"A’udzu billahi minas-syaithoonir-rojiim"

Bismi Llaahi l-raḥmaani l-raḥeem

1. wan-nāzi'āti garqā;

   Demi yang sangat kuat (kekuatan; Mars),

2. wan-nāsyiṭāti nasyṭā;

   Dan (kekuatan) yang mengambil dengan mudah (Matahari),

3. was-sābiḥāti sab-ḥā;

   Dan (kekuatan-kekuatan) yang berenang (di dalam orbitnya; Saturnus – Yupiter),

4. fas-sābiqāti sabqā;

   Dan (kekuatan-kekuatan) yang saling menyusul (Merkurius – Venus),

5. fal-mudabbirāti amrā;

   Dan para pengatur perintah-perintah (kekuatan-kekuatan yang menyingkap; Bulan).

   Not:

   Bahwa ayat-ayat ini menunjuk kepada palnet-planet merupakan penafsiran Hasan al-Basri dan Imam Razi, yang sama dengan pandangan saya.

6. yauma tarjufur-rājifah;

   Pada saat itu guncangan (kematian, gempa bumi) akan mengguncang.

7. tatba'uhar-rādifah;

   Diikuti oleh yang berikutnya (kebangkitan, dimulainya kehidupan baru dengan tubuh-ruhani yang baru).

8. qulụbuy yauma`iżiw wājifah;

   Pikiran (sebagian orang) akan terguncang pada saat itu!

9. abṣāruhā khāsyi'ah;

   Penglihatan mereka akan bingung dan hancur!

10. yaqụlụna a innā lamardụdụna fil-ḥāfirah;

    Namun mereka berkata, “Benarkah kami akan dikembalikan ke keadaan semula (kembali hidup, setelah menjadi debu); apakah kebangkitan itu benar ada?”

11. a iżā kunnā 'iẓāman nakhirah;

    “Meskipun setelah kami menjadi tulang-belulang yang hancur berserakan?”

12. qālụ tilka iżang karratun khāsirah;

    “Jika demikian, (kelanjutan hidup dalam keadaan ini) merupakan pengembalian yang merugikan.”

13. fa innamā hiya zajratuw wāḥidah;

    Sedangkan ia hanyalah dengan satu perintah!

14. fa iżā hum bis-sāhirah;

    Dan lihatlah, dengan seketika mereka akan mendapati diri mereka berada di hamparan terbuka!

15. hal atāka ḥadīṡu mụsā;

    Apakah kabar tentang Musa telah sampai kepadamu?

16. iż nādāhu rabbuhụ bil-wādil-muqaddasi ṭuwā;

    Bagaimana Rabb-nya memanggilnya di lembah suci Tuwa:

17. iż-hab ilā fir'auna innahụ ṭagā;

    “Pergilah kepada Fir’aun! Sungguh, dia telah melampaui batas!”

18. fa qul hal laka ilā an tazakkā;

    “Dan katakanlah, ‘Bagaimana jika kamu menjadi bersih dan suci?’”

19. wa ahdiyaka ilā rabbika fa takhsyā;

    “Bagaimana jika aku menuntunmu kepada Rabb-mu? Kamu akan menjadi takut (akan kekuasaanNya)!”

20. fa arāhul-āyatal-kubrā;

    Kemudian dia menunjukkan kepadanya mujizat besar!

21. fa każżaba wa 'aṣā;

    Tapi (Fir’aun) meningkari dan menolaknya.

22. ṡumma adbara yas'ā;

    Kemudian membelakangi dan lari.

23. fa ḥasyara fa nādā;

    Kemudia dia mengumpulkan (orang-orangnya) dan berseru:

24. fa qāla ana rabbukumul-a'lā;

    “Aku adalah Rabb kalian, yang paling tinggi!”

    Not:

    Fir’aun, yang telah meraih ilmu mengenai realitas kuno, memilih untuk menggunakan ini untuk menyokong keberadaan jasmaniahnya dan mengejar kesenangan-kesenangan jasmaniahnya bukan menggunakannya untuk melihat luasnya kesadaran atas keberadaan, dan karenanya terperosok kepada keadaan diri-penghasut (nafsu lawwamah). Inilah sebabnya mengapa Nabi Musa tidak menyampaikan ilmu mengenai realitas dan mengajaknya untuk beriman kepada Allah, Nabi Musa mengingatkan dia dengan mengajaknya untuk beriman kepada ‘Rabb-nya seluruh alam.’ Dengan kata lain, dia mengajaknya untuk beriman kepada Nama-nama, yang mewujud melalui, dan mengatur seluruh keberadaan, bukannya merasakan pemahamannya akan kesatuan melalui kejasmaniannya.

25. fa akhażahullāhu nakālal-ākhirati wal-ụlā;

    Maka Allah menangkap dia dengan penderitaan (yang menjadi teladan) di kehidupan kekal yang akan datang dan apa yang sebelumnya (dunia).

26. inna fī żālika la'ibratal limay yakhsyā;

    Sungguh, ada pelajaran dalam hal ini bagi orang-orang yang takut!

27. a antum asyaddu khalqan amis-samā`, banāhā;

    Apakah penciptaan kalian lebih sulit ataukah penciptaan langit? (Yang juga Allah) bangun!

28. rafa'a samkahā fa sawwāhā;

    Dia meninggikan langit-langitnya dan menyusun kadarnya (membentuknya dengan fitur-fitur untuk memenuhi fungsinya).

29. wa agṭasya lailahā wa akhraja ḍuḥāhā;

    Dia menggelapkan malamnya dan membuat terang siangnya.

30. wal-arḍa ba'da żālika daḥāhā;

    Kemudian Dia menghamparkan bumi dan melengkapinya.

31. akhraja min-hā mā`ahā wa mar'āhā;

    Kemudian mengeluarkan airnya dan padang rumputnya.

32. wal-jibāla arsāhā;

    Dan gunung-gunung, Dia memasangnya dengan teguh seolah terjangkar.

33. matā'al lakum wa li`an'āmikum;

    Agar kalian dan ternak kalian (binatang-binatang) mengambil manfaat darinya.

34. fa iżā jā`atiṭ-ṭāmmatul-kubrā;

    Tapi apabila bencana yang luar biasa (pengalaman kematian) dimulai,

35. yauma yatażakkarul-insānu mā sa'ā;

    Manusia akan ingat, pada saat itu, hasil dari perbuatan-perbuatannya!

36. wa burrizatil-jaḥīmu limay yarā;

    Dan Neraka akan nampak (terbuka) kepada orang-orang yang melihat (tanpa keterbatasan mata)!

37. fa ammā man ṭagā;

    Bagi dia yang melanggar tanpa batas,

38. wa āṡaral-ḥayātad-dun-yā;

    Dan memilih hidup dengan mengejar kesenangan duniawi;

39. fa innal-jaḥīma hiyal-ma`wā;

    Sungguh, tempat (keadaan) pembakaran akan mejadi tempat tinggalnya!

40. wa ammā man khāfa maqāma rabbihī wa nahan-nafsa 'anil-hawā;

    Tapi bagi dia yang takut dengan kedudukan Rabb-nya dan melindungi dirinya dari hal-hal yang hasilnya tidak akan bermanfaat di kehidupan kekal,

41. fa innal-jannata hiyal-ma`wā;

    Sungguh, Surga akan menjadi tempat tinggal sebenarnya.

42. yas`alụnaka 'anis-sā'ati ayyāna mursāhā;

    Mereka bertanya kepadamu tentang Saat itu: bilakah kedatangannya?

43. fīma anta min żikrāhā;

    Tapi siapakah kamu sehingga memiliki ilmu ini?

44. ilā rabbika muntahāhā;

    Kepada Rabb-mu lah kesudahannya.

45. innamā anta munżiru may yakhsyāhā;

    Kamu hanyalah pemberi peringatan kepada orang-orang yang takut terhadapnya!

46. ka`annahum yauma yaraunahā lam yalbaṡū illā 'asyiyyatan au ḍuḥāhā;

    Pada hari mereka melihatnya, ia seolah tidak tinggal (di dunia), kecuali selama waktu matahari terbenam atau di waktu senja.