikum azkā lakum wa aṭ-har, wallāhu ya'lamu wa antum lā ta'lamụn;
Apabila kalian menceraikan istri-istri kalian dan mereka mencapai akhir masa tunggu, janganlah menghalangi mereka untuk menikah lagi, jika mereka telah mempunyai kesepakatan. Ini adalah nasihat kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan kehidupan yang akan datang. Ini lebih baik (bersih dari pengkondisian manusiawi) dan lebih suci bagi kalian. Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.
-
wal-wālidātu yurḍi'na aulādahunna ḥaulaini kāmilaini liman arāda ay yutimmar-raḍā'ah, wa 'alal-maulụdi lahụ rizquhunna wa kiswatuhunna bil-ma'rụf, lā tukallafu nafsun illā wus'ahā, lā tuḍārra wālidatum biwaladihā wa lā maulụdul lahụ biwaladihī wa 'alal-wāriṡi miṡlu żālik, fa in arādā fiṣālan 'an tarāḍim min-humā wa tasyāwurin fa lā junāḥa 'alaihimā, wa in arattum an tastarḍi'ū aulādakum fa lā junāḥa 'alaikum iżā sallamtum mā ātaitum bil-ma'rụf, wattaqullāha wa'lamū annallāha bimā ta'malụna baṣīr;
Ibu-ibu (yang diceraikan) dapat menyusui anak-anak mereka selama dua tahun penuh, (jika ayah-ayahnya) berkeinginan untuk menyempurnakan masa penyusuannya. Selama masa ini, bapaknya bertanggung-jawab atas makanan dan pakaian mereka, menurut kebiasaan. Tidak seorangpun akan dibebani melampaui kesanggupannya. Dan tidak ada seorang ibu ataupun bapak yang akan dirugikan karena anak-anaknya. Hal yang sama berlaku bagi pewarisnya. Jika mereka sepakat untuk menyapih anak itu sebelum masa dua tahun berakhir, tidak ada dosa atas mereka. Jika kalian berkeinginan untuk menyusukan anak-anak kalian kepada orang lain (ibu susu), tidak ada dosa atas kalian selama kalian membayarnya menurut kebiasaan. Lindungilah diri kalian dari Allah (bertakwalah) dan ketahuilah dengan baik bahwa Dia itu (sebagai pencipta dari apa yang kalian lakukan) Bashir.
-
wallażīna yutawaffauna mingkum wa yażarụna azwājay yatarabbaṣna bi`anfusihinna arba'ata asy-huriw wa 'asyrā, fa iżā balagna ajalahunna fa lā junāḥa 'alaikum fīmā fa'alna fī anfusihinna bil-ma'rụf, wallāhu bimā ta'malụna khabīr;
Jika salah seorang dari kalian meninggal dunia dan meninggalkan janda-janda, maka janda-janda itu harus menunggu selama empat bulan sepuluh hari (sebelum mereka menikah lagi). Setelah masa ini, tidak ada dosa atas mereka untuk apa yang mereka lakukan menurut kebiasaan (menikah lagi dengan orang lain). Allah itu, sebagai pembentuk tindakan-tindakan kalian, Khabir.
-
wa lā junāḥa 'alaikum fīmā 'arraḍtum bihī min khiṭbatin-nisā`i au aknantum fī anfusikum, 'alimallāhu annakum satażkurụnahunna wa lākil lā tuwā'idụhunna sirran illā an taqụlụ qaulam ma'rụfā, wa lā ta'zimụ 'uqdatan-nikāḥi ḥattā yablugal-kitābu ajalah, wa'lamū annallāha ya'lamu mā fī anfusikum faḥżarụh, wa'lamū annallāha gafụrun ḥalīm;
Tidak ada dosa atas kalian jika kalian mengisyaratkan pinangan kepada perempuan-perempuan (yang diceraikan atau janda, selama masa tunggu mereka), atau menyembunyikannya di dalam hati kalian. Allah mengetahui bahwa kalian akan cenderung kepada mereka. Tapi janganlah membuat janji rahasia dengan mereka di luar apa yang menjadi kebiasaan atau melakukan ikatan pernikahan dengan mereka hingga akhir masa tunggu. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam kesadaran kalian, maka dengarkanlah Dia. Ketahuilah bahwa Allah itu Ghafur lagi Halim.
-
lā junāḥa 'alaikum in ṭallaqtumun-nisā`a mā lam tamassụhunna au tafriḍụ lahunna farīḍataw wa matti'ụhunna 'alal-mụsi'i qadaruhụ wa 'alal-muqtiri qadaruh, matā'am bil-ma'rụf, ḥaqqan 'alal-muḥsinīn;
Tiada dosa atas kalian jika kalian menceraikan perempuan-perempuan ketika kalian belum mencampuri mereka atau menetapkan mahar bagi mereka. Tapi berikanlah kepada mereka (bekas istri kalian) kebaikan sesuai kemampuan kalian – orang-orang yang mempunyai kelebihan finansial harus memberi sesuai dengan kemampuan mereka; orang-orang yang kurang mampu harus memberi sesuai dengan kebiasaan semaksimal kemampuannya. Ini adalah kewajiban atas orang-orang yang berbuat kebaikan.
-
wa in ṭallaqtumụhunna ming qabli an tamassụhunna wa qad faraḍtum lahunna farīḍatan fa niṣfu mā faraḍtum illā ay ya'fụna au ya'fuwallażī biyadihī 'uqdatun-nikāḥ, wa an ta'fū aqrabu lit-taqwā, wa lā tansawul-faḍla bainakum, innallāha bimā ta'malụna baṣīr;
Jika kalian menceraikan mereka setelah menetapkan maharnya tapi sebelum kalian mencampurinya, berikanlah setengah dari mahar yang telah ditetapkan itu. Kecuali mereka atau orang-orang yang memegang ikatan pernikahan membebaskannya. Memberikan kepada mereka jumlah yang sepenuhnya (dari mahar itu) lebih dekat kepada takwa (melindungi diri sendiri di jalan Allah dari kekurangan identitas kalian). Janganlah lupa untuk saling memuliakan satu sama lain di antara kalian. Sungguh Allah itu Bashir (mengevaluasi semua yang kalian lakukan).
-
ḥāfiẓụ 'alaṣ-ṣalawāti waṣ-ṣalātil-wusṭā wa qụmụ lillāhi qānitīn;
Peliharalah shalat (kembali kepada Allah) dengan kesungguhan, (terutama) shalat pertengahan (shalat Ashar – pengalaman yang terus menerus dari hal ini dalam kesadaran seseorang). Hiduplah dengan berserah-diri sepenuhnya di jalan Allah.
-
fa in khiftum fa rijālan au rukbānā, fa iżā amintum fażkurullāha kamā 'allamakum mā lam takụnụ ta'lamụn;
Jika kalian takut akan bahaya, kalian dapat (melakukan shalat) sambil berjalan atau berkendaraan... Apabila kalian dalam keadaan aman, ingatlah (dzikir) Allah menurut ajaran dari yang Esa yang mengajari kalian apa yang sebelumnya kalian tidak ketahui (merenungkan manifestasi fitur-fitur dari Nama-namaNya pada bentuk-bentuk duniawi).
-
wallażīna yutawaffauna mingkum wa yażarụna azwājaw waṣiyyatal li`azwājihim matā'an ilal-ḥauli gaira ikhrāj, fa in kharajna fa lā junāḥa 'alaikum fī mā fa'alna fī anfusihinna mim ma'rụf, wallāhu 'azīzun ḥakīm;
Orang-orang yang meninggal dunia dan meninggalkan janda harus membuat wasiat bagi nafkah mereka selama setahun tanpa mereka harus meninggalkan rumah mereka. Tapi jika mereka memilih untuk meninggalkan rumah mereka, maka kalian tidak akan dimintai pertanggung-jawaban atas mereka karena mereka telah menggunakan hak mereka. Allah itu ‘Aziz lagi Hakim.
-
wa lil-muṭallaqāti matā'um bil-ma'rụf, ḥaqqan 'alal-muttaqīn;
Perempuan-perempuan yang diceraikan mempunyai hak untuk menerima pemberian menurut kebiasaan, ini adalah kewajiban atas mereka yang bertakwa.
-
każālika yubayyinullāhu lakum āyātihī la'allakum ta'qilụn;
Demikianlah Allah menerangkan hukum-hukum keberadaan bagi kalian agar kalian menggunakan akal kalian.
-
a lam tara ilallażīna kharajụ min diyārihim wa hum ulụfun ḥażaral-mauti fa qāla lahumullāhu mụtụ, ṡumma aḥyāhum, innallāha lażụ faḍlin 'alan-nāsi wa lākinna akṡaran-nāsi lā yasykurụn;
Tidakkah kamu melihat ribuan orang yang meninggalkan rumah-rumah mereka karena takut kematian? Allah berkata kepada mereka ‘Matilah’ dan kemudian menghidupkan mereka kembali. Tidak diragukan, Allah itu murah hati kepada manusia, tapi kebanyakan dari mereka tidak menghargai (karunia yang diberikan).
-
wa qātilụ fī sabīlillāhi wa'lamū annallāha samī'un 'alīm;
Berperanglah di jalan Allah dan ketahuilah dengan baik bahwa Allah itu Sami’ lagi ‘Alim.
-
man żallażī yuqriḍullāha qarḍan ḥasanan fa yuḍā'ifahụ lahū aḍ'āfang kaṡīrah, wallāhu yaqbiḍu wa yabṣuṭu wa ilaihi turja'ụn;
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik dan menerima balasan berlipat ganda! Allah lah yang menyempitkan (menyusutkan dan membatasi di dalam ego; yang Qabid) dan memberi kelapangan (membuka, meluaskan, menyebarkan dengan Nama-nama; yang Basith)... KepadaNya lah kalian akan dikembalikan!
-
a lam tara ilal-mala`i mim banī isrā`īla mim ba'di mụsā, iż qālụ linabiyyil lahumub'aṡ lanā malikan-nuqātil fī sabīlillāh, qāla hal 'asaitum ing kutiba 'alaikumul-qitālu allā tuqātilụ, qālụ wa mā lanā allā nuqātila fī sabīlillāhi wa qad ukhrijnā min diyārinā wa abnā`inā, fa lammā kutiba 'alaihimul-qitālu tawallau illā qalīlam min-hum, wallāhu 'alīmum biẓ-ẓālimīn;
Tidakkah kamu melihat sekelompok dari Bani Israil setelah jaman Musa, mereka berkata kepada Nabi mereka, “Datangkanlah bagi kami seorang raja (pemimpin) dan kami akan berperang di jalan Allah.” Nabi itu berkata, “Bagaimana jika berperang itu telah ditetapkan bagi kalian dan kalian tidak mau berperang?”... Mereka berkata, “Mengapa kami harus berperang di jalan Allah? Terutama sekali setelah kami terusir dari rumah-rumah kami dan dari anak-anak kami!” Tapi ketika berperang ditetapkan atas mereka, kecuali sebagian kecil dari mereka, mereka berpaling dari berperang. Allah itu (sebagai yang Esa yang menciptakan mereka dengan Nama-namaNya) ‘Alim (Maha Mengetahui) terhadap orang-orang yang zalim.
-
wa qāla lahum nabiyyuhum innallāha qad ba'aṡa lakum ṭālụta malikā, qālū annā yakụnu lahul-mulku 'alainā wa naḥnu aḥaqqu bil-mulki min-hu wa lam yu`ta sa'atam minal-māl, qāla innallāhaṣṭafāhu 'alaikum wa zādahụ basṭatan fil 'ilmi wal-jism, wallāhu yu`tī mulkahụ may yasyā`, wallāhu wāsi'un 'alīm;
Nabi itu berkata kepada mereka, “Sungguh Allah telah mendatangkan Talut sebagai raja bagi kalian.” Mereka berkata, “Bagaimana dia bisa mempunyai kekuasaan atas kami padahal kami lebih pantas atas kekuasaan itu dan dia tidak mempunyai harta yang banyak?” Nabi mereka berkata, “Sungguh Allah telah memilih dia atas kalian dan memberikan kelebihan kepadanya (kedalaman) ilmu dan (kekuatan) tubuh.” Allah memberikan (pengaturan akan) kekuasaanNya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah itu Wasi’ lagi ‘Alim.
-
wa qāla lahum nabiyyuhum inna āyata mulkihī ay ya`tiyakumut-tābụtu fīhi sakīnatum mir rabbikum wa baqiyyatum mimmā taraka ālu mụsā wa ālu hārụna taḥmiluhul-malā`ikah, inna fī żālika la`āyatal lakum ing kuntum mu`minīn;
Nabi mereka mengatakan kepada mereka, Sungguh, tanda dari kekuasanya adalah peti-mati (tabut – hati; kesadaran universal) akan datang kepada kalian yang di dalamnya ada kebahagiaan (kedamaian dan ketnteraman batin) dari Rabb kalian, dan barang pusaka (ilmu) yang ditinggalkan oleh keluarga Musa dan Harun. Malaikat (kekuatan Nama-namma di dalam esensi kalian) akan membawakannya kepada kalian. Sungguh ada isyarat yang nyata di dalam hal ini, jika kalian orang-orang yang beriman.
-
fa lammā faṣala ṭālụtu bil-junụdi qāla innallāha mubtalīkum binahar, fa man syariba min-hu fa laisa minnī, wa mal lam yaṭ'am-hu fa innahụ minnī illā manigtarafa gurfatam biyadih, fa syaribụ min-hu illā qalīlam min-hum, fa lammā jāwazahụ huwa wallażīna āmanụ ma'ahụ qālụ lā ṭāqata lanal-yauma bijālụta wa junụdih, qālallażīna yaẓunnụna annahum mulāqullāhi kam min fi`ating qalīlatin galabat fi`atang kaṡīratam bi`iżnillāh, wallāhu ma'aṣ-ṣābirīn;
Ketika Talut berangkat dengan pasukannya, dia berkata (kepada bala-tentaranya), “Sungguh Allah akan menguji kalian dengan sebuah sungai. Barangsiapa minum darinya, dia tidak termasuk kelompokku, barangsiapa tidak minum darinya, termasuk kelompokku, kecuali orang-orang yang mengambilnya hanya seceduk tangan darinya”... Kecuali sedikit dari mereka, mereka semua minum darinya. Tatkala dia dan orang-orang yang bersamanya menyebrangi sungai, mereka berkata, “Kami tidak mempunyai kekuatan lagi untuk melawan Jalut dan bala-tentaranya.” Orang-orang yang mengetahui (dengan yakin) dari esensi mereka (karena keimanan mereka) bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Sudah banyak kelompok yang sedikit bisa mengalahkan kelompok yang banyak dengan ijin Allah (B-iznillah). Allah beserta orang-orang yang sabar.”
-
wa lammā barazụ lijālụta wa junụdihī qālụ rabbanā afrig 'alainā ṣabraw wa ṡabbit aqdāmanā wanṣurnā 'alal-qaumil-kāfirīn;
Tatkala mereka menghadapi Jalut dan pasukannya, mereka berdoa, “Rabb kami, berilah kami kekuatan kesabaran, teguhkanlah kaki kami, jangan biarkan kami tergelincir dan berilah kami kekuatan kemenangan atas orang-orang yang ingkar.”
-
fa hazamụhum bi`iżnillāh, wa qatala dāwụdu jālụta wa ātāhullāhul-mulka wal-ḥikmata wa 'allamahụ mimmā yasyā`, walau lā daf'ullāhin-nāsa ba'ḍahum biba'ḍil lafasadatil-arḍu wa lākinnallāha żụ faḍlin 'alal-'ālamīn;
Maka (dengan ijin Allah) Nama-nama yang menyusun esensi mereka, mereka mengalahkan mereka. Dawud membunuh Jalut dan Allah memberinya (Dawud) kekuasaan dan hikmah dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki (memrogram dia dengan Nama-nama dari esensinya). Seandainya Allah tidak menolak sebagian dengan (melalui) sebagian yang lain, bumi tentu telah rusak (tak dapat dihuni). Tapi Allah menetapkan karuniaNya atas seluruh alam.
-
tilka āyātullāhi natlụhā 'alaika bil-ḥaqq, wa innaka laminal-mursalīn;
Ini adalah isyarat-isyarat dari Allah... Yang Kami sampaikan kepadamu dengan Kebenaran... Sungguh, kamu adalah salah seorang dari Rasul-rasul yang didatangkan.
-
tilkar-rusulu faḍḍalnā ba'ḍahum 'alā ba'ḍ, min-hum mang kallamallāhu wa rafa'a ba'ḍahum darajāt, wa ātainā 'īsabna maryamal-bayyināti wa ayyadnāhu birụḥil-qudus, walau syā`allāhu maqtatalallażīna mim ba'dihim mim ba'di mā jā`at-humul-bayyinātu wa lākinikhtalafụ fa min-hum man āmana wa min-hum mang kafar, walau syā`allāhu maqtatalụ, wa lākinnallāha yaf'alu mā yurīd;
“Di antara Rasul-rasul itu, sebagian Kami beri kelebihan dibanding yang lain. Ada beberapa yang kepadanya Allah berbicara dan beberapa yang lain Dia tinggikan derajatnya. Dan Kami berikan bukti-bukti yang nyata kepada Isa putera Maryam dan menyokong dia dengan Ruh Suci (kekuatan agung). Seandainya All berkehendak, orang-orang yang setelah mereka tidak akan saling membunuh satu sama lain setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka. Tapi mereka berbeda pendapat, sebagian beriman dan sebagian ingkar. Seandainya Allah berkehendak, mereka tidak akan saling bunuh satu sama lain... Tapi Allah melaksanakan kehendakNya.
-
yā ayyuhallażīna āmanū anfiqụ mimmā razaqnākum ming qabli ay ya`tiya yaumul lā bai'un fīhi wa lā khullatuw wa lā syafā'ah, wal-kāfirụna humuẓ-ẓālimụn;
Hai orang-orang yang beriman, infakanlah (berikanlah dengan ikhlas karena keimananmu) dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian, sebelum tibanya hari yang di dalamnya tidak ada pertukaran, tidak ada pertemanan dan tidak ada syafaat... Orang-orang yang mengingkari realitas – mereka adalah orang-orang yang zalim (mereka menzalimi diri sendiri).
-
allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa'u 'indahū illā bi`iżnih, ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min 'ilmihī illā bimā syā`, wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm;
Allah itu HU! Tidak ada Tuhan (berhala), hanya ada HU! Hayyu lagi Qayyum (satu-satunya sumber kehidupan dan yang Esa yang membentuk segala sesuatu dalam IlmuNya dengan makna-makna dari Nama-namaNya – yang Esa yang dengannya segala sesuatu ada). Dia tidak terkena kantuk (terpisah dari seluruh alam meskipun hanya sesaat) ataupun tidur (membiarkan mahluk hidup dengan kemauan sendiri, dan menariknya kepada DiriNya). Kepunyaan Dia lah segala sesuatu di langit dan di bumi (dimensi ilmu dan tindakan-tindakan). Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisiNya kecuali dengan ijin kekuatan-kekuatan yang mewujud dari Nama-nama di dalam esensi seseorang? Dia mengetahui dimensi dimana mereka hidup dan dimensi yang tidak dapat mereka lihat... Tidak ada ilmuNya yang dapat difahami jika Dia tidak menghendakinya (mengijinkan lewat kesesuaian Nama-nama di dalam esensi seseorang). SinggasanaNya (kekuasaan dan pengaturan [Rububiyyah]) meliputi langit dan bumi. Tidak sulit bagiNya untuk memelihara keduanya. Dia itu ‘Aliy (Maha Tinggi tiada batas) dan ‘Azim (pemilik kekuasaan tak hingga).
-
lā ikrāha fid-dīn, qat tabayyanar-rusydu minal-gayy, fa may yakfur biṭ-ṭāgụti wa yu`mim billāhi fa qadistamsaka bil-'urwatil-wuṡqā lanfiṣāma lahā, wallāhu samī'un 'alīm;
Tidak ada paksaan dalam (menerima) agama (sistem dan tatanan Allah; sunnatullah)! Realitasnya telah menjadi nyata (dalam keadaannya yang paling sempurna) dan benar-benar berbeda dari ide-ide sesat. Barangsiapa meninggalkan Thaghut (menyembah kekuatan yang tidak-ada, tapi mengenggapnya ada melalui khayalan) dan beriman kepada Allah (Nama-nama yang membentuk keberadaannya) sungguh dia telah berpegang dengan pegangan yang kuat di dalam esensinya, yang tidak akan pernah bisa dipatahkan. Allah itu Sami’ lagi ‘Alim.
-
allāhu waliyyullażīna āmanụ yukhrijuhum minaẓ-ẓulumāti ilan-nụr, wallażīna kafarū auliyā`uhumuṭ-ṭāgụtu yukhrijụnahum minan-nụri ilaẓ-ẓulumāt, ulā`ika aṣ-ḥābun-nār, hum fīhā khālidụn;
Allah adalah teman (Waliyy) dari orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kejahilan terhadap realitas) kepada Nur (melihat realitas dengan cahaya ilmu). Adapun orang yang aktif mengingkari (kebenaran), teman mereka adalah Thaghut (ide-ide dan kekuatan-kekuatan khayal) yang mengeluarkan mereka dari Cahaya menuju kegelapan. Mereka adalah para penduduk api (pasti menderita). Mereka akan tinggal di dalamnya (kondisi penderitaan) selama-lamanya.
-
a lam tara ilallażī ḥājja ibrāhīma fī rabbihī an ātāhullāhul-mulk, iż qāla ibrāhīmu rabbiyallażī yuḥyī wa yumītu qāla ana uḥyī wa umīt, qāla ibrāhīmu fa innallāha ya`tī bisy-syamsi minal-masyriqi fa`ti bihā minal-magribi fa buhitallażī kafar, wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn;
Tidakkah kamu melihat dia yang berdebat dengan Ibrahim mengenai Rabb-nya karena Allah telah memberinya kekuasaan? Ketika Ibrahim berkata, “Rabb-ku adalah yang menghidupkan dan yang mematikan” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ketika Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari Timur, maka terbitkanlah ia dari Barat jika kamu bisa,” orang yang ingkar (menyembunyikan realitas) itu kebingungan! Allah tidak akan menuntun (memungkinkan realisasi dari realitas kepada) orang-orang yang zalim.
-
au kallażī marra 'alā qaryatiw wa hiya khāwiyatun 'alā 'urụsyihā, qāla annā yuḥyī hāżihillāhu ba'da mautihā, fa amātahullāhu mi`ata 'āmin ṡumma ba'aṡah, qāla kam labiṡt, qāla labiṡtu yauman au ba'ḍa yaụm, qāla bal labiṡta mi`ata 'āmin fanẓur ilā ṭa'āmika wa syarābika lam yatasannah, wanẓur ilā ḥimārik, wa linaj'alaka āyatal lin-nāsi wanẓur ilal-'iẓāmi kaifa nunsyizuhā ṡumma naksụhā laḥmā, fa lammā tabayyana lahụ qāla a'lamu annallāha 'alā kulli syai`ing qadīr;
(Tidakkah kamu mendengar tentang) orang yang melalui sebuah kota yang bangunan-bangunannya tinggal puing-puing dan penduduknya telah mati, dan dia berpikir, “Bagaimana Allah akan memulihkan kehidupan setelah kematian ini?” Allah menyebabkan dia mati saat itu juga dan setelah seratus tahun menghidupkan dia kembali. “Berapa lama kamu tinggal dalam keadaan ini?” Dia bertanya... Laki-laki itu menjawab, “Sehari atau separonya.” Allah berkata, “Tidak, seratus tahun telah berlalu... Lihatlah pada makanan dan minumanmu, mereka tidak membusuk, tapi lihatlah pada keledaimu (bagaimana ia telah membusuk dan hanya seonggokan tulang yang tersisa)! Kami menjadikan kamu sebagai sebuah isyarat, teladan bagi manusia... Lihatlah bagaimana Kami membangkitkan tulang-tulang itu dan menutupinya dengan daging.” Tatkala itu menjadi nyata baginya, dia berkata, “Aku mengetahui dengan yakin bahwa Allah itu Qadir atas segala sesuatu!”
-
wa iż qāla ibrāhīmu rabbi arinī kaifa tuḥyil-mautā, qāla a wa lam tu`min, qāla balā wa lākil liyaṭma`inna qalbī, qāla fakhuż arba'atam minaṭ-ṭairi fa ṣur-hunna ilaika ṡummaj'al 'alā kulli jabalim min-hunna juz`an ṡummad'uhunna ya`tīnaka sa'yā, wa'lam annallāha 'azīzun ḥakīm;
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata, “Rabb-ku, tunjukkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan mahluk yang mati”. Rabb-nya berkata, “Apakah kamu tidak percaya?” (Ibrahim) berkata, “Aku percaya, tapi agar hatiku menjadi puas (aku ingin menyaksikannya)...” “Ambillah empat jenis burung dan latihlah mereka sehingga mereka tumbuh dan mematuhimu, kemudian letakkanlah masing-masing di atas empat puncak bukit yang berbeda dan panggillah ke arahmu. Mereka akan mendatangimu (terbang) dengan cepat. Ketahuilah bahwa Allah itu ‘Aziz lagi Hakim.”
-
maṡalullażīna yunfiqụna amwālahum fī sabīlillāhi kamaṡali ḥabbatin ambatat sab'a sanābila fī kulli sumbulatim mi`atu ḥabbah, wallāhu yuḍā'ifu limay yasyā`, wallāhu wāsi'un 'alīm;
Perumpamaan dari orang-orang yang menginfakkan harta mereka dengan ikhlas karena keimanan mereka kepada Allah adalah bagaikan sebutir benih gandum yang menumbuhkan tujuh bulir gandum, dalam tiap-tiap bulir seratus biji. Dan Allah bahkan melipatgandakannya lebih banyak bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah itu Wasi’ lagi ‘Alim.
-
allażīna yunfiqụna amwālahum fī sabīlillāhi ṡumma lā yutbi'ụna mā anfaqụ mannaw wa lā ażal lahum ajruhum 'inda rabbihim, wa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn;
Orang yang, karena keimanan mereka kepada Allah, dengan ikhlas menginfakkan harta mereka kepada orang-orang, dan yang tidak mengingatkan kembali dan mencemoohkan orang-orang dengan itu di kemudian hari, akan mendapatkan pahala khusus di sisi Rabb mereka (komposisi Nama-nama yang menyusun esensi keberadaan mereka). Mereka tidak memiliki rasa takut ataupun bersedih.
-
qaulum ma'rụfuw wa magfiratun khairum min ṣadaqatiy yatba'uhā ażā, wallāhu ganiyyun ḥalīm;
Perkataan yang ramah dan menutupi kesalahan lebih baik dibanding sedekah yang diikuti dengan ucapan yang menyinggung perasaan. Allah itu Ghani lagi Halim.
-
yā ayyuhallażīna āmanụ lā tubṭilụ ṣadaqātikum bil-manni wal-ażā kallażī yunfiqu mālahụ ri`ā`an-nāsi wa lā yu`minu billāhi wal-yaumil-ākhir, fa maṡaluhụ kamaṡali ṣafwānin 'alaihi turābun fa aṣābahụ wābilun fa tarakahụ ṣaldā, lā yaqdirụna 'alā syai`im mimmā kasabụ, wallāhu lā yahdil-qaumal-kāfirīn;
Hai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan sedekah kalian dengan mencemoohkan dan menyakiti orang-orang dengan itu, sebagaimana orang-orang yang menginfakkan harta mereka hanya untuk dilihat (agar dikenal) dan tidak beriman kepada Allah dan kehdupan kekal yang akan datang dengan makna huruf B. Perumpamaan mereka bagaikan batuan yang tertutupi tanah, dan apabila hujan tanahnya hanyut dan batunya kembali bersih. Mereka tidak mendapatkan apapun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak menuntun (memungkinkan realisasi dari realitas esensial mereka) orang-orang yang mengingkari kebenaran.
-
wa maṡalullażīna yunfiqụna amwālahumubtigā`a marḍātillāhi wa taṡbītam min anfusihim kamaṡali jannatim birabwatin aṣābahā wābilun fa ātat ukulahā ḍi'faīn, fa il lam yuṣib-hā wābilun fa ṭall, wallāhu bimā ta'malụna baṣīr;
Tapi bagi orang-orang yang menginfakkan harta mereka untuk mendapatkan ridha Allah (istilah ‘ridha Allah’ atau ‘untuk mendapatkan ridha Allah’ bermakna agar tidak membiarkan pengkondisian seseorang membatasi manifestasi Nama-nama Allah) atau karena apa yang mereka hadapi di dalam diri mereka sendiri (pemahaman bahwa mereka mengandung komposisi Nama-nama)... Perumpamaan mereka bagaikan sebuah kebun yang berada di puncak bukit, apabila hujan lebat menimpanya, ia memberikan hasil panen dua kali lipat. Dan jika hujan lebat tidak turun, gerimis pun memadai. Allah itu Bashir atas tindakan-tindakan kalian.
-
a yawaddu aḥadukum an takụna lahụ jannatum min nakhīliw wa a'nābin tajrī min taḥtihal-an-hāru lahụ fīhā ming kulliṡ-ṡamarāti wa aṣābahul-kibaru wa lahụ żurriyyatun ḍu'afā`, fa aṣābahā i'ṣārun fīhi nārun faḥtaraqat, każālika yubayyinullāhu lakumul-āyāti la'allakum tatafakkarụn;
Adakah di antara kalian yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang di bawahnya mengalir sungai-sungai dan di dalamnya tumbuh beragam buah-buahan, tapi tatkala usia tua tiba dia mempunyai anak-anak yang lemah? Kemudian badai api melalap habis kebun itu... Allah memberikan isyarat-isyarat ini agar kalian merenungkannya.
-
yā ayyuhallażīna āmanū anfiqụ min ṭayyibāti mā kasabtum wa mimmā akhrajnā lakum minal-arḍ, wa lā tayammamul-khabīṡa min-hu tunfiqụna wa lastum bi`ākhiżīhi illā an tugmiḍụ fīh, wa'lamū annallāha ganiyyun ḥamīd;
Hai orang-orang yang beriman, berikanlah dengan ikhlas dari sebagian hasil usaha kalian dan dari apa-apa yang bersih yang telah Kami buat untuk kalian dari bumi. Janganlah memberikan sedekah yang buruk yang kalian sendiri tidak akan mengambilnya. Ketahuilah dengan baik bahwa Allah itu Ghani lagi Hamid.
-
asy-syaiṭānu ya'idukumul-faqra wa ya`murukum bil-faḥsyā`, wallāhu ya'idukum magfiratam min-hu wa faḍlā, wallāhu wāsi'un 'alīm;
Setan (khayalan – takut kehilangan) akan menakut-nakuti kalian dengan kemiskinan (menahan kalian untuk memberi dengan ikhlas) dan memerintahkan kalian untuk melakukan perbuatan-perbuatan keji dan bersikap kikir! Tapi Allah menjanjikan ampunan dariNya dan karunia. Alla itu Wasi’ lagi ‘Alim.
-
yu`til-ḥikmata may yasyā`, wa may yu`tal-ḥikmata fa qad ụtiya khairang kaṡīrā, wa mā yażżakkaru illā ulul-albāb;
Dia menganugerahkan hikmah (sistem yang dengannya fitur-fitur dari Nama-nama terwujud) kepada siapa yang Dia kehendaki, dan barang siapa telah dianugerahi hikmah sungguh telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang akan memahami ini kecuali orang-orang yang berakal dan memiliki kecakapan merenung yang dalam.
-
wa mā anfaqtum min nafaqatin au nażartum min nażrin fa innallāha ya'lamuh, wa mā liẓ-ẓālimīna min anṣār;
Apapun yang kalian infakkan dan apapun yang kalian nazarkan, Allah mengetahuinya (membuatmu menjalani hasilnya), tapi orang-orang yang zalim tidak mempunyai penolong.
-
in tubduṣ-ṣadaqāti fa ni'immā hiy, wa in tukhfụhā wa tu`tụhal-fuqarā`a fa huwa khairul lakum, wa yukaffiru 'angkum min sayyi`ātikum, wallāhu bimā ta'malụna khabīr;
Hal yang baik jika kalian memberikan sedekah kalian dengan terang-terangan, tapi jika kalian merahasiakan sedekah kalian dan memberikannya secara pribadi itu lebih baik. Ini akan menebus perbuatan-perbuatan buruk kalian. Allah itu Khabir (Maha Waspada) terhadap apa yang kalian kerjakan (karena Dia menyusun keberadaan kalian).
-
laisa 'alaika hudāhum wa lākinnallāha yahdī may yasyā`, wa mā tunfiqụ min khairin fa li`anfusikum, wa mā tunfiqụna illabtigā`a waj-hillāh, wa mā tunfiqụ min khairiy yuwaffa ilaikum wa antum lā tuẓlamụn;
Bukan tanggung tanggung-jawabmu untuk membuat mereka menemukan jalan yang benar (menyadari realitas esensi mereka)! Allah menuntun (memungkinkan realisasi ini) kepada siapa yang Dia kehendaki (karena ini mencakup ekspresi Nama Hadi di dalam esensi seseorang, bukannya suatu bentuk tuntunan eksternal)! Apapun yang kalian infakkan adalah untuk kebaikan kalian sendiri, karena kalian tidak memberikannya kecuali karena Allah (mengetahui dan melihat wajah Allah). Apapun kebaikan yang kalian berikan, ia akan dibalas sepenuhnya kepada kalian dan kalian tidak akan dizalimi.
-
lil-fuqarā`illażīna uḥṣirụ fī sabīlillāhi lā yastaṭī'ụna ḍarban fil-arḍi yaḥsabuhumul-jāhilu agniyā`a minat-ta'affuf, ta'rifuhum bisīmāhum, lā yas`alụnan-nāsa il-ḥāfā, wa mā tunfiqụ min khairin fa innallāha bihī 'alīm;
(Pemberian kalian yang ikhlas, infak) adalah untuk orang miskin yang sepenuhnya berserah-diri kepada jalan Allah yang tidak menyisakan waktu untuk bekerja mencari rezeki duniawi. Dan karena mereka menahan diri dari meminta-minta, orang yang tidak mengetahuinya akan mengira mereka itu kaya, namun kalian akan mengenalinya dari wajah mereka. Mereka tidak akan pernah meminta sesuatu dari orang lain. Maka, apapun kebaikan yang kalian berikan, pasti Allah ‘Alim mengenainya.
-
allażīna yunfiqụna amwālahum bil-laili wan-nahāri sirraw wa 'alāniyatan fa lahum ajruhum 'inda rabbihim, wa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn;
Orang-orang yang menginfakkan harta mereka malam dan siang, secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, balasan mereka adalah dari Allah (muncul dari esensi mereka dan siap mewujud di dalam kesadaran mereka). Mereka tidak memiliki kekhawatiran ataupun bersedih hati.
-
allażīna ya`kulụnar-ribā lā yaqụmụna illā kamā yaqụmullażī yatakhabbaṭuhusy-syaiṭānu minal-mass, żālika bi`annahum qālū innamal-bai'u miṡlur-ribā, wa aḥallallāhul-bai'a wa ḥarramar-ribā, fa man jā`ahụ mau'iẓatum mir rabbihī fantahā fa lahụ mā salaf, wa amruhū ilallāh, wa man 'āda fa ulā`ika aṣ-ḥābun-nār, hum fīhā khālidụn;
Orang-orang yang melakukan riba akan berdiri seperti orang-orang keraksukan (terobsesi oleh ide-ide yang menipu) Setan (jin). Ini karena mereka menyamakan riba dengan jual-beli. Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba (di dalam jual-beli orang membayar nilai dari barang, tapi dalam riba orang membayar jauh lebih tinggi daripada uang yang dipinjamnya. Karenanya, riba itu bertentangan dengan ide menolong dan memberi dengan ikhlas). Maka, barangsiapa meninggalkan riba setelah menerima peringatan dari Rabb-nya, masa lalunya adalah miliknya, keputusan terhadapnya adalah terserah Allah. Dan barangsiapa kembali kepada riba, mereka adalah para penghuni api. Mereka akan tinggal di dalamnya selama-lamanya.
-
yam-ḥaqullāhur-ribā wa yurbiṣ-ṣadaqāt, wallāhu lā yuḥibbu kulla kaffārin aṡīm;
Allah menghapuskan (pendapatan dari) riba dan menambah (balasan dari) sedekah! Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berbuat dosa.
-
innallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti wa aqāmuṣ-ṣalāta wa ātawuz-zakāta lahum ajruhum 'inda rabbihim, wa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn;
Orang-orang yang beriman dan melakukan amal-amal baik yang bermanfaat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat akan mendapatkan pahala khusus di sisi Rabb-nya. Mereka tidak memiliki rasa takut ataupun bersedih hati.
-
yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa żarụ mā baqiya minar-ribā ing kuntum mu`minīn;
Hai orang-orangyang beriman, tinggalkanlah kelebihan dari riba agar dilindungi Allah (bertakwa), jika kalian termasuk orang-orang yang beriman.
-
fa il lam taf'alụ fa`żanụ biḥarbim minallāhi wa rasụlih, wa in tubtum fa lakum ru`ụsu amwālikum, lā taẓlimụna wa lā tuẓlamụn;
Dan jika kalian tidak melakukan ini, ketahuilah bahwa kalian akan berperang melawan Allah dan RasulNya. Jika kalian mengetahui kesalahan kalian dan meninggalkannya untuk selama-lamanya, kalian bisa mendapatkan hak kalian untuk menerima modal-pokok kalian. (Dengan cara ini), kalian tidak menzalimi dan tidak akan dizalimi.
-
wa ing kāna żụ 'usratin fa naẓiratun ilā maisarah, wa an taṣaddaqụ khairul lakum ing kuntum ta'lamụn;
Jika (orang yang dihutangi) dalam kesulitan keuangan, maka berikanlah penangguhan hingga tibanya kelapangan. Jika kalian menghapuskannya sebagai sedekah, itu akan lebih baik bagi kalian, jika saja kalian mengetahuinya.
-
wattaqụ yauman turja'ụna fīhi ilallāh, ṡumma tuwaffā kullu nafsim mā kasabat wa hum lā yuẓlamụn;
Lindungilah diri kalian dari hari ketika kalian akan dikembalikan kepada Allah. Yaitu ketika setiap jiwa akan dibalas sepenuhnya atas apa yang telah diusahakannya, dan mereka tidak akan dizalimi.
-
yā ayyuhallażīna āmanū iżā tadāyantum bidainin ilā ajalim musamman faktubụh, walyaktub bainakum kātibum bil-'adli wa lā ya`ba kātibun ay yaktuba kamā 'allamahullāhu falyaktub, walyumlilillażī 'alaihil-ḥaqqu walyattaqillāha rabbahụ wa lā yabkhas min-hu syai`ā, fa ing kānallażī 'alaihil-ḥaqqu safīhan au ḍa'īfan au lā yastaṭī'u ay yumilla huwa falyumlil waliyyuhụ bil-'adl, wastasy-hidụ syahīdaini mir rijālikum, fa il lam yakụnā rajulaini fa rajuluw wamra`atāni mim man tarḍauna minasy-syuhadā`i an taḍilla iḥdāhumā fa tużakkira iḥdāhumal-ukhrā, wa lā ya`basy-syuhadā`u iżā mā du'ụ, wa lā tas`amū an taktubụhu ṣagīran au kabīran ilā ajalih, żālikum aqsaṭu 'indallāhi wa aqwamu lisy-syahādati wa adnā allā tartābū illā an takụna tijāratan ḥāḍiratan tudīrụnahā bainakum fa laisa 'alaikum junāḥun allā taktubụhā, wa asy-hidū iżā tabāya'tum wa lā yuḍārra kātibuw wa lā syahīd, wa in taf'alụ fa innahụ fusụqum bikum, wattaqullāh, wa yu'allimukumullāh, wallāhu bikulli syai`in 'alīm;
Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan perjanjian hutang untuk jangka waktu tertentu, maka catatlah. Hendaklah seorang yang adil di antara kalian mencatatnya. Dan hendaklah orang yang mengetahui bagaimana mencatat tidak menolak untuk mencatatnya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya. Hendaklah orang yang memiliki kewajiban (yang berhutang) mengimlakkannya. Hendaklah dia takut kepada Rabb-nya, Allah, dan tidak melewatkan apapun. Jika orang yang berhutang lemah akalnya atau seorang anak, hendaklah walinya mengimlakkannya. Hendaklah dua orang laki-laki menjadi saksi. Jika tidak ada dua orang laki-laki, maka hendaklah saksinya seorang laki-laki dan dua orang perempuan, sehingga jika salah satu dari mereka lupa atau berbuat salah, yang lainnya bisa mengingatkan. Dan hendaklah yang bersaksi tidak menolak ketika mereka dipanggil. Jangan merasa bosan untuk menuliskan hutang, baik itu sedikit maupun banyak, termasuk jangka waktunya. Yang demikian itu lebih tepat dan kuat dalam pandangan Allah dan merupakan pendekatan yang handal untuk menghindari keraguan di masa datang. Kecuali apabila transaksi di antara kalian melibatkan uang tunai, maka tidak ada salahnya jika kalian tidak mencatatnya. Dan ambillah saksi-saksi apabila kalian melakukan transaksi. Hendaklah tidak ada pencatat yang dirugikan ataupun terhadap saksi. Karena jika kalian merugikan mereka, kalian akan merugikan diri kalian sendiri. Dan lindungilah diri kalian dari Allah (bertakwalah). Allah mengajari kalian. Allah itu ‘Alim atas segala sesuatu.
-
wa ing kuntum 'alā safariw wa lam tajidụ kātiban fa rihānum maqbụḍah, fa in amina ba'ḍukum ba'ḍan falyu`addillażi`tumina amānatahụ walyattaqillāha rabbah, wa lā taktumusy-syahādah, wa may yaktum-hā fa innahū āṡimung qalbuh, wallāhu bimā ta'malụna 'alīm;
Jika kalian dalam perjalanan dan tidak dapat menemukan seorang pencatat, jaminan dapat diambil dengan ikrar. Jika kalian saling percaya, hendaklah pemegang jaminan itu memulihkan jaminannya sesuai amanat dan hendaklah dia takut kepada Rabb-nya. Jangan menyembunyikan apa yang telah kalian persaksikan. Barangsiapa menyembunyikan kesaksiannya, sungguh hatinya telah berdosa (tidak mampu merefleksikan esensinya; terhijab dari realitasnya). Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan dalam lingkup huruf B.
-
lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, wa in tubdụ mā fī anfusikum au tukhfụhu yuḥāsibkum bihillāh, fa yagfiru limay yasyā`u wa yu'ażżibu may yasyā`, wallāhu 'alā kulli syai`ing qadīr;
Apapun yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah (untuk memanifestasikan Nama-namaNya)... Baik kalian menunjukkan apa yang ada di dalam kesadaran kalian (pikiran kalian) atau menyembunyikannya, Allah akan menghadapkan kalian untuk memperhitungkannya dengan fitur Nama Hasib. Dia akan mengampuni (menutupi) siapa yang Dia kehendaki dan menyebabkan menderita kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah itu Qadir atas segala sesuatu.
-
āmanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami'nā wa aṭa'nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr;
“Rasul (Muhammad saw) telah beriman kepada apa yang diwahyukan (ilmu yang muncul dari kedalaman dimensional) kepadanya (kepada kesadarannya) dari Rabb-nya (fitur-fitur dari Nama-nama Allah yang menyusun realitas esensialnya). Dan begitu juga orang-orang yang beriman! Mereka semua telah beriman (sejalan dengan makna yang ditunjuk oleh huruf B) bahwa Nama Allah menyusun esensi mereka, dan beriman kepada malaikat-malaikat (kekuatan Nama-nama yang menyusun keberadaan mereka), Kitab-kitab (semua ilmu yang diwahyukan) dan Rasul-rasul... Mereka berkata, “Kami tidak membeda-bedakan di antara (cara ilmu Allah diwahyukan kepada) Rasul-rasulNya... Kami telah mendengar dan taat, kami memohon ampunanMu ya Rabb kami; KepadaMu lah kami kembali.”
-
lā yukallifullāhu nafsan illā wus'ahā, lahā mā kasabat wa 'alaihā maktasabat, rabbanā lā tu`ākhiżnā in nasīnā au akhṭa`nā, rabbanā wa lā taḥmil 'alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ 'alallażīna ming qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa'fu 'annā, wagfir lanā, war-ḥamnā, anta maulānā fanṣurnā 'alal-qaumil-kāfirīn;
Allah tidak akan pernah meminta pertanggung-jawaban kepada siapapun atas apa yang mereka tidak sanggup memikulnya. Apa yang dia usahakan (sebagai hasil dari amal-amalnya) adalah untuk dirinya sendiri, dan akibat dari (perbuatan buruknya) adalah untuk dirinya juga. Rabb kami, jangan hukum kami jika kami lupa atau membuat kesalahan. Rabb kami, jangan bebani kami dengan tugas berat seperti yang Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Rabb kami, jangan bebani kami dengan beban yang kami tidak sanggup memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Berilah kami kemenangan atas orang-orang yang menutupi realitas (orang-orang kafir) dan mengingkariMu.